Chapter 12: Kejelasan

133 11 1
                                    

Sudah satu minggu Pavel tidak menemui Pooh dan hal itu membuat kedua orang tuanya terheran-heran. Bagaimana tidak terheran biasanya anaknya selalu mencari alasan untuk pergi menjumpai Pooh, tapi selama seminggu ini Pavelnya hanya di rumah tidak pergi kemana-mana, hanya di kamar saja.

Selama seminggu juga Pooh kebingungan mengapa Pavel-nya tidak pernah lagi datang ke tempatnya. Bahkan ketika mereka tidak sengaja berjumpa di mall Pavel langsung buru-buru pergi menghindari pemuda itu, ia masih kecewa dengan Pooh. Sedangkan Pooh ia hanya terheran-heran tidak tahu mengapa Pavel sangat menghindarinya.

Bagaimana tidak kecewa saat mereka tidak sengaja berjumpa pelayan wanita yang bernama Diana itu selalu ada disamping Pooh dan itu semakin membuat Pavel rasanya ingin marah, ingin rasanya dia menampar wanita itu. Bahkan Pooh juga tidak merasa bersalah dengan perlakuannya.

Hingga suatu hari, Pavel duduk termenung di, “Pavel” panggil seseorang, mengenal suara yang tampak familiar bagi Pavel ia langsung menoleh dan mendapati Pooh tengah berjalan ke arahnya. Melihat itu Pavel langsung beranjak pergi dan ingin meninggalkan Pooh akan tetapi Pooh segera menahannya, “Hei tunggu, ada apa denganmu?” tanya Pooh dengan ekspresi bingung menahan pergelangan tangannya. “Tidak apa-apa. Aku...aku sedang tidak mau diganggu, aku pergi dulu” Pavel menjawab dengan kepala tertunduk.

Pavel beranjak dari tempat duduknya untuk pergi, namun Pooh menahan lengannya.

“Lepaskan, aku ingin pulang” ujar Pavel yang berusaha melepaskannya.

“Tidak. Aku tidak akan melepaskannya sebelum kau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padamu”

“Aku sudah bilang aku tidak apa-apa. Lepaskan aku ingin pulang” Pavel semakin berusaha melepaskannya hingga tangannya memerah. Begitu juga dengan Pooh ia semakin mengencangkan genggaman di pergelangan tangan Pavel.

“Lepaskan aku Pooh” wajah Pavel menjadi memerah  dan matanya kini merah antara ingin menangis atau sedang menahan amarahnya.

“Tidak. Aku bilang tidak, Pavel”

Pavel masih berusaha melepaskannya hingga, “LEPASKAN AKU BAJINGAN!” teriak Pavel yang menghempaskan pergelangan tangannya.

Mendengar hal itu membuat Pooh terkejut. Pavel-nya tidak pernah bersikap seperti ini; ini bukan Pavel yang ia kenal. “Kau mengatakan apa? Bajingan?” ujarnya, sangat terkejut dengan perkataan Pavel.

“KENAPA?! APA KAU MARAH?! BUKANKAH KAU MEMANG BAJINGAN? SAAT AKU SEDANG BERUSAHA MEYAKINKAN ORANG TUAKU, SEDANGKAN KAU?! KAU MALAH ASYIK TERTAWA DENGAN WANITA ITU!!” kini Pavel sudah benar-benar marah. Wajahnya memerah dan dadanya yang naik-turun akibat amarahnya.

“APA KAU TAHU?” Pavel maju dan menatap nyalang Pooh “KEPALAKU HAMPIR PECAH HANYA KARENA HAL INI!! AKU PIKIR DENGAN AKU YANG MEYAKINKAN ORANG TUAKU KAU AKAN MELAKUKAN HAL YANG SAMA. TAPI APA?!! YANG AKU DAPATI APA, HAH?!! KAU MALAH BERCANDA DENGAN PELAYAN ITU, BAHKAN KAU TIDAK MENYADARI KEHADIRANKU! APA…APA SEBEGITU MENARIKNYA DIA?! SAMPAI-SAMPAI KAU TIDAK MENYADIRIKU?” Air mata yang ia tahan akhirnya jatuh begitu saja. Ia menangis dihadapan Pooh.

“Pavel, apa maksudmu? Wanita? Aku tidak paham”

“Tidak perlu berpura-pura bodoh!”

“Aku benar-benar tidak tahu apa yang kau katakan. Wanita mana yang kau maksud?” ujar Pooh dengan lembut.

“Siapa lagi kalau bukan Diana? Wanita yang sederhana, periang dan pastinya dia menyukaimu. Bukankah kau sangat senang disukai oleh dia?”

“Pastinya kau sangat senang kan disukai olehnya bahkan kau menikmati kehadirannya. Ahh…. jangan-jangan kau juga menyukainya. Atau kalian sudah memiliki hubungan, kan? Bahkan dia selalu ada di sampingmu, saat kau ke supermarket, toko buku ataupun ke mall…” ujarnya dengan air mata yang masih mengalir.

Cinta Melawan ArusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang