Pavel memasuki rumahnya yang mewah dengan perasaan campur aduk. Hari yang ia habiskan bersama Pooh di taman kota masih terasa hangat dalam ingatannya, namun kenyataan kehidupannya yang berbeda mulai menghantam keras.
"Pavel, sayang, dari mana saja kau?" Suara ibunya, Nyonya Anggraini, menyambutnya dari ruang keluarga.
Pavel menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Hanya jalan-jalan sebentar, Bu."
"Dengan siapa? Tidak biasanya kau pergi sendirian," tanya ibunya penuh selidik.
Pavel terdiam sejenak, bimbang antara jujur atau berbohong. "Dengan... teman baru," akhirnya ia menjawab, memilih untuk tidak berbohong namun juga tidak mengungkapkan semuanya.
Nyonya Anggraini mengerutkan dahi. "Teman baru? Siapa? Anak dari keluarga mana?"
Pertanyaan ini membuat Pavel semakin gelisah. Ia tahu ibunya selalu memperhatikan status sosial seseorang. "Namanya Pooh, Bu. Dia... bekerja di kafe."
Ekspresi terkejut dan tidak suka langsung terpancar di wajah Nyonya Anggraini. "Kafe? Pavel, kau tahu kan kita tidak biasa bergaul dengan orang-orang seperti itu."
Pavel merasakan kemarahan mulai menggelegak dalam dirinya. "Orang-orang seperti apa, Bu? Pooh orang baik dan pekerja keras."
"Tapi dia bukan dari kalangan kita, sayang," Nyonya Anggraini berkata dengan nada yang menurutnya lembut. "Kamu harus ingat posisimu sebagai putra dari keluarga Wijaya."
Pavel mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi. "Posisi tidak menentukan karakter seseorang, Bu."
Sebelum ibunya bisa menjawab, suara tegas Tuan Wijaya, ayah Pavel, terdengar dari arah tangga. "Ada apa ini? Kenapa ribut-ribut?"
Nyonya Anggraini segera menghampiri suaminya. "Sayang, Pavel berteman dengan seorang... pelayan kafe."
Tuan Wijaya menatap Pavel dengan tajam. "Benarkah itu, Pavel?"
Pavel menegakkan bahunya, mencoba untuk terlihat yakin meski jantungnya berdebar kencang. "Ya, Ayah. Namanya Pooh, dan dia orang yang baik."
"Pavel," Tuan Wijaya berkata dengan nada peringatan, "kau harus ingat statusmu. Bergaul dengan orang-orang seperti itu hanya akan menurunkan reputasi keluarga kita."
"Tapi Yah-"
"Tidak ada tapi," potong Tuan Wijaya tegas. "Mulai sekarang, Ayah minta kau fokus pada kuliahmu dan persiapan untuk masuk ke perusahaan. Jauhi pergaulan yang tidak sesuai dengan status kita."
Pavel merasakan amarah dan frustasi memuncak dalam dirinya. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia berbalik dan berlari ke kamarnya, membanting pintu di belakangnya.
Di dalam kamar, Pavel menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, air mata mulai mengalir di pipinya. Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Pooh.
"Pooh, orang tuaku sudah tahu tentang kita. Mereka tidak setuju."
Beberapa saat kemudian, balasan dari Pooh masuk:
"Aku mengerti, Pavel. Mungkin sebaiknya kita tidak bertemu dulu untuk sementara."
Membaca pesan itu, Pavel merasakan hatinya hancur. Ia tahu Pooh hanya mencoba untuk melindunginya, tapi Pavel tidak ingin menyerah begitu saja.
"Tidak, Pooh. Aku tidak mau menyerah. Kita akan menemukan jalan."
Pavel menghabiskan malam itu dengan berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya. Ia tahu perjuangannya dan Pooh baru saja dimulai, dan ini hanyalah gelombang pertama dari badai yang akan mereka hadapi.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, Pavel berangkat kuliah dengan perasaan berat. Sepanjang hari, ia tidak bisa fokus pada pelajarannya. Pikirannya terus melayang pada Pooh dan situasi sulit yang mereka hadapi.
Saat jam makan siang, sahabatnya, Nut, menghampirinya dengan wajah khawatir. "Pavel, kau kenapa? Dari tadi kelihatan murung."
(maaf diawal aku gak ada perkenalkan temannya Pavel, karena awalnya aku gak mau masukkan teman Pavel tapi menurutku harus biar si Pavel ada teman curhat. okey back to topic)
Pavel menghela napas panjang sebelum akhirnya menceritakan semuanya pada Nut. Tentang Pooh, tentang perasaannya, dan tentang reaksi orang tuanya.
Nut mendengarkan dengan seksama, sesekali mengangguk. Setelah Pavel selesai bercerita, Nut berkata, "Pavel, aku mengerti perasaanmu. Tapi kau juga harus memikirkan konsekuensinya. Perbedaan status sosial bukan hal yang sepele di masyarakat kita."
"Aku tahu, Nut," Pavel menjawab frustasi. "Tapi apa salahnya mencintai seseorang tanpa memandang status?"
Nut tersenyum lembut. "Tidak ada yang salah, Vel. Tapi kau harus siap menghadapi segala konsekuensinya. Pertanyaannya adalah, apakah kau dan Pooh cukup kuat untuk itu?"
Pertanyaan Nut membuat Pavel terdiam. Ia mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Apakah perasaannya pada Pooh cukup kuat untuk melawan semua rintangan yang akan mereka hadapi?
.
.
.
.
.
Sepulang kuliah, alih-alih pulang ke rumah, Pavel memutuskan untuk pergi ke kafe tempat Pooh bekerja. Ia perlu berbicara langsung dengan Pooh, memastikan perasaan mereka dan membicarakan langkah selanjutnya.
Saat memasuki kafe, Pavel langsung mencari sosok Pooh. Namun, ia tidak menemukannya di manapun.
"Maaf, apa Pooh ada?" tanya Pavel pada salah satu pelayan.
Pelayan itu menatapnya dengan ekspresi bingung. "Pooh? Dia mengajukan cuti mendadak hari ini. Katanya ada urusan penting."
Pavel merasakan jantungnya mencelos. Apakah Pooh sengaja menghindar darinya?
Dengan perasaan kecewa, Pavel keluar dari kafe. Ia berdiri di trotoar, menatap langit sore yang mulai memerah. Pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan dan kekhawatiran.
Apakah cintanya dan Pooh cukup kuat untuk menghadapi semua ini? Apakah mereka bisa melawan arus yang begitu kuat menentang hubungan mereka?Akankah takdir akan berpihak kepada mereka atau sebaliknya? Dan yang paling penting, apakah Pooh masih ingin berjuang bersamanya?
.
.
.
Pavel mengeluarkan ponselnya, menatap nomor Pooh di layar. Jarinya bergerak ragu-ragu di atas tombol panggil. Ia tahu, keputusan yang ia ambil sekarang akan menentukan arah kisah cinta mereka selanjutnya.
Dengan tekad yang bulat, Pavel akhirnya menekan tombol panggil. Apapun yang terjadi, ia tidak akan menyerah begitu saja pada cinta yang baru saja bersemi ini.
--------------------+++--------+++--------------------
jangan lupa votenya cintaku 🤗
maaf ya aku lama update sebagai gantinya hari ini aku bakalan double update dehh, oh iya, jgn lupa kasih vote di setiap chapter ku okeyy? 😉
see u the next chapter BabeHoopers 👋♥️
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Melawan Arus
RomanceIni adalah kisah cinta antara Pooh dan Pavel yang dimana Pooh tidak direstui oleh orang tua pavel dikarenakan pooh tidak memiliki orang tua dan tidak memiliki apapun. warning ⚠️ cerita ini mengandung unsur homoseksual, kalau gak suka skip! #poohpave...