Dirga's Seduction - 1

3.8K 98 15
                                    

Trope : Saudara tiri

"San, bangunin Masmu sana. Dia ada kuliah pagi, lho," Mami meminta Sania, anaknya, membangunkan Dirga—kakak tiri Sania.

"Kenapa harus aku, sih, Mi, yang manggil Mas Dirga," protes Sania kesal, sebab fokusnya yang sedang menonton drama Korea di tv buyar seketika.

"Terus kalau bukan kamu siapa lagi? Mau minta tolong Pak Wanto juga kejauhan rumahnya," kata Mami tidak mau kalah. Sekadar informasi, Pak Wanto adalah nama ketua RT di lingkungan mereka.

"Oke ... oke ... Sania bangunin," Sania menyerah karena tidak ingin berdebat dengan sang ibu. Ia lalu berjalan gontai ke arah lift untuk naik ke lantai tiga, tempat kamarnya dan Dirga berada.

"Mas, disuruh Mami bangun," Sania memasuki kamar Dirga tanpa mengetuk.

Dan betapa kagetnya Sania saat mendapati Dirga yang tengah terlelap dengan posisi telentang di tengah-tengah ranjangnya. Ini bukan perkara karena Dirga masih tidur jam segini, bukan, tapi karena cowok itu tidak menggunakan apapun untuk menutupi tubuhnya alias ia tidur dalam keadaan telanjang bulat. Bahkan selimut tebal miliknya saja telah berakhir berkerut lusuh di sampingnya, benar-benar terabaikan.

Apa nggak dingin telanjang bulat gitu, mana AC-nya hidup lagi, dasar sinting, Sania memutar bola matanya kesal.

Meski Sania sering melihat pemandangan itu—karena ia lah satu-satunya orang yang selalu diminta Mami untuk membangunkan Dirga—tapi ia sama sekali belum terbiasa. Bagaimana bisa ia terbiasa dengan pemandangan yang membuatnya seringkali berpikir yang iya iya.

Sebagai mantan anak SMA—yang baru lulus minggu lalu—wajar jika ia masih penuh dengan rasa ingin tahu. Sania terkadang iseng mengakses hal-hal dewasa demi memuaskan rasa penasaran yang tak terbendung itu. Meski seringkali berakhir dengan ia yang merasakan sesuatu yang aneh di dalam dirinya. Seperti perasaan ingin ... mencoba. Dan tubuh Dirga adalah objek paling realistis yang selalu menjadi bahan khayalannya

Sania cepat-cepat menggelengkan kepalanya. Berusaha mengusir pikiran nakal yang baru saja datang tiba-tiba ke dalam benaknya. Mikir apa, sih, gue!

Dengan mata yang masih tertuju pada penis tegang yang menggiurkan itu, Sania berjalan mendekat ke arah ranjang. Sesampainya ia di tepi ranjang, dengan gerakan cepat Sania menarik selimut tebal Dirga dan melemparnya ke atas tubuh cowok itu. Demi menutupi senjatanya yang sebenarnya membuat Sania penasaran.

Sakit, nggak, ya, kalau masuk ke memek gue, bisik Sania penasaran.

Sania lantas menggeleng cepat-cepat, berusaha mengusir pikiran jorok yang terus menggelatutinya itu. Tak ingin berlama-lama di kamar Dirga, Sania langsung melancarkan aksinya dengan memukul-mukul pelan serta sesekali menggoyangkan lengan Dirga seraya berkata, "Mas, bangun, lo ada kuliah pagi, kan, hari ini?" namun tidak ada pergerakan apapun dari cowok itu. Membuat Sania kesal bukan main. "Mas, kalo lo nggak mau bangun juga, gue potong titit lo. Liat aja."

Ok, opsi potong titit sebenarnya terlalu ekstrem. Sania juga tidak berencana untuk benar-benar melakukannya. Akan tetapi, tampaknya cara itu cukup berhasil karena Dirga yang semula tidak merespons akhirnya mulai melakukan pergerakan. Dan berakhir dengan mata yang pelan-pelan terbuka.

"Berisik lo," ucap Dirga dengan suara seraknya yang terdengar seksi di telinga Sania.

"Udah syukur dibangunin, malah ngatain," Sania mencebik tak terima.

Dirga menghela napas dan menatap Sania sambil mengucek mata. "Jam berapa sekarang?"

"Jam 7."

"Mati gue. Kuliah gue setengah 8."

Delicious PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang