5

640 89 8
                                    

Suara ketukan jemari pada meja bernilai puluhan juta mengisi ruangan sunyi, seorang lelaki tengah sibuk memeriksa lembaran kertas berisi pekerjaan yang harus ia tangani. Papan nama yang ditelakkan di sana terpampang jelas nama sang pemilik ruangan, Tuan Park Jeongwoo.

Meski belum memasuki usia cukup matang, Jeongwoo sudah mendapat amanat dari sang ayah untuk mengurus beberapa cabang perusahaan keluarga. Tentu hal itu tidak hanya menjadi salah satu faktor, karena faktor lain adalah kepintaran yang dimiliki Jeongwoo. Kepintaran merupakan faktor pendukung yang membuat sang ayah yakin mewarisi perusahaan lebih awal, Jeongwoo dinilai mampu mengembangkan karena sudah belajar sedikit banyak tentang cara mengelola bisnis.

Jeongwoo adalah lelaki berjiwa pekerja keras. Hampir semasa hidupnya dihabiskan untuk belajar apa pun. Di usianya kini, ia lebih berfokus pada bisnis agar tidak terbebani dengan hal lain. Kesibukan itu mengakibatkan Jeongwoo hanya mengenal dunianya sendiri. Semasa SMA, ia bahkan tak pernah mencicipi dunia percintaan masa sekolah, Jeongwoo berpikir bahwa itu semua tak begitu penting untuk masa depan. Pemikiran itu tentu didorong oleh kedua orang tua yang membatasinya dalam bergaul, apalagi mengenal lawan jenis hingga memiliki hubungan khusus. Jeongwoo telah dipersiapkan untuk masa depannya kelak.

Walau lahir dari keluarga berada dan terpandang, ia tetaplah seorang anak yang harus mengusahakan kehidupan baik di masa datang. Tidak seperti kebanyakan anak keturunan 'ningrat' yang hanya haus akan harta orang tua, tanpa mau ikut berusaha. Berkat kerja kerasnya selama ini, Jeongwoo berhasil mempertahankan bisnis keluarga, bahkan meningkatkan pendapatan, sehingga ia memiliki cabang baru.

Bagaimana dengan orang-orang yang berada di sekitarnya? tentu saja banyak dari mereka yang mengagumi. Jeongwoo mendapat banyak pujian secara langsung mau pun tidak. Banyak pula lelaki dan wanita yang menyatakan ketertarikan. Namun, Jeongwoo tetaplah Jeongwoo, tak akan mudah goyah. Tembok pertahanan yang ia bangun sejak bertahun-tahun lamanya semakin kuat. Tanpa cinta ia tak akan sengsara.

Manusia bukanlah makhluk sempurna, pasti memiliki kekurangan baik terlihat mau pun tersembunyi. Sama seperti Jeongwoo, dari sekian banyak kelebihan yang dimiliki, Jeongwoo rupanya memiliki kekurangan yang tak semua orang mengetahuinya. Kehidupannya amat tertutup, membuat kebanyakan orang terbatas dalam mengenal dirinya selain di dunia bisnis keluarga.

Rupanya kehidupan yang tertutup sekian tahun itu malah membuat sesuatu dalam diri Jeongwoo tercipta. Sisi lain dari dirinya bukanlah sesuatu yang baik, sangat buruk. Belum lagi pergaulan dengan teman yang ia kenal di sebuah club semakin menjadikannya sebagai seseorang yang tersesat.

Beberapa tahun sebelum mengenal Junghwan, Jeongwoo adalah lelaki pendiam yang hanya akan mencari hiburan di sebuah club malam. Biasanya sepulang bekerja ia akan mencari kesenangan dengan meminum minuman beralkohol seraya menikmati dentuman musik keras, tanpa berniat mencari kegiatan lain. Sering kali nama dan kehadirannya menjadi sorotan di tiap kesempatan, mengundang para kupu-kupu malam menghampirinya tanpa diminta. Tubuh kekar itu dijamah penuh ketertarikan. Wajah-wajah penuh nafsu dari para wanita malam menjadi pemandangan biasa setiap berada di sana. Seperti biasa, Jeongwoo hanya akan membiarkan mereka, tanpa berniat menyentuh. Entah mengapa ia tak pernah bergairah.

Sejujurnya Jeongwoo diam-diam bertanya berulang kali pada dirinya sendiri tentang gairah seksual. Di usia ini sudah seharusnya hasratnya bergemuruh setiap kali melihat lekukan tubuh seksi dan sentuhan di tiap area sensitif dari para penggoda. Namun setiap kali berusaha membangkitkan, Jeongwoo selalu gagal. Nampak penolakan keras dari dirinya yang lain.

Hingga seorang lelaki asing asal Jepang merubah hidupnya. Dia adalah Watanabe Haruto.

Di suatu malam, Jeongwoo kembali mendatangi club, meminum satu hingga sepuluh gelas alkohol bukanlah hal yang aneh untuknya. Saat itu pula para wanita bersemangat menjamah tiap lekuk tubuhnya. Jeongwoo hanya berdiam diri, duduk di sofa yang telah disediakan untuk tamu VIP dengan tenang.

Tiba-tiba saja seorang lelaki menghalangi pandangannya, ia mengulurkan sebuah kertas kecil. Jeongwoo memusatkan atensi padanya, sementara semua penggoda telah diusir secara paksa oleh para lelaki bertubuh besar yang diketahui sebagai pengawal.

"Selamat malam, Tuan Jeongwoo. Perkenalkan, nama saya, Watanabe Haruto." sapa Haruto seraya mengulurkan tangan setelah kartu nama yang ia berikan diterima oleh Jeongwoo.

Jeongwoo tak berniat membalas sapaan. Tanpa mengatakan apa pun, ia bergegas pergi dari tempat itu, meninggalkan Haruto yang menatapnya seraya tersenyum licik.

Mengira Haruto akan menyerah begitu saja? Tentu tidak. Setelah menerima kartu nama sang lelaki, Jeongwoo mendapat banyak email dan pesan singkat berupa ajakan Haruto untuk bertemu. Ia berkata akan membicarakan sebuah bisnis yang cukup menarik.

Setelah banyak tawaran dari mulut manis Haruto, Jeongwoo akhirnya menyetujui kontrak kerja. Meski ia awalnya merasa ragu, namun apa boleh buat? Hidupnya terlalu membosankan jika hanya dihabiskan di dalam zona nyaman. Lagipula ia sudah mengorbankan puluhan tahun untuk belajar dan berbisnis, kini ia akan mencoba kehidupan baru yang lebih menantang.

Menjadi investor dari bisnis pinjaman uang.

•••

Awalnya Jeongwoo tidak terlalu menaruh ekspektasi lebih setelah menandatangani kontrak khusus dengan Haruto. Rupanya setelah mendapat penjelasan lebih detail, ia semakin tertarik mempelajari bisnis mereka.

Tahapan mudahnya adalah pihak Haruto akan mencari dan memasarkan perusahaan milik mereka berupa pinjaman uang. Target pasar utama adalah para kaum menengah ke bawah yang kesulitan dalam perekonomian. Lalu, setelah mendapatkan korban, mereka akan melanggar kontrak bunga yang disepakati di awal. Jika bunga pinjaman sebelumnya akan ditagih saat akhir bulan, maka Haruto akan menagihnya di awal bulan, ia juga akan melipat gandakan bunga tanpa persetujuan kedua belah pihak. Tujuannya tentu mendapatkan uang yang lebih banyak dengan cara instan. Jika peminjam tidak bisa melunasi hutang dalam waktu yang ditentukan, maka diharuskan menjual aset atau bahkan memberikan salah satu anggota keluarga sebagai bayaran. Memang licik, namun begitulah kerasnya kehidupan di dunia ini.

Jeongwoo sudah menyaksikan ribuan peminjam yang tersiksa akibat terlilit hutang. Para investor lain pun bersuk cita, perputaran uang terasa semakin cepat semenjak bekerja sama dengan Haruto. Banyak dari korban-korban yang akhirnya mengakhiri hidup akibat frustrasi atau merelakan anggota keluarganya sebagai bayaran agar terlepas dari terror penagih hutang.

Para anggota keluarga yang dijadikan sebagai bayaran nantinya akan diperjual-belikan di pasar gelap. Tak jarang para investor juga akan mengambil beberapa dari mereka untuk dijadikan budak seks, tentu dengan memberikan bayaran di luar bisnis sebagai investor pada Haruto. Lelaki licik itu berhasil mendapatkan milyaran rupiah dari bisnis gelapnya. Sementara korban-korban akan tersiksa seumur hidup tanpa bisa melarikan diri. Seperti menyerahkan hidup pada iblis.

Semula Jeongwoo hanya tertarik pada nominal uang yang bisa ia dapatkan dengan mudah, tanpa mau mencoba mencicipi korban yang akan diperjual-belikan, namun sesuatu membuatnya berpikir ribuan kali.

Semua berawal dari tatapan mata salah satu korban yang tak sengaja bertemu dengannya. Lelaki itu memiliki wajah cantik, kulit pucat, dan mata bulat yang sangat indah. Semula lelaki itu akan diberangkatkan ke pasar gelap esok hari. Namun Jeongwoo lebih dulu menahan Haruto.

Ia nampak tertarik membawa sang lelaki manis untuk pulang bersamanya.

"So Junghwan. I will take him with me."

Ratusan juta rela dikeluarkan oleh Jeongwoo demi bisa membawa pulang sang pencuri perhatian.

Stockholm SyndromeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang