Panjang dikit intronya guyss
Tak terasa sudah satu tahun nana tinggal di kediaman majikam ayahnya, empat bulan setelah pindah kesini bu mirna meninggal karena penyakitnya.
Disaat itu abian banyak membantu nana, menghibur nana agar nana lepas dari kesedihannya dan sampai sekarang nana memanggil abian om bukan lagi tuan, ayah nana juga tidak lagi menjadi supir lelaki itu tapi sudah pindah kerumah utama, bekerja khusus untuk papa abian.
"Nana, tadi saya ketemu ayah kamu katanya hari ini tidak pulang karena papa saya mendadak mau keluar negri, jadi papa kamu yang jaga disana"kata abian kepada nana yang sedang membaca ditaman sebelah mansion.
"Kenapa ayah gak hubungi nana, malah om?"
"Tadi katanya udah tapi gak kamu angkat,mana hp kamu?"tanya abian.
"O..iya,dikamar nana gak bawa tadi pas mau baca disini, Yaahh, berarti malam ini nana sendirian lagi dong"
"Emang kenapa?"
"Takut om, om kan tau nana penakut,nanti kalau ada yang ganggu ganggu nana gimana" bibirnya manyun buat abian yang melihatnya menjadi gemas ingin mencium bibir gadis itu.
"Kalau kamu takut, kamu tidur disini aja, disini banyak kamarnya"
"Beneran?boleh? Nanti bu melisa gak marah?"
"Tidak, kamu tenang saja"
"Nanti kamu tidur dikamar sebelah saya, biar kamu tidak takut lagi"
"Makasih banyak om" ucap nana sambil memberikan jarinya berbentuk hati pada abian.
Malamnya abian mengajak nana makan bersama, awalnya nana menolak tapi setelah sedikit dipaksa, nana akhirnya mau karena kasihan kalau abian makan sendiri,melisa istrinya sedang ada bisnis diluar kota.
"Makanan orang kaya memang enak enak ya om"
"Makanya sering makan disini temani saya, ini juga kamu makan seperti anak kecil" ujar abian sambil membersihkan nasi dibibir nana, abian mengusap perlahan bibir nana.
"Udah dong om, nana mau makan lagi" abian yang tersadar menarik tangannya dari bibir nana.
Setelah makan nana membawa piring ke wastafel untuk dicuci, saat mencuci piring abian berdiri tepat dibelakang nana.
"Ngapain kamu cuci piring na, biarin disitu saja besok ada maid yang kerjakan"kata abian yang sekarang kurang fokus karena melihat leher putih nana, abian menundukkan kepalanya menghirup wangi leher nana tapi tidak sampai menyentuhnya, lalu pindah kebelekang punggung nana, mengendus tubuh nana.
"Biarin nana aja om, lagian cuma dikit" nana yang tidak sadar abian sedang berbuat c4bul dibelakangnya. Abian hiraukan nana, saat sudah tak tahan dia bertumpu dipundak nana.
"Loh om abi, kenapa? Sakit?
"Tidak, saya sedang lelah, bersandar sebentar ya" ucap abian lirih ditelinga nana.
"Jangan bicara disitu om,geli nana" abian menegakkan badannya tapi masih berdiri dibelakang nana.
"Nana, makasih ya sudah temani saya makan malam ini"
"Iya om, kan nana juga yang untung dapat makanan enak"
"Biasanya juga kamu datang kesini minta makan"
"Nana cuma datang kerumah utama kalau ada om ya, kalau sama maid yan lain nana gak berani?"
"Kenapa?ada yang jahatin kamu?"
"Nggak, karena nana cuma suka sama om"
"Saya juga suka sama kamu, mau jadi kekasih saya?"ucap abian sambil memeluk nana dari belakang.