Terbiasa

105 15 1
                                    

Yoojung tidur dikamar yang bernuansa pink dan penuh dengan barang yang sudah disediakan, mansion ini mewah dan Yoojung sedang menertawai kebodohan dirinya dulu mengatai Songkang laki laki miskin, Yoojung salah besar, Songkang sangat kaya bahkan pakaian pakaian yang dia pakai di lemari adalah baju baju baru bermerek, dan semua barang di mansion ini baru dan bermerek, seperti nya Songkang sudah merencanakan penculikan ini dengan baik, Yoojung merasa ini bukan penculikan bahkan lebih seperti paksaan tinggal bersama, karena Songkang tidak melakukan kekerasan atau bahkan menyakiti dirinya dengan sengaja.

Yoojung turun dan melihat Songkang yang sibuk dengan layar komputernya, Yoojung bosan.. handphone-nya pun disita Songkang jadi dia memilih menonton TV saja, film diputarkan dan membuat Yoojung cukup terhibur, ia menonton sambil menyemil.. film nya sangat seru.. Yoojung terlarut dalam keseruan menonton film, sedangkan Songkang berada di ruangan yang tidak jauh dari ruang TV dan masih sibuk dengan layar komputernya.

Malam sudah tiba, Ketika Yoojung tengah asik menonton film, seketika seluruh ruangan padam.. mati lampu terjadi sontak Yoojung berteriak ketakutan.

Songkang pun akhirnya pergi menuju ruang TV menemui Yoojung, Yoojung yang sangat ketakutan dan phobia gelap memeluk Songkang dengan erat.

"Aku sangat takut, tolong jangan pergi dariku.." ucap Yoojung, Songkang sempat kaget dipeluk oleh Yoojung dan ini pertama kali-nya Yoojung yang memeluknya duluan.
"Sebentar, aku harus menyalakan saklarnya lagi" ucap Songkang.
Yoojung pun mengikuti Songkang sambil berpegangan tangan. Akhirnya mereka sampai di tempat saklar dan mansion sudah menyala kembali.
Yoojung melepas genggaman nya pada Songkang sambil tersipu malu.
"Sekarang sudah menyala, kau bisa kembali ke kamar"
"Apakah lampu berpotensi mati lagi?" Tanya Yoojung.
"Mungkin saja" jawab Songkang.
"Kenapa?" Tanya Songkang kepada Yoojung yang hanya terdiam.
"Tidak apa apa, aku keatas sekarang"
Yoojung akhirnya masuk kedalam kamarnya. sebenarnya ia khawatir, dia sangat phobia gelap
di kost saja, saklar diubah didalam kamar-nya agar jika mati lampu terjadi Yoojung langsung bisa langsung menyalakan-nya.
Yoojung akhirnya tidur dikasurnya, tak lama mati lampu kembali terjadi.

"Aaaaaa.." teriak Yoojung. Sangat ketakutan didalam kamar yang sangat gelap,
"Songkang kau dimana, Songkang disini sangat gelap, tolong aku.." teriak Yoojung tapi Songkang belum datang juga, Yoojung mulai menangis, dia sangat takut ditambah kamar ini tidak familiar dengannya. Selang 20 menit berlalu, Lampu dikamar menyala dan Songkang sudah berada di kamarnya.

"Kamu menangis?" Tanya Songkang.
Yoojung tidak menjawab, dia hanya diam.
"Sepertinya mati lampu sering terjadi karena watt barang barangku yang tidak sesuai dengan kekuatan listrik disini, tadi aku sudah mencabut beberapa alat agar tidak terjadi mati lampu lagi"

Yoojung hanya diam, dia lelah setelah menangis tadi, jadi dia putuskan untuk segera tidur, namun setelah berbaring lama dikasur seseorang tidur disamping dirinya dan memeluknya.

"Jika kau takut, aku akan tidur disini menjagamu, aku tidak akan melewati batas.. hanya tidur tidak lebih" ucap Songkang.
Yoojung yang sempat khawatir akhirnya mulai biasa, Yoojung tidak tau kenapa kali ini dia merasa nyaman berada disebelah Songkang, mungkin karena ketakutan tadi membuat dirinya ingin ditemani seseorang. Mereka pun tidur bersama dalam satu ranjang.

Hari berlalu, Minggu berganti.. Sudah 3 Minggu Yoojung berada di mansion ini, dan kini Songkang harus pergi dari mansion karena ada keperluan di luar dan Yoojung pun hanya mengiyakan saja.

"Jangan coba coba untuk kabur Yoojung, aku mengawasimu dengan CCTV, ucap Songkang.
Yoojung hanya mengangguk.

Malamnya Songkang datang kembali ke Mansion, wajahnya babak belur dan mendapatkan luka besetan di lengan-nya, Songkang dapati luka tersebut setelah berkelahi dengan lawan-nya yaitu Jung Jinyoung. Diam diam Songkang mengikuti jejak ayah-nya yang terjun ke dunia premanisme, ayah-nya dulu adalah mafia dengan puluhan anak buah preman namun kini sudah pensiun dan kini malah Songkang yang ikut walau masih awal belum sampai resmi menjadi anggota komplotan.
yang jelas Songkang senang dengan dunia premanisme karena Songkang memang ahli bela diri dan ingin memperkuat dirinya lewat ini.

Yoojung terbangun mendengar suara mobil datang, Yoojung kemudian turun dan melihat Songkang yang hanya duduk terdiam di sofa.

"Songkang, apakah kamu sudah makan?" Tanya Yoojung. karena kondisi gelap keadaan Songkang tak terlihat jelas, ketika Yoojung mendekat, Yoojung sangat terkejut.

"Astaga, Songkang.. kau kenapa?" Yoojung kaget melihat kemeja putih Songkang yang berlumuran darah, wajahnya lebam juga ujung bibirnya terluka.
"Tidak apa apa hanya sedikit luka saja" ucap Songkang santai, dia sudah sering mengalami dan ini hanya luka biasa karena dia pernah terluka lebih parah dari pada ini.

Yoojung pun langsung pergi mencari kotak obat, dan air bersih beserta lap. Yoojung meminta Songkang membuka bajunya untuk dibersihkan darahnya dan diobati lukanya.

"Siapa yang membuatmu seperti ini?" Tanya Yoojung.
"Kau tidak perlu tau" jawab Songkang singkat.
Yoojung hanya menghelai nafas berat, ia sadar bahwa memang dia tidak banyak mengetahui kehidupan Songkang karena dulu ia terlalu cuek dan selalu mengabaikan nya.
"Kalau boleh tau kemana orangtua-mu?" Tanya Yoojung.
"Ibu meninggal ketika kecil dan Ayahku pergi meninggalkanku dengan istri barunya"
Yoojung hanya terdiam, tidak menyangka kehidupan Songkang cukup rumit juga. Setelah selesai Yoojung pun hendak kembali ke kamarnya.

"Tunggu, ambil totebag itu.. itu untukmu, tadi aku pergi dari kota, itu kue kesukaanmu" ucap Songkang.
Yoojung mengambilnya.
"Terimakasih, sudah membelikan-nya"
Yoojung pun naik dan masuk ke kamarnya, lalu membuka cake tersebut, entah kenapa Yoojung menjadi sedih dan air mata-nya mulai jatuh, ia tiba tiba menjadi sangat sedih dan menyesal memperlakukan Songkang dengan tidak baik, bahkan sampai kini Songkang masih perduli padanya.

Yoojung merasa bersalah, kehidupan Songkang lebih rumit dan tidak pernah terbayangkan oleh Yoojung kehidupan Songkang menyedihkan, dia hidup sendirian.
Tadi dia bahkan terluka dan jika Yoojung tidak ada siapa yang akan mengobatinya, sekarang Yoojung paham kenapa Songkang begitu menginginkan perhatiannya dulu, dia kehilangan sosok ibu dan kesepian, dia menantikan cinta dari seorang perempuan namun perempuan itu malah menyianyiakan ketulusan-nya yaitu dirinya sendiri. Yoojung menangis sambil menatap kue dihadapan-nya.

-bersambung

Regret Love' [Short Story Songkang x Yoojung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang