Dia lelah; ketakutan; sendirian. Semua yang dilakukannya terasa makin salah. Namun, dia tidak bisa menyerah. Sejak awal pilihan tersebut sudah lepas dari genggamannya. Penyebabnya: keputusan bodohnya sendiri.
Dan dia amat merindukan Odasaku.
--o0o--
Dazai menghela napas dalam-dalam sambil menengadah, memandang langit biru pucat seolah hendak memuntahkan jantung berserta seluruh perasaan buruknya yang makin menumpuk.
Dia memandang langit itu dengan bosan. Sangat membosankan.
Dazai pikir, hidupnya sudah jadi lebih baik sejak dia mengikuti nasihat terakhir Odasaku. Tapi menjalani hal itu ternyata jauh lebih sulit daripada dugaannya---padahal dia sudah mengantisipasi berbagai macam hal ...
Bukannya tidak pernah Dazai tergoda untuk kembali menenggelamkan diri dalam kegelapan. Namun sejak awal, dia sudah menetapkan bahwa pilihan itu, bahwa kembali ke dunia bawah itu, sama sekali tidak masuk akal.
Dia sudah babak belur untuk menjadi tokoh baik, penyelamat. Apakah masuk akal untuk membuang semua usahanya tanpa hasil yang memuaskan?
Tidak.
Lagi pula, Dazai tidak bisa.
Dia merasa akan sangat mengkhianati Odasaku jika dirinya kembali pada kegelapan sedangkan dia sendiri sudah berjanji untuk menyelamatkan orang lain, mengikuti nasihat kawannya yang mati tujuh tahun silam.
Namun, bersamaan dengan nasihat yang amat berarti itu, Odasaku juga meletakkan suatu kutukan. Kutukan yang, tanpa Odasaku katakan pun, sebenarnya sudah Dazai ketahui kehadirannya sejak lama.
Bahwa dia akan selalu sendirian.
Diam-diam Dazai terus menyangkal keniscayaan itu, tetapi saat Odasaku mengatakannya langsung di depan wajahnya, Dazai tidak bisa berkutik. Mau tidak mau, dia harus sadar dan menerima fakta menyakitkan tersebut: bahwa tidak ada yang akan membuatnya merasa penuh. Dan satu-satunya orang yang mungkin bisa melakukan itu mati dan hanya meninggalkan wasiat---apakah Odasaku hanya yakin bahwa Dazai bisa melakukan apa saja? Karena dia bahkan tidak memberitahu Dazai bagaimana caranya menjadi orang baik.
Kekosongan adalah bagian dari dirinya dan oleh karena itu ... seharusnya dia berdamai dengan hal tersebut.
Tapi bagaimana caranya?
Odasaku tidak pernah memberitahunya dan Dazai sendiri pun ternyata cukup bodoh untuk tetap tidak menyadarinya.
Tujuh tahun sejak kematian Odasaku. Berarti genap lima tahun Dazai mengabdi pada Agensi Detektif Bersenjata.
Usianya sudah pertengahan dua puluh, sudah lebih tua dari Odasaku. Dia mulai merasa dunianya sedikit berubah, seperti juga dirinya. Namun, sayangnya Dazai terlalu kolot untuk benar-benar menyadari perasaan itu---perubahan-perubahan kecil itu.
Dia menganggap dirinya masih sama.
Namun jika dirinya di masa lalu melihat dia yang sekarang, diri masa lalunya itu pasti akan tertawa mengejek: "Kau jadi orang baik, huh?" Pasti itu lucu, karena dirinya di masa lalu akan merasa asing dengan Dazai yang sekarang.
Bagaimanapun keterasingan tetaplah bagian dari hidup Dazai.
Dazai selalu berpikir dirinya adalah alien, pendatang luar menjijikkan yang cuma mencocokkan diri, berakting dan memakai kulit manusia, agar tidak dicap sebagai "bukan manusia".
Pokoknya, Dazai itu menyedihkan. Dan semakin dia menyangkal fakta-fakta, semakin menyedihkanlah dirinya terlihat.
Seperti saat Dazai cuma tersenyum masam sebagai respon atas kata-kata Atsushi yang bersemangat: bahwa Dazai adalah orang baik. Penyelamatnya. Detektif yang hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusional Reality [Bungou Stray Dogs!AU]
FanfictionDazai terbangun di atap gedung Agensi Detektif Bersenjata, dan Odasaku berdiri tepat di hadapannya; padahal dia yakin tidak punya indra keenam. Apakah ini yang disebut gila? . . . . . . . © Asagiri Kafka & Harukawa_35 Alur cerita sepenuhnya milik...