Ucapan Dirga tadi siang masih terbayang-bayang di otak Sania. Bagaimana rasanya ciuman? Secara teori, sih, Sania memang sudah hapal di luar kepala. Tapi untuk praktik, pengalamannya jelas masih nol besar.
Sania adalah cewek jomlo sejak lahir. Membuatnya tidak punya pengalaman sama sekali tentang hubungan romansa antara wanita dan pria. Entahlah, padahal ia merasa dirinya tidak jelek-jelek amat. Atau mungkin ....
"San, ikut gue beli kopi, yuk," entah sejak kapan Dirga tiba-tiba sudah berada di ambang pintu kamar Sania. Cowok itu hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong saja, tapi entah kenapa justru tampak menarik di mata Sania. "Ngapa bengong lo? Mau ikut nggak?" Dirga melipat kedua tangannya di depan dada, menunggu jawaban Sania yang masih diam memperhatikannya.
"Kok lo ganteng, sih, Mas, malam ini," jujur Sania apa adanya.
Dirga tertawa keras, tapi beberapa detik kemudian cowok itu merubah ekspresinya menjadi datar. "Nggak usah pake ngejilat, gue pasti traktir lo juga kok."
"Dih, siapa yang ngejilat. Gue jujur tau," Sania bangkit dari posisi duduknya di ranjang dan mengambil kardigannya di lemari pakaian. "Tapi gue nggak dandan, ya. Males," ujarnya cuek.
"Tapi lo udah mandi, kan, hari ini?" tanya Dirga agak skeptis.
"Muka lo bisa biasa aja, nggak? Gue udah mandi anjir."
"Berapa kali lo mandi hari ini?"
"Satu kali."
"Tuh, kan! Udah tau Indonesia panas, malah mandi satu kali sehari."
"Tapi kan gue di rumah aja seharian ini. Rumah juga adem, ada AC di mana-mana. Gue nggak bau keringet juga."
Dirga mengangkat bahunya tidak peduli. Cowok itu menghentikan debatnya lebih awal. Mengantisipasi sebelum sandal Sania mendarat tepat di mukanya.
"Ya udah, ayok," ajak Dirga seraya berjalan lebih dulu menuju lift dengan Sania yang mengekor di belakangnya seraya memakai kardigan putih yang baru saja ia ambil dari lemari pakaian itu.
"Lo tumben amat ngajakin gue keluar," tanya Sania saat keduanya sudah berada di dalam lift menuju lantai dasar rumah mereka.
Dirga menoleh sekilas ke arah Sania yang berpenampilan sangat cuek itu. "Biar ada temen," jawab Dirga sekenanya. "Tapi, gue punya saran nih buat lo, San. Kalau lo diajak jalan sama cowok PDKT-an lo, lo jangan dandan kayak gini, ok? Yang ada tuh cowok bisa ilfeel sama lo."
Sania menunduk dan memperhatikan penampilannya sendiri. "Emangnya kenapa sama penampilan gue? Baju gue baik-baik aja," karena Sania sangat yakin tidak ada yang salah darinya.
Dirga menghela napas. Ia memutar tubuhnya ke arah Sania dan menundukkan kepalanya demi memperhatikan Sania lebih seksama. "Pantesan lo nggak pernah punya pacar," ucapnya setengah mengecek lalu kembali memutar tubuhnya ke posisi semula.
"Apa lo bilang? Jangan bawa-bawa status jomlo gue deh! Lo nih ya, Mas. Ngajak ribut mulu, lo tuh ...."
Sania dan omelannya yang akhirnya memenuhi kedua telinga Dirga. Bahkan saat keduanya berjalan bersamaan ke arah garasi rumah mereka, omelan Sania belum kunjung reda. Dirga bahkan pelan-pelan mempertanyakan kenapa pula ia mengajak cewek itu.
***
Tempat tujuan Dirga adalah salah satu kedai kopi lokal yang ada di dekat rumahnya. Sebab ada deadline tugas yang harus segera ia kerjakan, maka Dirga pun membutuhkan kopi untuk menemaninya malam ini. Dan pilihannya jatuh ke kopi susu gula aren yang berukuran satu liter.
Tapi masalahnya adalah Sania masih bingung memilih menu sementara Dirga sudah selesai melakukan pemesanan. "Udah belum milihnya? Kasian tuh Mas-nya nungguin lo milih lama banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicious Poison
Lãng mạn🔞Kumpulan novelet (7.500 - 17.500 kata) khusus 21+ dengan tokoh yang bervariasi. Dibuat dengan plot dan diksi yang rapi di setiap ceritanya.🔞 Trigger warning akan disertakan di setiap awal cerita. Make sure you guys read the trigger warning first...