𓆩༺♡༻𓆪
HARI berikutnya tidaklah seperti yang diharapkan. Seminggu bahkan sebulan yang berlalu pun masih tetap menghasilkan keheningan yang sama karena para pejabat dan putra-putra mereka memilih bungkam. Semuanya seolah beralih dengan cepat dan menganggapnya sebagai angin lalu saja.
Adrasius memukul mejanya dengan geram. Pesta yang ia buat secara besar-besaran beberapa waktu yang lalu terasa sia-sia. Baru kali ini titahnya dipandang sebelah mata oleh rakyatnya.
"Bagaimana ini mungkin?"
Satu gebrakan keras kembali terdengar di ruangan itu. Tidak hanya mengejutkan Aegeus yang sedang berdiri di sebrangnya dengan takut-takut, tetapi juga mengagetkan burung kenari yang sedang bertengger di dalam sangkarnya. Jujur saja, baru kali ini Aegeus melihat emosi rajanya yang tidak terkontrol sejak ia menjabat di istana.
"Para pejabat dan putra-putranya telah menghinaku!" geram Adrasius lagi dengan urat-urat kepala yang menonjol.
Wajahnya semakin merah padam. Harga dirinya sudah tergores akibat keabaian mereka. Namun, dia tetap tidak tahu bagaimana rasa sakitnya ketika para manusia lebih memilih untuk berpaling dari Dewa yang senantiasa mereka puja.
"Tenanglah, Yang Mulia. Mereka pasti punya alasan."
"Alasan apa?" tanya Adrasius dengan tatapan tak percaya. "Putriku adalah gadis yang sangat sempurna. Bagaimana mereka bisa menolaknya seperti ini?"
Aegeus kini memberanikan dirinya untuk maju ke depan. "Itulah alasannya."
"Apa?" sergahnya yang menolak untuk memahami ucapannya.
"Maaf karena aku lancang dengan mengatakan ini, tetapi Putri Psyche memang terlalu sempurna untuk manusia biasa seperti mereka."
Jawaban itu membuatnya tercengang. Putrinya terlalu sempurna sehingga tidak ada yang mau memperistrinya? Rasanya sangat konyol jika itu benar-benar itu yang menjadi alasannya.
"Tidak," tampiknya dengan dahi yang berkerut dalam. "Itu tidak mungkin."
"Aku mendengarnya dari para pejabat sendiri."
"Sepatutnya salah satu dari mereka tetap ada yang melamarnya! Apa mereka lupa dengan posisi tinggi dan tanah luas yang aku tawarkan!"
"Rasa takut sepertinya lebih besar daripada suapan manis," gumam Aegeus lirih.
Adrasius mendesis kecut. "Mereka sudah membuatku terlihat seperti pengemis."
"Kita akan menemukan jalan keluar untuk masalah ini, Yang mulia," urai Aegeus.
Matanya yang berapi-api mulai tampak berkaca-kaca oleh bendungan air mata. "Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan putriku ketika mengetahui pengkhianatan yang pedih ini."
Penasihat itu menghela napasnya panjang. Hati lembut sang tuan putri tentu saja akan robek ketika mengetahui kebenarannya. Dia pun memutar otaknya lebih keras untuk mencarikan solusi yang tepat sebelum air bah itu menerjang kembali dan menenggelamkan istana mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SOUL OF THE WINGED CREATURE
Fiksi SejarahMemiliki kesempurnaan yang paripurna, ternyata tidak selalu menjadi sebuah keberuntungan. Terutama bagi Psyche, putri ketiga Kerajaan Miletus yang dikenal dengan paras menawannya. Semua orang mengaguminya. Mereka mulai memuja keindahan dan kecantika...