Saka dan Saina masih berkecimpungan di pasar tersebut, mengelilingi daerah pasar guna mendapatkan beberapa bahan makanan untuk warung mereka. Sampai sebuah hal tak terduga terjadi. Tepat di tempat penjualan rempah yang berdampingan dengan sebuah salon, Saina melihat Jerry--mantan kekasihnya, sedang bercakap dengan seorang pria yang sepertinya juga pengunjung di salon tersebut.
Sampai tiba-tiba mereka saling beradu tatap, membuat darah Saina seakan mendesir halus, sepasang mata hitam kelam itu saling menyelam, seolah membaca pikiran masing-masing.
Ada sebuah perasaan yang muncul di hati Saina, dan ia tidak menyukai hal tersebut. Jelas sekali ini adalah perasaan yang menyerupai rasa suka atau... lebih. Ia tak mengerti apa yang terjadi padanya, seakan raga atau bahkan jiwa ini masih mengharapkan lelaki yang mencampakkannya seolah semua rasa sakit dan kesedihan yang telah ia lewati semua ini tidak berarti.
Ia pikir, dalam satu raga ini seakan terpisah, dan memiliki pikiran masing-masing. Di mana yang satu adalah versi Saina yang berusia dua puluh tahun, di mana sukar senang yang ia lewati belum ada sedangkan satu lagi adalah jiwanya yang berusaha dua puluh tujuh tahun dengan berbagai rasa sakit yang ia lalui selama ini.
Kenapa bisa begini? Apa karena cinta pertamanya muncul di hadapannya bahkan mereka melakukan kontak mata antara satu sama lain?
Jerry mengalihkan pandangannya terlebih dahulu, seolah membuang mukanya dari pemandangan yang tak ingin ia lihat. Dan itu berhasil membuat sisi Saina yang berusia dua puluh tahun merasakan rasa nyeri menyerang dadanya. Nyeri yang lebih mirip sesak saat seseorang merasa kesedihan yang mendalam.
Ayolah, apa yang terjadi dengan raga ini, begitulah teriakan batin yang kira-kira Saina lontarkan. Buru-buru ia menatap suaminya kemudian mengajak pria itu untuk beranjak dari sana.
"Sudah semua ini, sebaiknya kita pulang." Saka menenteng berkilo-kilo bahan makanan tersebut sehingga membuat tonjolan-tonjolan urat pada tangannya terlihat. Bohong jika Saka mengatakan jika tadi ia tidak melihat bahwa sang istri saling tatap dengan mantan kekasihnya untuk beberapa waktu.
Bohong jika ia tidak apa-apa dengan kejadian barusan. Ada sisi hatinya merasakan nyeri karena tahu bagaimana hubungan mereka sebelum kembali ke masa lalu.
Ia takut, kebahagian ini hanyalah sebuah kesenangan yang semu. Ia takut jika Saina kembali menjauhinya dan berusaha keras untuk mendekati mantan pacarnya sesuai dengan ketetapan yang terjadi di masa depan. Tetapi, melihat Saina seolah turut menjauh setelah kontak mata mereka terputus, membuat Saka kembali optimis.
"Sayang! Aku sudah, ayo kita ke resto!" suara seorang gadis yang terdengar familier di telinga pasangan suami istri tersebut membuat baik Saina maupun Saka menoleh ke belakang.
Tepat di mana posisi Jerry tadi berdiri, seorang gadis datang memeluk lengan pria tersebut dengan mesra, sedangkan sang empu tampak mengelus halus rambut gadis tersebut.
Mata Saina melebar menyadari jika wanita tersebut adalah salah satu orang yang cukup ia benci. Dia... Cecilia.
"Ah, benar, Cecilia berpacaran dengan Jerry setelah kami putus."
Rasa sesak itu kembali hadir, membuat Saina kembali memalingkan wajahnya. Iri, tentu saja. Mengingat Jerry hanya bersikap manis di masa awal hubungan mereka sedangkan di tahun pertama hingga akhir hubungan mereka, pria itu menjadi cukup dingin, bahkan menolak sentuhan darinya.
Sebagai pengingat, ia dan Jerry menjalani hubungan selama kurang lebih tiga tahun saat mereka masih berusia tujuh belas tahun. Dan tiga tahun kemudian saat masing-masing dari mereka berusia dua puluh tahun, Jerry memutuskan hubungan mereka tanpa alasan yang jelas.
Kejadian tersebutlah yang membuat ia mabuk dan berakhir dengan malam panas bersama Saka.
~o0o~
Saina dan Saka tiba di rumah saat matahari sudah condong ke arah barat. Entah mengapa, Saka menjadi lebih pendiam semenjak kejadian di pasar tempo waktu. Sedikit mengganggu pikiran Saina dan membuat perempuan itu berpikir apa kesalahan yang ia lakukan sehingga membuat pria itu melakukan silent treat terhadapnya.
Saat pria itu baru saja menyelesaikan mandi dan hendak mengenakan pakaiannya, Saina gegas memeluk perut yang terasa keras tersebut dari belakang membuat Saka tersentak.
"Kamu kenapa diam aja dari tadi? Marah?" tanya Saina. Sejak ia mulai menerka-nerka tadi, sebuah kesimpulan mulai terbentuk di benaknya. Ia menduga Saka marah karena ia bertatap lama dengan Jerry.
Hampir semua orang di kampus tahu bahwa Saina dan Jerry pernah memiliki hubungan, tak terkecuali Saka. Jadi, oleh sebab itu ia berkesimpulan seperti demikian. Jika ia jadi Saka, tentu saja ia akan marah karena melihat pasangannya bertatapan dengan sang mantan.
Ingat, momok menyeramkan yang mengatakan 'masa lalu tetap jadi pemenangnya' masih menjadi hal menakutkan bagi orang-orang yang baru memulai hubungan dengan orang baru.
"Jangan diem aja, aku gak suka," gumam Saina seraya tangannya dengan nakal mengelus-elus perut keras sang suami. Rasanya sangat menyenangkan ketika enam buntalan seperti roti tersebut menempel di tangannya.
Saka melepas tangan nakal sang istri. Berbalik, kemudian mencubit pelan hidung sang istri. "Kamu tahu, aku gak suka dengan apa yang tadi aku lihat?"
"Memangnya apa yang kamu lihat?" tanya Saina berpura-pura tidak tahu.
"Sayang!!" Saka berujar membuat Saina tersenyum mendengar nada yang tersemat pada ucapan tersebut.
Terkesan... Manja? Membuatnya ingin meremas-remas wajah tampan sang suami.
"Dengar ya, sayangnya aku, Mas Saka. Aku gak akan berpaling dari kamu. Cuma kamu dan hanya kamu di hati aku!" ujar Saina tegas. Terkesan seperti sebuah kebohongan mengingat sebagian tubuhnya yang masih berusia dua puluh tahun masih mencintai Jerry.
Saka menatap dalam sang istri, mencoba menyelam dalam-dalam mata sang istri, seakan menggali hingga masuk ke dalam hati. Namun, semua masih abu-abu meski perkataan dari sang istri terdengar sangat meyakinkan.
Satu hal yang Saka tanamkan adalah, ia tidak akan membiarkan apa yang sudah menjadi miliknya di rebut oleh orang lain.
Sebuah dering ponsel dari dompet yang tadi Saina bawa membuat perempuannya itu beranjak. Melihat notifikasi dari ruang pesan membuatnya mengernyitkan dahi. Sebuah undangan untuk makan malam ke rumah ayahnya malam ini padahal di masa lalu tidak ada undangan makan malam pada tanggal ini.
Apa mungkin karena lusa kemarin ia menolak datang sehingga undangan makan malam kembali dikirim hari ini?
Saina melirik tanggal yang tertera di ponsel, mencoba mengingat dalam-dalam sampai akhirnya sebuah kejadian masuk ke dalam otaknya membuat rasa panik sedikit menguasai dirinya.
Hari ini tepatnya nanti malam... Ayahnya akan dilarikan ke rumah sakit karena keracunan makanan!!
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Enervate (Republish)
RomanceEND --------- Satu hal yang benar-benar Saina sesali hingga akhir hayatnya adalah menyia-nyiakan sang suami yang mencintainya hanya karena sebuah kesalahan berpikir. --------------------------------------- Insiden cinta satu malam yang merenggut kes...