2

646 102 6
                                    

INI KALO AUTHOR SERING ILANG BERARTI LAGI ASIK PACARAN YAA HAHAAHAAHAH!!
.
.
.


Burung pun telah bernyanyi, sinar matahari memasuki jendela kaca, menyinari seorang pemuda manis yang tengah terbaring. Pemuda manis itu mulai mengerjapkan matanya, terlihat kedua bola mata berwarna merah darah itu menatap sekelilinya. Suasana dan aroma bunga mawar yang tidak asing baginya.

"Permaisuri" ujar seorang pelayan sembari memberikan hormat dan menunduk.

Seketika matanya membulat dan langsung beringsut duduk. Ia menundukkan tubuhnya kesisi ranjang sebelah kanan, wanita di depannya adalah Meymey. Pelayan setianya yang ia bawa dari kediaman Duke.
Dengan susah pemuda manis itu menelan ludahnya, tenggorokkannya terasa kering. Dadanya terasa sesak. Air matanya mengalir tanpa di cegah.
"Meymey" lirih pemuda itu.

Wanita didepannya menatap junjungannya dengan terkejut.
"Permaisuri ada apa? " tanya meymey khawatir.
"Apa ini tentang Baginda?" Tanya meymey.

"Meymey, kamu masih hidup?" Tanya wei wuxian seraya terisak isak. Pemuda manis itu menyingkirkan selimutnya kemudian menghampiri pelayannya.
"Meymey, ini benaran kamu? Kamu masih hidup" ujar wei wuxian sembari memeluk tubuh pelayan setianya. Suara tangisannya semakin kencang apalagi mengginggat bagaimana darah keluar dari leher nya.
"Aku kira aku tidak akan bisa bertemu denganmu lagi meymey. Bagaimana dengan ayah dan ibu? Apa mereka masih hidup?" ujar wei wuxian mengeluarkan semua kalimat pertanyaan pada pelayan nya.

Meymey tampak terdiam, ia tidak mengerti apa yang di pikirkan oleh majikannya. Mengganggapnya sudah mati.
"Apa permaisuri habis bermimpi buruk? Tentu saja Yang Mulia Duke dan Duchess masih hidup" jawab meymey.
"Syukurlah, jadi mereka masih hidup. Aku ingin bertemu mereka" ujar wei wuxian dengan wajah senang.
"Tapi permaisuri, kita harus izin dulu pada ibu suri" ujar meymey ragu.

"Ma- maksudmu? Ibu suri?" Tanya wei wuxian membuka mulutnya lebar, nafasnya kembali terasa tercekat.
"Permaisuri ada apa? Bener, permaisuri harus izin dulu dengan ibu suri. Demi nama baik permaisuri, baru dua hari permaisuri memasuki istana. Namun kaisar Lan harus pergi meninggalkan permaisuri di malam pertama permaisuri" jelas meymey prihatin pada majikannya.

"A- apa? Maksudmu? Baginda Kaisar pergi ke perbatasan?"

Meymey hanya menggangguk, ia merasa ada sesuatu yang aneh yang terjadi pada permaisurinya itu semenjak dia bangun dari tidurnya.
'Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada disini. Dua hari? Berati aku' batin wei wuxian turun dari ranjangnya menuju arah cermin. Ia melihat pantulan wajahnya kemudian merabanya.

'Benar ini wajahnya, apa dia di berikan kesempatan untuk hidup kembali dan mengubah takdirnya? Ia tersenyum. Akhirnya, akhirnya dia kembali. Untuk kehidupan keduanya, satu lah yang ia harus lakukan. Poin terpenting tidak boleh mencintai Kaisar Lan Wangji dan menyatukan Yanzi dengan Lan wangji. Kali ini ia tidak akan membiarkan kehidupan ketiga orang terpentingnya berakhir mengenaskan karna kebodohannya. Ia harus bangkit dan hidup, melupakan cintanya untuk kaisar Lan. Ia akan berubah dan membenci kaisar Lan'.

"MEYMEY, suruh pengawal untuk menyiapkan kereta. Kita akan pergi ke kediaman Duke" pinta wei wuxian.
"Baik permaisuri"

Setelah kepergian meymey, wei wuxian tersenyum. Ia meraba sebuah cermin yang berbentuk lonjong, menatap seluruh tubuhnya yang tengah memakai hunfu putih.
"Kali ini saya tidak akan mencintaimu, saya akan melupakkan anda Kaisar Lan. Karna dirimu hidupku menderita, lebih tepatnya aku harus kehilangan kedua orang tuaku. Aku yang bersalah namun kau justru menghukum kedua orangtuaku yang tida bersalah itu. Aku membencimu sangat membencimu" ucap wei wuxian dengan sorot mata penuh kebencian.

"Tapi tunggu, kenapa aku bisa hidup kembali?" Tanya wei wuxian seraya menggenggam kalung kristal berwarna hijau yang ada di lehernya. Kalung itu adalah pemberian dari ayahnya dan ayahnya selalu berkata bahwa kalung itu akan membawa sebuah keberuntungan.
"Apa ini ada hubungannya dengan kalung ini?" Tanya wei wuxian dengan kembali mengginggat disaat terakhirnya ia menggenggam kalungnya.

PEMBALASAN (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang