After Tragedy - 01

244 31 2
                                    

/Ibukota

Hari ini tepat seminggu setelah kembalinya Calvin bersama dengan yang lain ke Ibukota. Ketujuhnya sedang berkumpul bersama di tempat yang mereka bilang sebagai markas tapi lebih mirip rumah karena fasilitas yang ada di dalamnya.

"Hah.... gue benar-benar bisa gila mengurus itu semua," ucapnya sembari melonggarkan dasi yang mencekik lehernya

"Orang gila mana yang mengambil kuliah hukum tapi malah membuka bisnis properti jika bukan lo, Hamza," ucapnya pedas

"Bukannya aneh jika Hamza tidak bertindak gila?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Marva

"Sudahlah kalian ini, sambat kerjaan terus," jengah Lian

Javi hanya diam dan menyimak karena ia sedang memperhatikan Calvin yang diam saja tanpa menimbrung.

"Are you okay?" Tanyanya kepada Calvin

"Gue okay, hanya gue masih belum bisa memosisikan diri gue di sini," ujarnya

"Oh iya benar, kita semua belum menceritakan apa-apa tentang kehidupan kita."

"Bodoh," umpat Rai

"Sudah, biar gue yang memulainya," menengahi

"Jadi Cal, gue cuma mau bilang kalau tragedi itu terjadi saat kita semua berada di kelas 12. Tragedi itu terjadi sekitar 7 tahun yang lalu dan itu memang lumayan lama. Sebagian dari kami ada yang melanjutkan bisnis keluarga dan ada yang memilih untuk melamar pekerjaan di tempat lain contohnya gue yang memilih untuk bergabung dengan pihak kepolisian," jelas Marva

"Sekolah kepolisian itu tidak mudah, Calvin. Kalo lo pikir Marva sesantai itu, nyatanya dia hampir gila saking susahnya," ungkap Hamza

"Jangan buka kartu juga, badak," kesalnya

"Sudahlah, gantian gue!" Menatap tajam

Marva dan Hamza langsung mempersilakan Rai untuk berbicara.

"Yah setelah tragedi itu gue memutuskan untuk kuliah sembari bekerja dengan baba."

"Dari kita semua juga sudah memilih jalan kami masing-masing, seperti Marva yang bergabung dengan pihak kepolisian, Hamza yang memutuskan untuk membuka bisnis properti, Lian yang menjadi dokter umum, Nevan yang memilih untuk menjadi koki di salah satu hotel bintang lima dan Javi yang memilih un—"

"Gue memutuskan untuk bekerja dengan lo, Calvin," memotong ucapan Rai

Kelimanya memasang ekspresi terkejut setelah mendengar penuturan Javi, sedangkan Calvin hanya memasang ekspresi bingung karena tidak tahu menahu apa yang dimaksud oleh Javi.

"Bagaimana dengan bisnis kuliner keluarga lo, Javi?"

"Gue masih bisa mempekerjakan orang."

"Lo tidak bisa seperti itu, Javi. Lo sudah memiliki kewajiban karena jika bukan lo yang melanjutkan bisnis itu, siapa lagi?"

Perkataan Calvin malah membuat wajah Javi menjadi semakin datar dengan tatapan tajam yang menyertai ekspresi tersebut.

"Gue tetap melanjutkan, tapi tidak untuk stay di sana."

Javi pergi begitu saja setelah berucap seperti itu menyisakan keenam yang lain dengan tatapan heran.

"Anak itu kenapa dah?"

Mereka yang masih ada di sana menggeleng dengan kompak karena tidak tahu apa yang terjadi dengan Javi.

"Calvin, gue rasa lo harus membicarakan semuanya dengan Javi," ucap Marva yang langsung diangguki oleh lainnya

After Tragedy || NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang