Menghadapi Masalah

2 5 1
                                    

Hari-hari berlalu dengan perlahan, dan tekanan di sekolah semakin terasa. Tatapan sinis, bisikan di belakang, dan lelucon yang menyakitkan dari teman-teman sekelas menjadi bagian dari rutinitasku. Meskipun aku berusaha keras untuk tetap kuat, ada saat-saat di mana kegelapan terasa terlalu kuat untuk dilawan.

Pagi itu, aku merasa lebih lelah dari biasanya. Seperti ada beban berat yang menekan dadaku, membuatku sulit bernapas. Di sekolah, situasi semakin memburuk. Melisa dan gengnya semakin berani menggangguku. Mereka bahkan menempelkan catatan kecil di punggungku dengan kata-kata yang menghina.

Saat aku menyadari apa yang mereka lakukan, aku merasakan kemarahan dan kesedihan bercampur menjadi satu. Aku merasa tak berdaya, seperti tidak ada tempat yang aman bagiku. Sepulang sekolah, aku langsung masuk ke kamar dan mengunci pintu. Aku menangis sejadi-jadinya, merasakan semua tekanan dan kesedihan yang selama ini kutahan.

Ponselku bergetar. Sebuah pesan masuk dari Rian.

"Celie, apa kamu baik-baik saja?"

Aku ragu untuk menjawab. Bagaimana bisa aku menjelaskan semua yang kurasakan saat ini? Tapi aku tahu, aku butuh berbicara dengan seseorang. Aku butuh dukungan Ruan.

"Tidak, Ryan. Hari ini sangat buruk. Mereka tidak berhenti menggangguku. Aku merasa tidak berharga," tulisku dengan jujur.

Ryan membalas dengan cepat. "Celie, aku sangat menyesal mendengarnya. Mereka tidak tahu siapa kamu sebenarnya. Mereka hanya melihat permukaan dan tidak peduli pada apa yang ada di dalam dirimu. Kamu berharga, lebih dari yang kamu bayangkan."

Kata-kata Ryan memberiku sedikit ketenangan, tetapi rasa sakitnya masih ada. Aku menceritakan lebih banyak tentang apa yang terjadi hari itu, bagaimana aku merasa begitu terisolasi dan tidak diinginkan. Ryan mendengarkan dengan sabar, memberikan kata-kata penghiburan yang sangat kubutuhkan.

"Aku tahu ini sulit, Celie. Tapi kamu harus percaya bahwa ini semua akan berlalu. Kamu akan menemukan teman-teman sejati yang melihatmu apa adanya dan menghargai dirimu. Jangan biarkan orang-orang jahat itu menentukan nilai dirimu."

Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Ryan selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik, meskipun hanya melalui pesan teks. Aku merasakan kekuatan kecil tumbuh di dalam diriku.

"Mungkin kamu benar, Ryan. Aku hanya perlu bertahan dan mencari teman-teman yang benar-benar peduli," balasku.

Kami terus berbicara hingga malam tiba. Ryan bercerita tentang hari-harinya, impian dan rencananya, memberikan pengalihan yang sangat kubutuhkan. Dia selalu tahu cara membuatku tertawa, meskipun hanya dengan cerita-cerita sederhana.

Setelah percakapan panjang, aku merasa sedikit lebih baik. Ryan memberikan harapan dan kekuatan yang tidak kutemukan di tempat lain. Dia mengingatkanku bahwa ada sesuatu yang lebih besar dari semua kesulitan ini, sesuatu yang layak diperjuangkan.

Malam itu, aku berdiri di balkon, menatap langit malam yang penuh bintang. Angin sejuk menyentuh wajahku, membawa ketenangan yang sangat kubutuhkan. Aku tahu perjalanan ini masih panjang dan penuh tantangan, tetapi dengan Ryan di sisiku, aku merasa lebih siap menghadapinya.

Aku menatap bintang-bintang dan tersenyum. Di tengah kegelapan, selalu ada cahaya harapan. Aku harus terus berjuang, menemukan jalan dan tempatku di dunia ini. Dengan dukungan Ryan, aku yakin bisa melewati semua rintangan dan menemukan kebahagiaan sejati.

di Balik Pagar BalkonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang