Tiga

5 0 0
                                    


TIGA

(Cerita ini hanya fiksi yang sengaja dibuat untuk hiburan semata. Jika ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian; merupakan ketidaksengajaan. Bijaklah dalam meninggalkan jejak.)

.
.
(Maaf untuk semua typo yang bertebaran)
.
.

☆LET'S BE FRIEND☆

3 bulan kemudian ...

Ryu Shin memberikan kartu undangan pada penjaga di depan pintu. Menunggu petugas memeriksa kartu miliknya. Dari berita yang beredar, acara pernikahan ini termasuk private; hanya orang-orang tertentu yang diperbolehkan masuk. Bahkan media pun juga di pilih secara khusus oleh pihak penyelenggara, yakni Namoo Group.

Sementara Ryu Shin, dia juga termasuk istimewa. Bukan karena hubungannya dengan sang pengantin wanita, tapi juga karena ia termasuk dari orang yang bekerja keras hanya untuk mendapatkan kartu undangan tersebut. Pada dasarnya, dia bukanlah daftar tamu, dia tidak mendapatkan undangan secara langsung. Ryu Shin meminta bantuan seseorang untuk mendapatkannya.

"Maaf, Tuan. Tapi nama Anda tidak terdaftar sebagai tamu undangan. Boleh kami tahu dari mana Anda mendapatkan kartu ini?" tanya sang petugas.

"Dariku..."

Dua petugas di meja pemeriksaan menoleh bersama dengan Shin. Dari dalam muncul seorang wanita berambut panjang yang tampak anggun dalam balutan gaun pendek warna putih. Rambutnya tergerai di punggung hingga bahu depannya terlihat. Dengan perawakan tegak dan dagu yang terangkat, tentu hal itu terlihat lebih menawan.

 Dengan perawakan tegak dan dagu yang terangkat, tentu hal itu terlihat lebih menawan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Agassi..." sapa kedua petugas.

"Aku yang memberinya, dia tamuku."

"Ne, Agassi..."

Shin menyambut wanita anggun itu dengan senyum hangat, "It's been a while," sapanya, "Eun Bom."

"Eung..." balas Bom tanpa senyum, ia hanya menaikkan alisnya singkat.

Sekitar dua bulan lalu, akhirnya Shin memberanikan diri untuk menghubungi Bom pertama kali. Waktu itu Bom sudah ada di Belanda. Tidak ada hal penting yang Shin ucapkan, hanya bertanya kabar dan menanyakan bagaimana Bom menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Namun, sikap ramahnya mendapat balasan yang kurang memuaskan dari sebelah pihak. Meski pesannya tetap mendapat balasan, tapi ia merasa Bom terlalu cuek menanggapinya. Hingga akhirnya Shin memutuskan untuk mendatangi Bom di Belanda dan berhasil meluluhkan hati wanita itu, meski hanya sedikit.

Shin menggunakan kesempatan itu untuk meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi antara mereka hingga membuat sikapnya menjadi sarkas pada Bom. Menurut Shin, hubungan mereka sekarang sudah jauh lebih baik. Memang tidak sedekat saat mereka berteman di sekolah menengah dulu, tapi setidaknya tidak secanggung dan serenggang beberapa waktu lalu.

Chosen OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang