Trope : Childhood friend
Cantika menarik napas panjang saat taksi yang ditumpanginya berhenti di depan rumah nenek. Udara desa yang sejuk dan segar langsung menyambutnya begitu dia turun. Liburan semester kali ini ia putuskan untuk pulang ke rumah nenek di salah satu daerah di Yogyakarta, sebuah tempat yang selalu membuatnya merasa tenang.
Rumah nenek tak banyak berubah. Rumah kayu tua itu tetap berdiri kokoh di tengah kebun yang luas, dihiasi tanaman bunga warna-warni yang nenek rawat dengan telaten. Cantika langsung tersenyum, senang akhirnya bisa beristirahat dari segala rutinitas kuliah.
Nenek sudah berdiri di depan pintu dengan senyum hangatnya. “Cantika, Sayang! Sudah sampai, ya? Sini, sini, masuk!” katanya dengan nada penuh kehangatan.
Cantika berlari kecil dan memeluk nenek dengan erat. “Iya, Nek. Kangen banget sama nenek dan rumah ini.”
Mereka pun masuk ke dalam rumah, dan aroma harum kue pisang yang baru saja matang memenuhi udara. Cantika langsung menuju dapur, mengambil satu kue dan menyantapnya dengan penuh antusias.
“Kuenya enak banget, Nek!” pujinya sambil mengunyah.
Nenek hanya tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Kamu dari dulu memang doyan banget sama kue nenek. Eh, ngomong-ngomong, nanti malam ada tamu loh.”
“Tamu? Siapa, Nek?” tanya Cantika sambil mengambil kue kedua.
“Sepupunya mama kamu, Pakde Galih sama Mas Andrew yang dari Amerika. Mereka baru datang kemarin,” jawab nenek santai.
Cantika langsung terdiam sejenak. Andrew? Sepupunya yang dulu gemuk dan culun itu? Yang kalau ketawa selalu terbahak-bahak sampai orang-orang di sekitarnya merasa malu? Dia hampir lupa kalau Andrew sudah lama tinggal di Amerika. Terakhir kali mereka bertemu, Cantika masih SMP, dan Andrew adalah remaja yang suka memakai kacamata tebal, baju kebesaran, dan selalu membawa buku ke mana pun dia pergi. Dulu, Andrew lebih suka duduk di pojok ruangan, menghindari keramaian.
Namun, karena lama tak berjumpa, Cantika tidak terlalu berharap banyak. Dalam pikirannya, Andrew pasti masih seperti yang dulu—gemuk, kaku, dan tidak terlalu suka bicara.
***
Saat malam tiba, suasana rumah nenek berubah menjadi hangat dan penuh canda. Nenek menyiapkan makan malam yang meriah dengan hidangan favorit semua orang. Ada nasi kuning, ayam bakar, sambal terasi, sayur asem, dan kerupuk yang menggiurkan.
Cantika sedang membantu menata meja ketika pintu depan terbuka. Suara langkah kaki yang berat terdengar memasuki rumah.
“Hai, Andrew sudah datang!” sapa nenek dari dapur.
Cantika menoleh. Namun, bukannya melihat sosok Andrew yang gendut dan kaku seperti yang ia ingat, ia malah terpana. Sosok cowok tinggi dengan wajah tampan dan senyum lebar berdiri di depan pintu. Pakaian kasualnya yang sederhana tidak mengurangi pesonanya. Rambutnya rapi, tubuhnya tegap, dan dia tampak seperti seseorang yang penuh percaya diri. Yang lebih mengejutkan lagi, Andrew tidak lagi gemuk! Tubuhnya atletis dan proporsional.
Cantika hampir menjatuhkan piring yang dipegangnya. Itu Mas Andrew?!
“Cantika!” Andrew berseru sambil melambaikan tangan dengan ceria.
Cantika hanya bisa melongo. "Mas Andrew?" suaranya terdengar setengah tidak percaya.
Andrew tertawa kecil, mendekat dan langsung merangkulnya. “Kamu kaget, ya? Udah lama banget nggak ketemu. Aku sekarang udah lulus kuliah, loh.”
Cantika merasa aneh. Ini sepupu yang dulu dia anggap culun? Sekarang dia tampak seperti model majalah. Bahkan kalau dia mau menjadi influencer di sini pun, Cantika yakin akan banyak brand yang mengajaknya kerja sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicious Poison
Romance🔞Kumpulan novelet (7.500 - 17.500 kata) khusus 21+ dengan tokoh yang bervariasi. Dibuat dengan plot dan diksi yang rapi di setiap ceritanya.🔞 Trigger warning akan disertakan di setiap awal cerita. Make sure you guys read the trigger warning first...