8

565 99 8
                                    

MASIH KURANG PEMBACA YA TAMPAKNYA HAHAHA!!
.
.
.
.


Pagi yang cerah di sertai angin sejuk, langit biru yang nampak indah dengan embun pagi yang membasahi dedaunan. Apalagi di temani secangkir teh hangat sambil menikmatinya ditaman, sesekali laki laki itu menyeruput tehnya. Rasa panas di cangkir itu seolah tak mempan di lidah nya.

Srup

Wei wuxian melihat ayahnya hanya bersikap santai saja, ia sudah pernah menjalaninya lalu untuk apa sekarang mundur. Rasa takut itu memang menghantuinya, darah yang terciprat di hunfunya. Lantas bukan berarti ia harus mundur karna rasa takut.
"A'ying, apa ini yang kamu takutkan selama ini?" Tanya Duke Chanze dengan tatapan nanar.
"Ayah, aku sudah pernah patah hati. Jadi jangan khawatirkan aku, aku akan mundur" ujar wei wuxian.

"Permaisuri"

'Ini lebih baik ayah, aku tidak ingin nyawa ayah dan ibu menjadi korban karna kebodohanku' batin wei wuxian.

Tidak beberapa lama salah satu pelayan mendekati keduanya, untuk mengabarkan tentang kedatangan Kaisar Lan. Wei wuxian mengajak ayahnya untuk pergi menuju gerbang istana. Saatnya ia bertempur dengan rasa sakit yang selama ini ia rasakan.
"Meymey, siapkan judah untuk Kaisar Lan, jangan sampai lupa" ujar wei wuxian. Sudah menjadi kewajiban jika seorang bangsawan pulang dari perang seorang istri akan menyiapkan jubahnya sebagai tanda kemenangan dan hadiah.

Keduanya berjalan menuju gerbang istana, sesampainya disana terdapat ibu suri yang menunggu mereka. Tampak wanita paruh baya itu terlihat semangat menunggu putranya.
"Ibu suri"

"Iya permaisuri, aku sangat senang. Akhirnya baginda kembali" ujar ibu suri antusias.

'Dia kembali, namun dia kembali bukan untuk membawa kebahagiaan ibu. Dia kembali untuk membawa kesengsaraan bagiku' batin wei wuxian.

'Ada apa dengan permaisuri, seharusnya ia merasa senang dengan kepulangan baginda. Tapi sekarang dia merasa sedih, sebenarnya apa yang sudah du bicarakan oleh Duke Chanze dan juga ksatria kemarin' batin Liu haikuan yang sejak tadi menatap kearah wei wuxian.

Tidak beberapa lama, pintu gerbang istana pun terbuka lebar. Kuda hitam itu memasuki halaman istana, seorang pria yang gagah dengan badan kekar, hidung mancung, bola mata kuning keemasan, bibir merah, kulit putih dan mata elangnya membuatnya menjadi ciptaan tuhan yang amat sempurna. Pria itu turun dari kudanya, langkahnya membuat tubuh wei wuxian bergetar hebat. Ia menunduk, rasa sakitnya tidak bisa ditahan walaupun ia sekuat tenaga menahannya. Pemuda itu mengepalkan tangannya guna menguatkan diri, pandangannya kabur karna terhalangi air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
"S- salam Hormat Baginda" lirih wei wuxian memberi hormat tanpa menatap Kaisar Lan. Hunfunya diremas kuat guna untuk menguatkan hatinya.

'Ayah akan membawamu pergi dari sini A'ying' batin Duke Chanze yang tidak tega melihat kesedihan putra kecilnya.

Matanya dengan jelas melihat tetasan air mata itu turun dari pipi putranya seperti hujan yang membasahi tanah.

"Permaisuri"

Ibu suri berusaha menyadarkan menatunya yang diam menunduk itu, wei wuxian mendongak tanpa berani melihat suaminya. Ia meraih jubah merah keagungan disampingnya yang bersimbol kekaisaran berwarna kuning keemasan, dengan tangan gemetar pemuda itu memakaikan jubah di bahu Kaisar Lan wangji.
Air matanya mengalir deras, ia masih ingat dimana tangan ini memakaikannya, hatinya yang terbuat dari duri mawar itu tidak mungkin membuatnya menoleh. Bukan degup jantung karna cinta dan bahagia, namun degupan jantung kesedihan yang menyiksanya secara hati hati. Membidiknya dengan tepat sasaran. Kaisar Lan menatap wajah yang di banjiri air mata itu, ia juga melihat tangan itu bergetar.

"Sudah" ujar wei wuxian menjauh dari tubuh Lan wangji.

Kaisar Lan menatap wei wuxian dengan tatapan aneh, tidak biasanya permaisurinya berprilaku seperti itu. Apalagi pemuda itu sana sekali tidak menatap wajahnya, biasanya pemuda itu akan memberikanya tatapan memuja, mengagumi dan mencintai. Tapi sekarang, rasanya sangat aneh, pemuda itu tidak lagi seperti biasanya.

"Aku membawa beberapa gadis yang akan menjadi pelayan istana" ujar kaisar Lan sesakali mencuri pandang kearah wei wuxian.

Lima gadis pun turun dari kereta itu, termasuk Yanzi. Mata wei wuxian terkunci pada wanita satu itu, namun hanya sementara. Wei wuxian segera menarik tangan meymey untuk mengajaknya kembali ke kediamannya. Sama seperti dulu senyuman itu tidak pernah lepas dari wajah yanzi.

Seakan mengerti meymey membimbing majikannya untuk pergi dari kerumunan itu, sampai di kamar wei wuxian menutup pintu kemudian menanggis sejadi jadinya.
"Aku membencimu, sangat membencimu sialan" teriak wei wuxian memukul dasanya sekeras mungkin guna menghilangkan rasa sesak yang hinggap didadanya.

Ia berdiri mengambil lukisan pernikahannya dengan Kaisar Lan, tanpa ampun merobek lukisan itu hingga tidak berbentuk.
"Aku membencimuu kaisar Lan Wangji" teriak wei wuxian melemparkan vas bunga yang tidak jauh dari jangkauannya.

"Akan ku pastikan kalian bersatu, biar kalian puas! Aku yakin, hatiku membencimu. Persatuaan kalian tidak akan mudah seperti dulu, aku akan mengubah jalannya. Orang orang yang dulu memusuhiku dan keluargaku, aku akan membuatnya merasakan apa yang dulu aku rasakan" ujar wei wuxian dengan mata berkilat penuh dendam. Mata merahnya semakin menyala menggambarkan amarah yang menggebu gebu.

PEMBALASAN (ONGOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang