9

486 52 8
                                    

Jaeyun menatap setiap langkah Jongseong di depannya, ia kemudian beralih melirik buket bunga mawar di dekapan sebelum mengaduh kala dahinya membentur punggung Jongseong yang tiba-tiba berhenti.

"Maaf, sakit?" Jongseong mengusap pelan dahi Jaeyun.

Gelengan pelan Jongseong dapatkan, ia lantas menarik lengan Jaeyun agar berdiri di sampingnya.

Jaeyun mendongak menatap Jongseong yang kini mengusap pelan punggung tangannya dengan ibu jarinya. "Ini tempatnya?" cicit Jaeyun.

Jongseong tersenyum tipis dengan anggukan pelan. Setelahnya keduanya berlutut di depan makam mendiang Ibu Jongseong.

Jaeyun meletakkan buket bunga yang sedari tadi ia dekap. Ia menoleh kala rambutnya di usak pelan.

"Jongseong datang. Maaf baru mengunjungi Ibu lagi hari ini, sekarang aku sudah menemukan seseorang yang baik untuk mendampingi hidupku. Dia baik dan manis, namanya Jaeyun, kami saling mencintai dan berhasil menghentikan kutukannya, bukankah ibu bangga?"

Terdapat jeda yang cukup lama sebelum Jongseong menghela nafas dan mengusap nisan Sang Ibu.

"Aku menyayangi Ibu, selalu. Berbahagialah di sana, aku yakin Ibu tidak merasakan kesakitan lagi kan?"

Keduanya diam, hanya hembusan angin dan daun-daun yang bergesekan yang terdengar.

"Tante, Jaeyun izin dekat dengan Jongseong ya? Jaeyun akan memperlakukan Jongseong dengan baik sama seperti tante merawat putra tante dulu."

"Jaeyun tidak mau mengatakan hal lain, soalnya Jongseong suka jahil." ujarnya melirik Jongseong yang kini menatapnya dengan kekehan ringan.

"Ibu mengerti maksudku kan? Dia sangat manis."

><

Jaeyun memainkan jari-jarinya gugup, ia melirik ke arah Jongseong dan Ayahnya yang sedang berbincang di ruangan Ayahnya.

Jaeyun duduk di ruangan sekertaris Ayah Jongseong yang di beri sekat kaca. Pundaknya ditepuk pelan oleh wanita cantik dengan status sekertaris Ayah Jongseong.

"Tehnya bisa dingin Jaeyun, kamu tidak perlu khawatir tentang mereka. Pak Presdir memang cukup tegas dan disiplin. Tapi beliau tidak akan memarahimu kok." candanya dengan kekehan ringan.

"Heung~ Aku hanya khawatir beliau akan memarahi Jongseong." cicitnya menggengam cangkir berisi teh yang ditunjuk wanita tadi.

"Astaga... Kamu manis sekali, pantas saja Pak Jongseong menyukaimu."

Jaeyun hampir tersedak ludahnya sendiri kala mendengar panggilan untuk Jongseong.

"Tua sekali..." batinnya menahan tawa.

"Kamu tidak perlu khawatir. Nah! Lihat, dia sedang berjalan kemari sekarang, jadi nikmati tehmu dulu. Aku sudah menyiapkannya untukmu." Jaeyun mengalihkan pandangannya dan mengangguk menyetujui untuk menikmati teh rosemary yang disediakan wanita tadi.

"Jae... Ayo pulang."

"Eh? Tidak perlu menemui Ayahmu?" cicitnya bingung begitu berhadapan dengan Jongseong.

"Tidak perlu." Jongseong menarik pinggang Jaeyun mendekat.

"Kami pergi." pamitnya pada sang sekertaris yang hanya tersenyum sebagai tanggapan.

Setelahnya mereka meninggalkan kantor Ayah Jongseong dan kembali ke apartemen Jaeyun.

"Tidak mau pulang?" tanya Jaeyun begitu Jongseong merebahkan tubuhnya di kasur.

"Mengusirku?"

Jaeyun menggeleng panik, "Tidak!! Bukan seperti itu!!" rengeknya.

Jongseong terkekeh kemudian memberikan kode agar Jaeyun ikut berbaring dengannya.

Jayke || UNEXPECTED LOVE[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang