4

901 92 19
                                    

Junghwan masih memandangi lelaki bola basket dari kejauhan, padahal mereka sudah cukup lama mengobrol ketika menunggu giliran masuk untuk mengecek kesehatan. Lebih tepatnya sang lelaki asing yang lebih banyak bercerita, sementara Junghwan fokus menyimak, sesekali memberikan tanggapan. Fakta penting yang ia ketahui adalah nama sang lelaki, Yoon Jaehyuk. Nama yang cukup bagus dan sangat cocok dengan penampilannya yang terlihat errr... tampan?

Karena merasa adanya kecocokan dengan lawan bicara, membuat Junghwan jadi ingin menemui Jaehyuk kembali. Semoga saja setelah menjadi mahasiswa, mereka bisa bertemu lagi di lingkungan kampus.

Mobil hitam dilapisi kaca gelap melaju meninggalkan kampus. Jeongwoo tidak memiliki banyak waktu berlama-lama di tempat itu. Lagipula ia tidak terlalu suka keramaian, melakukan hal ini semata-mata hanya karena permintaan Junghwan saja. Jeongwoo juga tidak mengerti mengapa ia mau mengabulkan permintaan yang terkesan tak tau diri.

Junghwan salah mengira, ia sempat mengira bahwa mereka akan langsung pulang ke rumah. Rupanya Jeongwoo malah melajukan mobilnya ke arah lain. Hingga sampailah mereka di suatu tempat yang terlihat asing, namun cukup familiar, entahlah Junghwan juga sulit menjelaskan hal itu. Mungkin karena dulu ia pernah mengunjungi tempat seperti ini dengan keluarganya dan terlalu lama berada di dalam rumah malah membuat Junghwan merasa kembali asing.

Bangunan yang cukup besar, Junghwan tau bahwa mereka akan berkunjung ke dalam mall ini.

Setelah memarkirkan mobil, Jeongwoo menarik tangannya, menuntun Junghwan masuk ke dalam gedung tinggi itu. Seorang security menyapa ramah, Jeongwoo tak membalas sedikit pun, hanya Junghwan yang balas tersenyum. Tuannya itu memang tipikal lelaki sombong dan angkuh.

Langkah kaki mereka terhenti di depan lift, tak menunggu lama ketika pintu terbuka, Jeongwoo kembali menuntun Junghwan masuk ke dalam. Lift menggunakkan kaca, sehingga Junghwan bisa melihat ke arah luar. Mata bulatnya berbinar melihat pemandangan yang lama tak ia temui. Dari atas dapat terlihat jelas banyak orang yang berjalan kesana kemari menjumpai berbagai macam toko. Terlihat menyenangkan sekali.

Lift berhenti di lantai 3. Pada lantai ini lebih sedikit toko yang terlihat, namun untuk jumlah pun masih terhitung banyak. Junghwan menatap kagum di setiap langkahnya berjalan. Ia masih tak menyangka bahwa tuannya begitu baik sehingga mau membawanya keluar sementara waktu dari penjara yang selama ini mengurung dirinya dalam waktu lama.

Dari menatap ke arah sekitar, kini Junghwan mulai menatap genggaman tangan yang begitu erat di bawah sana. Meski sangat berbeda sekali dengan ekspresi Jeongwoo yang seakan tak peduli, namun genggaman adalah bukti bahwa Jeongwoo tidak ingin Junghwan berada jauh dari jangkauannya. Diam-diam Junghwan tersenyum kecil.

Akhirnya mereka sampai di sebuah toko semacam perpustakaan? Entahlah Junghwan masih merasa asing. Bertahun-tahun berada di dalam rumah, membuatnya banyak tertinggal informasi dan kemajuan teknologi yang ada. Jeongwoo melepaskan genggamannya.

"Tunggu di sini."

Junghwan mengangguk, sedetik kemudian, lelaki itu sudah pergi entah kemana.

Tak lama Jeongwoo kembali dengan seorang wanita berseragam yang tersenyum ketika melihat Junghwan, "Mari saya antarkan."

Jeongwoo menggenggam tangan Junghwan sambil mengikuti arahan si pegawai wanita. Mereka berhenti tepat di depan koleksi tas dan peralatan seperti menulis juga menggambar. Aneka macam warna lagi-lagi membuat Junghwan betah menatap berlama-lama. Ia sungguh senang bisa datang ke tempat ini, meski tak tau tujuan pasti sang tuan mengajaknya.

Stockholm SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang