5

486 59 4
                                    

Hai!! Selamat malam. Gimana weekend kalian? Aku sih okelah 6/10

•••

Jongseong menatap Jaeyun yang kini berjongkok setelah gagal berkali-kali memainkan capit boneka. Bibirnya melengkung ke bawah tanpa sadar membuat Jongseong terkekeh ringan.

Keduanya berakhir ke timezone, setelah berdebat untuk kesekian kalinya.

Ia ikut berjongkok dan menatap Jaeyun yang masih cemberut. "Koinnya sisa dua." ujarnya seolah tengah mengadu, tangannya terjulur menunjukkan dua koin dalam genggaman.

Jongseong kemudian mengambilnya, dan membawa Jaeyun untuk berdiri. "Aku yang main, kamu mau boneka yang mana?" Jongseong menatap Jaeyun yang menatapnya ragu.

"Yang anjing itu sama kucing, harus dapat!!" pintanya memaksa.

Jongseong mengangguk, ia kemudian memasukkan kedua koin yang tersisa dan segera mencapit boneka yang Jaeyun inginkan.

Satu boneka terjatuh di susul pekikan girang Jaeyun yang langsung berjongkok mengambil boneka yang Jongseong dapatkan.

Jaeyun memeluk boneka kucing yang baru saja di dapat, ia berdiri menatap permainan Jongseong dengan serius.

Dan pekikan selanjutnya membuat Jongseong tersenyum bangga. "Ihh! Lucu! Yang ini buat Jongseong!" Jaeyun menyerahkan boneka anjing ke arah Jongseong.

Jongseong mengernyit bingung. Jaeyun yang menyadarinya langsung berceloteh dengan tangan yang bergerak menggandeng lengan Jongseong yang menganggur.

"Jongseong itu kucing, jadi yang ini punyaku." ujarnya menggerakkan boneka kucing dalam pelukannya.

"Kata Sunghoon, aku mirip sama anjing, jadi yang anjing punya Jongseong." lanjutnya dengan senyum lebar.

"Sunghoon?"

"Dia teman fakultasku."

Tangan Jongseong terangkat mengusak surai Jaeyun saat gandengan itu terlepas. Jaeyun kemudian berlari kecil ke arah permainan bola basket.

"Ayo taruhan!" ajaknya membuat Jongseong mengangkat sebelah alisnya, merasa tertantang.

"Boleh, yang kalah harus menuruti permintaan yang menang." sahut Jongseong disetujui Jaeyun.

"Apapun dan berapapun!!" tambahnya bersemangat.

Jongseong menyeringai, "Oke! Yang dapat skor sepuluh duluan yang menang."

Jaeyun tersenyum kemenangan saat skornya memimpin, 9-8.

"Kalah aja sih." celetuknya sombong.

Jongseong meliriknya sekilas, kembali memasukkan bola basket ke dalam ring.

Winner!!

Netra Jaeyun terbelalak, ia menatap skornya yang masih utuh sembilan. Menatap kesal ke arah Jongseong yang tersenyum remeh ke arahnya.

"Makanya jangan sombong." nasehatnya.

Jaeyun mendecih, "Yaudah! Mau minta apa?" tanyanya malas.

Jongseong membuat pose berpikir, "Makan dulu sekarang, udah sore. Permintaan lain aku minta di apartemen." ujarnya mendapat anggukan.

"Oke! Mau makan apa?" Jaeyun kembali menggandeng lengan Jongseong dengan dua boneka di pelukannya.

"Aku ikut kamu, kamu mau makan apa?" Jongseong menoleh ke arah Jaeyun yang segera memalingkan wajahnya.

Jaeyun merasa ada yang aneh dengannya, perlakuan manis Jongseong mungkin hanya sebagai bentuk terima kasih karena sudah merawatnya. Jangan bawa perasaan Jaeyun!

"Sundubu jjigae? Bulgogi?"gumamnya kemudian menoleh ke arah Jongseong.

"Baiklah, ayo cari restoran yang enak."

Jaeyun dan Jongseong kini makan dalam diam, sesekali Jongseong akan meletakkan daging panggang ke piring Jaeyun.

"Ish! Jangan di kasih aku semua. Kamu juga harus makan!" ujarnya galak ketika Jongseong lagi-lagi meletakkan potongan daging pada piringnya.

"Hm? Lagi pula kamu harus banyak makan, badanmu kecil sekali sih." ledek Jongseong kemudian.

"Tidak perlu membawa-bawa tubuhku! Tinggiku itu standar! Kamu saja yang terlalu tinggi!" ketusnya.

Belum sempat Jongseong menyahut, sapaan dengan nada meledek terdengar.

"Wah~ Ternyata Jaeyun sudah punya pacar ya?"

Sontak Jaeyun dan Jongseong menoleh, menemukan Yeonjun bersama dengan Heeseung.

Raut meledek Yeonjun terlihat sangat menyebalkan untuk Jaeyun. Ia melirik sinis kakak sepupunya sebelum menyeletuk pedas. "Berisik sekali! Makanya kalau pacaran itu pasangannya jangan di anggurin! Putuskan akhirnya."

Yeonjun memegang dadanya dramatis. Kemudian beralih menatap Jongseong dan bersikap seolah sudah pernah bertemu sebelumnya. Dia langsung mendudukkan dirinya di kursi yang kosong tepat di hadapan dua orang itu.

"Kenalkan aku Yeonjun, sepupunya bocah manja itu." Jongseong mengangguk ikut mengenalkan dirinya.

"Jongseong─"

"Aku tidak manja ya!! Tidak perlu berkenalan!" potong Jaeyun kesal.

Yeonjun memutar bola matanya malas, kemudian beralih menatap Heeseung yang masih berdiri kaku di tempatnya.

Meringis pelan ketika sadar pemuda itu mungkin kini merasa patah hati karena pujaannya sudah memiliki gandengan.

"Bunda tau belum?" tanya Yeonjun kembali berdiri.

"Tau apa?" tanya Jaeyun dengan mulut penuh.

"Kamu punya pacarlah! Idih! Dasar bocah kasmaran! Aku pulang duluan, hati-hati pulangnya. Ayo Seung!" Yeonjun lantas mencibir saat Jongseong mengusap bibir Jaeyun yang berantakan karena saus barbeque.

"Hati-hati kak!"

Jongseong menatap kepergian keduanya hingga tidak terlihat lagi di pandangannya.

"Yang bareng Kak Yeonjun siapa?" tanya Jongseong.

"Hng? Owng! Yawng tadwi berdwiri?"

Jongseong menggeleng heran, tangannya terangkat mengusap pipi Jaeyun yang menggembung. "Telan dulu."

Jaeyun menjauhkan tangan Jongseong dan cepat-cepat menelan makanannya dengan netra menatap sekitar, salah tingkah.

"Yang tadi berdirikan? Kak Heeseung, dia itu teman kerjaku di cafe, tapi dia jadi asistennya Kak Yeonjun juga, makananya mereka sering keluar bareng buat keperluan cafe. Kenapa memangnya?"

Jongseong mengangguk, "Tadi dia natap aku tajam banget." jelasnya membuat Jaeyun mengernyit.

"Mungkin dia suka sama kamu." lanjutnya membuat Jaeyun terbelalak.
"Ihh! Tapi aku tidak suka! Aku hanya menganggapnya teman!" entah mengapa Jaeyun merasa panik jika Jongseong tahu ada seseorang yang menyukainya.

Jongseong mengusak surai Jaeyun, merasakan lega dalam dirinya. "Iya, percaya kok. Selesaikan makannya, sebelum aku berubah jadi kucing lagi." Lanjutnya berbisik.

"Masih tetap bisa jadi kucing?" tanya Jaeyun ikut berbisik.

"Heem. Ekorku hilang bukan berarti kutukanku sudah hilang."

Jaeyun mengangguk mengerti, "Memangnya supaya hilang harus apa?"

"Rahasia." jawabnya meledek.

Jaeyun kembali fokus makan, membiarkan Jongseong yang lagi-lagi mengusak surainya.

Banyak orang yang mengatakan 'Yang diusap kepalanya yang berantakan hatinya' sekarang Jaeyun mengerti tentang kalimat itu.

Dan Jaeyun rasa sekarang ia harus berhati-hati dalam bertindak karena bisa saja dia hanya terjatuh sendirian.

•••

See you next chapter!!

Jayke || UNEXPECTED LOVE[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang