Pertengahan menuju akhir tahun merupakan waktu dimulainya masa perkuliahan di kampus Junghwan. Rencananya ia akan bangun lebih pagi untuk mempersiapkan diri mengikuti rangkaian ospek. Sudah menjadi tradisi para mahasiswa baru mengikuti ospek minimal satu hari. Di kampus Junghwan sendiri hanya mengadakan selama satu hari. Barang yang ditugaskan untuk dibawa pun tidak banyak, hanya makanan ringan dan minuman.
Kemarin Jeongwoo sempat membeli beberapa makanan dan minuman. Junghwan tidak ikut karena kelelahan setelah bermain hampir seharian di atas ranjang. Terdengar jahat memang, ketika si manis harus menjaga kondisi tubuh, sang tuan malah memanfaatkan kesempatan dengan menambah durasi kegiatan seks.
"Wake up, Muffin."
Jeongwoo membuka tirai besar yang menutupi jendela kamar, lalu menarik selimut Junghwan agar tidur lelapnya terusik. Kegiatan mengusik tidak berpengaruh, Junghwan masih terjaga, mungkin terlalu lelah. Jeongwoo akhirnya memberikan ciuman kupu-kupu pada wajah Junghwan.
Karena mulai merasa terusik, Junghwan perlahan membuka mata. Pandangannya menyesuaikan cahaya yang memantul dari kaca jendela. Kulit pucat dan wajah khas bangun tidurnya malah memancing sesuatu dalam tubuh Jeongwoo.
Tangan kekar Jeongwoo membuka celana tidur miliknya dengan cepat, bahkan celana dalam sudah dilempar ke sembarang arah. Kejantanan berurat masih tertidur, namun ukurannya sudah cukup besar. Junghwan yang belum sadar sepenuhnya, dipaksa melahap kejantanan itu. Si manis hampir tersedak karena posisi mengulum yang tak begitu nyaman. Posisinya adalah Jeongwoo berdiri dan Junghwan mengulum kejantanannya sambil tetap berbaring di atas ranjang.
"Uhuk.. Uhuk.."
Junghwan tersedak saat Jeongwoo mengehentakkan miliknya maju-mundur. Air mata Junghwan perlahan turun membasahi pipi, ia merasa akan kehabisan napas jika Jeongwoo tak mau melepaskannya segera. Namun, sang tuan tetaplah pemilik Junghwan seutuhnya. Junghwan tidak berhak memberikan bantahan atau penolakan pada tuannya. Ia harus tetap menjadi kucing penurut yang akan selalu patuh bahkan jika hatinya sudah memberontak tanpa suara.
Hentakkan semakin cepat, Jeongwoo bahkan memegang kepala Junghwan agar miliknya semakin masuk ke dalam rongga mulut hingga tenggorokan. Di sela-sela hentakkan, Jeongwoo menggeram, kepalanya mendongak ke atas, bibirnya pun menjadi sasaran gigitan atas rasa frustrasinya mengejar kepuasan.
Junghwan sempat terpana melihat ekspresi sang tuan. Ketampanannya lagi-lagi membuat dirinya kalah. Junghwan ingin memberikan yang terbaik untuk tuannya. Sebelum pelepasan hampir didapat, Junghwan membantu Jeongwoo menggerakkan kepalanya secara mandiri. Ia juga memainkan twinsball sang tuan dengan jemari lentik. Bukan hanya kepala dan tangan saja yang bekerja, namun mulutnya memberikan service lebih berupa hisapan kuat. Junghwan melakukan segalanya untuk lebih merangsang Jeongwoo. Usahanya berhasil, Jeongwoo meremat surai kecokelatannya saat pelepasan mulai datang, sesekali meremat dada bulat yang mengakibatkan desahan tertahan. Niat hati ingin memuaskan Jeongwoo, Junghwan malah ikut menikmati sensasinya.
"Ahhh..."
Jeongwoo mendesah panjang seraya mendorong tengkuk Junghwan agar seluruh cairannya dapat tertampung di sana. Junghwan memejamkan mata, menelan seluruh cairan bagai susu yang menyehatkan. Ia juga sempat membersihkan cairan yang berada di sekitar kejantanan Jeongwoo.
Sang tuan hanya tersenyum, merasa bangga dengan peningkatan 'peliharaan'nya dari waktu ke waktu.
•••
Mereka menyelesaikan kegiatan panas di pagi hari pada pukul 7 pagi. Junghwan segera bergegas membersikan diri dan memasukkan seluruh barang kebutuhan ke dalam tas. Lalu berlari keluar rumah untuk menyusul Jeongwoo yang sudah berada di dalam mobil.
Baru saja masuk ke dalam mobil, Jeongwoo sudah mengunci pintu dan menyatukan bibir mereka. Ia rengkuh si manis ke dalam pelukan. Jarak antara kursi tak membuatnya menyerah, malah semakin mengeratkan pelukan. Jeongwoo menghisap bibir Junghwan begitu rakus. Padahal ia sudah sempat memakan sarapannya pagi ini, namun Junghwan akan selalu dijadikan sebagai hidangan penutup yang tak bisa ia lewatkan.
"Mhhh..."
Suara penyatuan bibir yang beradu terdengar jelas. Untung saja mereka masih berada di lingkungan rumah. Jeongwoo bebas melakukan apa pun, meski ketika berada di tempat umum, ia juga akan melakukan hal sesuka hati.
Mereka berciuman selama beberapa menit. Terlepas ketika Jeongwoo menjauhkan tubuh. Junghwan kira sang tuan sudah merasa puas menikmati bibirnya, namun dugaannya salah. Jeongwo malah beralih menargetkan leher jenjang Junghwan. Giginya menancap di sana, lalu menghisap kuat hingga menimbulkan kemerahan. Junghwan meremat kerah jas Jeongwoo. Sensasinya begitu nikmat.
Junghwan terus mendesah tanpa menahan sedikit pun. Jeongwoo tersenyum samar, nampaknya desahan Junghwan semakin menjadi alunan kesukannya. Terdengar begitu indah dan menggairahkan. Jeongwoo semakin terpancing, tangannya membuka satu persatu kancing kemeja Junghwan yang menampakkan tubuh dengan kulit pucat penuh tanda kemerahan. Pelakunya adalah ia sendiri.
Pandangan Jeongwoo begitu penuh akan nafsu. Tanpa menunggu lama, ia langsung menghisap nipple berwarna merah muda yang begitu mengundang. Hisapan itu tidak lembut sama sekali, mulut Jeongwoo seakan berharap sesuatu akan keluar dari nipple itu, begitu kuat hingga Junghwan sedikit meringis kesakitan.
Jeongwoo juga meremas-remas dada Junghwan sedikit kasar. Mungkin terlalu gemas melihat kedua benda bulat yang terlihat indah di matanya. Jeongwoo sangat menyukai tekstur dada Junghwan, begitu lembut. Sesekali ia goyangkan dan tekan, hingga sang pemilik sedikit merasa sakit. Junghwan hanya bisa berpasrah. Desahannya semakin mengalun, tak jarang menyebutkan nama sang tuan.
Sang tuan membimbing tangan Junghwan untuk mengalung di leher. Lalu tangan Jeongwoo berpindah posisi ke arah bawah, menjamah perut rata si manis, hingga sampai pada kejantanan mungilnya.
Jeongwoo membuka pengait celana, melepaskan seluruh kain yang menutupi, hingga menampakkan kejantanan tanpa sehelai benang apa pun. Milik Junghwan sudah memerah, nampaknya ia sudah menahan sejak tadi. Junghwan juga manusia biasa yang pasti akan terpancing jika dijamah sebegitu hebatnya.
Baru ingin mempersiapkan diri, Junghwan sudah dibuat terkejut ketika Jeongwoo tanpa aba-aba mengocok miliknya dengan cepat. Junghwan memajukkan dadanya, nampak tak kuasa menahan rangsangan di bawah sana. Jeongwoo tersenyum melihat reaksi si manis. Ia tidak berniat menghentikkan kocokan, malah mempercepat hingga Junghwan melampiaskannya dengan meremat bahu Jeongwoo. Sungguh gila, rasanya Junghwan akan pingsan sebentar lagi.
Jeongwoo masih terus memainkan benda mungil itu. Kejantanan Junghwan semakin memerah, sedikit membesar dari awalnya, pertanda ia sangat menikmati rangsangan. Kedutan sudah dirasakan, Junghwan sebentar lagi akan mendapatkan pelepasan.
Namun, belum sempat cairan keluar dari miliknya, Jeongwoo dengan licik menutup akses dengan ibu jari.
Junghwan menghela napas frustrasi, bagaimana ia bisa mendapat pelepasan jika begini?
"Tuan..."
"Open your mouth."
Junghwan hanya menurut, ia membuka mulut, seakan tau apa yang akan dilakukan sang tuan. Benar saja Jeongwoo menjulurkan lidah dan memasukkannya ke dalam mulut Junghwan.
Lidah mereka saling membelit di dalam sana. Bertukar saliva adalah kegiatan yang paling Jeongwoo sukai. Junghwan juga menyukai saliva sang tuan. Rasanya ia ingin menelan seluruhnya. Junghwan memang gila, namun Jeongwoo jauh lebih gila.
Tak lama Jeongwoo melepaskan kejantanan Junghwan seluruhnya, bertepatan dengan cairan putih menyembur dari dalam sana. Junghwan bernapas lega karena merasakan kenikmatan yang sejak tadi ia tahan.
"Sleep tight, Muffin."
Jeongwoo mengecup dahi Junghwan yang sudah memejamkan mata setelah lelah bermain. Lalu memasangkan kembali pakaian yang telah kusut ke tubuh si manis.
Mobil baru dilajukan setelah waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi.