JANGAN LUPA VOTE TEMAN!
.
.
.
.Sinar bulan telah menyambut, angin malam memasuki ruangan itu. Membuat gorden itu melambai kekanan ke kiri, Wei wuxian menyandarkan punggungnya ke sisi ranjang. Sampai suara pintu terbuka menyadarkan lamunannya.
"Sayang, waktunya makan malam" ujar Duchees Saren menghampiri putranya sembari membawa nampan berisikan nasi, lauk pauk serta sup daging yang tersaji di piring putih.
"Dimana meymey bu?"
"Dia ada di bawah, ada apa sayang? Apa ada yang kamu butuhkan?" Tanya Duchess saren.
"Tidak bu, aku hanya bertanya. Ibu, bolehkan aku bertanya tentang kalung ini?" Tanya wei wuxian sembari menggenggam kalung dileharnya.
"Dulu kakekmu pernah berkata, kalung ini adalah hadiah dari seorang penyihir yang pernah ia tolong. Katanya kalung ini bisa melindungimu disaat genting, tapi ibu tidak tau itu benar atau tidak" ujar Duchess pada putranya sembari tersenyum. Tangan nya mengambil piring nasi itu lalu menyuapi wei wuxian.Wei wuxian membuka mulutnya, ia rindu dengan sifat manjanya dengan sang ibu. Mulai bagi Duchess saren hanya dua hari mereka berpisah, tapi sebenarnya dia menikah dengan Kaisar Lan Wangji sampai dua tahun dengan hubungan yang tak bisa menemukkan kebahagiaan.
"Ibu aku bisa makan sendiri" ujar wei wuxian.
"Jangan menolah A'ying, besok pagi kamu sudah akan kembali ke Istana meninggalkan ibu dan ayah" ujar Duchess sembari tersenyum, rasanya baru kemarin putra kecilnya ini bermanja dan berlari. Wei wuxian begitu sangat di manja oleh kedua orangtuanya, apalagi menginggat dia anak satu satunya."Untuk masalah aku ingin bercerai dengan Kaisar Lan, aku bisa memudahkan nya dengan membuat baginda menikah lagi" ujar Wei wuxian.
Mendengar perkataan putranya, Duchess saren menaruh piring yang belum di habiskan itu, baru saja ia melupakan perkataan putranya yang ia anggap hanya candaan saja.
"Kamu yakin akan melakukannya nak? Sekarang kamu sudah menjadi permaisuri ibu negara ini" ujar Ducheess saren.Air mata Wei wuxian kembali menggenang, bibirnya mencoba mengulas senyum dengan penuh luka.
"Cinta? Aku tidak tau apa artinya cinta bu. Bagiku cinta itu hanyalah bualan saja, aku tidak mempercayai yang namanya cinta. Sekarang justru aku sangat membenci cinta" ujar wei wuxian tegas, tatapannya menyiratkan sebuah kebencian yang pekat. Baginya cinta hanya membuat dirinya sengsara, cinta membuatnya kehilangan ketiga orang yang paling ia sayangi. Cinta hanya membuatnya bodoh."Aku harap ibu dan ayah segera mencarikan istri untuk baginda" ujar wei wuxian.
"A'ying, apa yang kamu katakan nak? Kamu akan sakit hati. Jangan menyakiti dirimu sendiri, jika baginda tidak bisa mencintaimu maka ayah akan memaksanya" sambar Duke Chanze setelah mendengarkan pembicaraan keduanya. Hatinya sakit mendengar bahwa Kaisar Lan belum mencintai putranya."Tidak ayah, cinta tidak bisa di paksakan. Apa ayah dulu mencintai ibu karna sebuah paksaan?" Tanya Wei wuxian menatap ayahnya. Duke Chanze menggelengkan kepalanya.
"Aku kesini untuk meminta bantuan dari ayah, aku ingin ayah mencari seorang gadis. Dia Yanzi, seorang gadis biasa yang tinggal di wilayah yiling. Wilayah Duke Fanxing" ujar wei wuxian. Ia masih ingat saat suruhannya mencari tahu identitas yanzi dan hasilnya sangat mengejutkan. Ternyata yanzi adalah anak dari adik Duke Fanxing yang telah lama menghilang entah karna masalah apa. Yang jelas jika dia mempermudah dengan mempertemukkan keduanya, maka ia bisa keluar dari istana emas yang penuh darah itu.
"Baiklah, kali ini ayah akan membantumu untuk keluar dari istana. Jika kamu berubah pikiran, tidak masalah. Semua yang ayah lakukan hanya untuk kebahagiaanmu sayang" ujar Duke Chanze memeluk tubuh mungil putranya.
"Terima kasih ayah, A'ying sangat mecintai ayah dan ibu" ujar wei wuxian membalas pelukkan dari ayahnya diirigi dengan tangisan. Tanganya meraih tubuh ibunya untuk bergabung.