1

747 62 9
                                    

Setelah menitipkan kucingnya di tempat penitipan binatang peliharaan, Jaeyun menaiki bus untuk pergi ke kampusnya.

Waktu menunjukkan pukul setengah sembilan pagi, kelasnya akan di mulai sekitar pukul sembilan lewat. Jaeyun masih memiliki banyak waktu untuk tidak terburu-buru.

Sebuah notifikasi beruntun membuat Jaeyun segera membuka ponselnya. Mendapatkan pesan dari sahabatnya.

Jungwon•°•

||Jaeyun, hari ini kelasmu selesai jam berapa?
||Ayo bertemu sebelum kamu bekerja.

||Aku baru saja putus dengan pacarku
||Kamu harus menghiburku:(

||Aku selesai kelas jam sebelas siang.
||Jika mau bertemu, langsung di cafe kak Yeonjun saja agar aku bisa langsung bekerja nantinya, hehe.

||Ya Tuhan, kenapa bisa?
||Baiklah nanti kita bertemu dan ceritakan hal yang membuatmu sedih.

||Kita berbincang lagi nanti, aku harus segera turun dari bus.

||Baiklah, kita bertemu di cafe Kak Yeonjun.

||Hati-hati Jaee!!

______

Pesan berikutnya dari Jungwon tidak lagi Jaeyun buka, sekarang Jaeyun bergegas turun dan pergi ke kelasnya.

Memasuki kelasnya, beberapa sapaan Jaeyun layangkan saat bertemu tatap dengan beberapa temannya.

"Jaeyun! Tumben kamu datang sudah dekat dengan jam masuk?" Sapaan dari Sunghoon, teman dekatnya di fakultas yang sama.

"Aku pergi ke tempat penitipan binatang dulu tadi, jadi sedikit terlambat."

Sunghoon menganggukkan kepalanya, mulutnya kembali terbuka hendak bertanya, namun dosen yang mengajar masuk ke ruangan membuat Sunghoon mengurungkan niatnya.

Kelas selesai, Jaeyun menghembuskan nafasnya lelah sebelum membersekan barang-barangnya.

"Jadi kamu pelihara sesuatu?" celetuk Sunghoon membuat Jaeyun menoleh dan mengangguk sebagai jawaban.

"Aku memelihara kucing hitam, sejujurnya aku menemukannya pulang kerja kemarin, kakinya terluka dan hampir hujan, aku jadi tidak tega." jelas Jaeyun membuat Sunghoon mendengus pelan.

"Hatimu itu terbuat dari apa? Bisa-bisa semua binatang yang kamu temukan terluka akan diangkut semua."

Jaeyun tergelak mendengar ujaran Sunghoon, ia menepuk pundaknya dua kali tanda berpamitan.

"Aku tidak mungkin mengangkut mereka semua, aku duluan ya!"

"Hati-hati!"

><

Jaeyun memasuki cafe tempatnya bekerja, netranya menatap sekeliling hingga menemukan Jungwon yang sudah duduk dengan segelas minuman di depannya.

Kemudian Jaeyun memesan minuman sebelum menghampiri sahabatnya yang tampak murung.

"Jungwon─" Tubuh Jaeyun langsung ditubruk sebuah pelukan oleh Jungwon.

"Jaeyun... Dia jahat sekali..." lirihnya membuat Jaeyun balas memeluk Jungwon, ia mengusap punggungnya, mencoba menenangkan.

"Tidak apa-apa, aku yakin kamu bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik darinya."

Jaeyun mematikan lampu cafe, lantas melangkah menuju ruangan kakak sepupunya.

"Kak! Aku pulang sekarang ya!" pamitnya begitu membuka pintu ruangan sang kakak.

Yeonjun menoleh, kemudian mengangguk. "Kau terlihat buru-buru sekali." celetuknya kemudian.

Jaeyun tersenyum memamerkan giginya, "Hanya ingin cepat-cepat istirahat."

"Baiklah, hati-hati di jalan Jaeyun."

"Iya kak!"

Jaeyun kemudian mengambil barang-barangnya di ruangan khusus karyawan, menemukan salah satu teman kerjanya yang juga tengah bersiap pulang.

"Aku pikir kamu sudah pulang." Ujarnya membuat Jaeyun menoleh.

Jaeyun menggeleng ringan dengan senyum tipis, kembali menyibukkan diri dengan barang-barangnya.

"Jaeyun, mau ku antar?" tawarnya.

Jaeyun menoleh, "Tidak perlu deh kak, aku harus berbelanja dulu, jika mengantarku kakak bisa pulang terlalu larut." tolaknya tidak enak hati.

Jaeyun tidak yakin, namun Yeonjun selalu mengatakan jika pemuda di depannya memiliki ketertarikan lebih padanya.

"Aku duluan ya, kak heeseung!" Jaeyun kemudian segera berpamitan dengan langkah sedikit terburu meninggalkan ruangan.

Heeseung berakhir menghela nafas kasar. Menatap punggung Jaeyun yang menghilang saat pintu tertutup.

><

Jaeyun tersenyum menatap kucing peliharaannya, ia kemudian beralih menatap pemuda yang menjaga toko.

"Terima kasih."

"Tidak masalah, kucingnya tampak seperti pemalu. Lucu sekali." Ujaran dari pemuda di depannya membuat Jaeyun tergelak.

"Mungkin karena belum bisa beradaptasi di sini, sepertinya aku akan menitipkan kucingku selama beberapa hari ke depan." Jaeyun mengulas senyum tipis kala netra pemuda di depannya berbinar senang.

"Aku tidak keberatan sama sekali, tempat ini terbilang cukup sepi, jika kamu menitipkannya lagi sepertinya aku tidak akan kesepian."

"Ngomong-ngomong bagaimana jika kita berteman? Aku Sunoo." Lanjutnya dengan senyum manis.

"Tentu, aku Jaeyun, semoga kita bisa berteman dengan baik Sunoo."

><

Jaeyun menghela nafasnya kasar, ia membuka kandang kucingnya, membiarkan kucingnya berkeliaran di dalam apartemennya, lantas merebahkan tubuhnya di sofa.

"Melelahkan sekali." gumamnya menutup mata.

Jaeyun kemudian kembali membuka matanya kala merasakan geli di lehernya. Kucingnya mendusal dengan nyaman membuat Jaeyun terkekeh ringan.

"Kamu ini... Aku harus menamaimu apa ya?" Jaeyun mengusap kucingnya pelan.

"Bulu kamu hitam, tapi ada putihnya sedikit." Jaeyun menggumam pelan.

"Oreo! Namamu sekarang adalah Oreo! Hehe... Lucunya~" Jaeyun bergerak memeluk kucingnya yang tampak setuju dengan pendapatnya.

"Aku mengantuk, kamu tidak mengantuk?" Jaeyun menatap Oreo yang duduk di karpet tepat di samping ranjangnya. Ia menyiapkan tempat tidur untuk kucingnya di sana.

"Aku akan tidur sekarang, selamat malam Oreo!" Jaeyun terkikik pelan mengingat nama kucingnya.

Tak berselang lama, dengkuran halus terdengar. Jaeyun sudah pergi ke alam mimpinya.

Meninggalkan kucingnya yang kini mengeluarkan cahaya hingga kamarnya yang sudah remang kembali terang selama beberapa detik.

"Terima kasih, selamat malam juga Jaeyun."

•••

Haii^^
Aneh gak? Aneh sih:)

Sebenarnya aku ragu mau publish soalnya takut gak jelas dan bahasanya gak gampang dimengerti sama yang baca. Semoga kalian yang baca paham deh.

Koreksi jika diperlukan, terima kasih!

Oke deh bye-bye!!

Jayke || UNEXPECTED LOVE[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang