Dirga's Seduction - 5

2.3K 47 15
                                    

Hujan turun semakin deras, disertai angin kencang yang membuat jendela bergetar keras. Suara tetesan air menghantam atap dan kilatan petir yang muncul sesekali, membuat suasana malam semakin mencekam. Dan di kamar Sania, suasana semakin seram karena mereka baru saja selesai menonton film horor.

"Ayo ke kamar gue," ajak Dirga setelah beranjak turun dari ranjang Sania dan mengambil laptop yang masih menyala.

Sania mengambil selimut dan bantalnya. Sementara Dirga mematikan laptop dan memastikan jendela kamar Sania tertutup rapat sebelum mereka berdua keluar dari kamar itu. Suara derasnya hujan dan gelegar petir membuat langkah mereka terdengar lebih tergesa-gesa menuju kamar Dirga.

Begitu sampai di kamar Dirga, Sania langsung menuju ke tempat tidur dan meletakkan bantal serta selimutnya di sisi yang kosong. Dirga menutup pintu dan menghidupkan lampu tidur kecil di sudut ruangan, memberi cahaya remang-remang yang cukup untuk membuat suasana tidak terlalu mencekam.

Dirga melihat Sania yang masih tampak gelisah meskipun sudah berada di kamarnya. "Lo nggak apa-apa? Kalo masih takut, gue bisa temenin lo sampe lo tidur," kata Dirga sambil duduk di sisi tempat tidur.

Sania mengangguk pelan. "Makasih, Mas. Gue cuma ... tadi filmnya benar-benar bikin tegang. Terus hujannya malah bikin tambah serem," ucapnya dengan jujur, sedikit tersenyum saat merasakan dukungan kakaknya.

Dirga tertawa kecil. "Gue juga ngerasa gitu, kok. Tapi nggak usah khawatir, sekarang lo aman di sini," katanya sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Sania tersenyum lebih lebar kali ini, merasakan sedikit kelegaan. Mereka berdua akhirnya berbaring di tempat tidur, punggung mereka hampir bersentuhan. Meskipun ada rasa canggung yang melingkupi, kenyataan bahwa mereka saling menemani membuat suasana menjadi lebih nyaman.

Suara hujan deras di luar masih terdengar jelas, sesekali diiringi oleh suara petir yang memekakkan telinga. Sania yang awalnya merasa takut, kini mulai merasa lebih tenang. Keberadaan Dirga di sebelahnya memberi rasa aman yang sangat ia butuhkan.

Setelah beberapa saat dalam keheningan, Sania akhirnya membuka suara lagi. "Mas Dirga, maaf ya kalo gue ganggu malam ini. Gue tau mungkin harusnya gue nggak takut, tapi ...," ia menggantungkan kalimatnya, merasa sedikit malu.

Dirga menoleh sedikit, memandang adik tirinya dalam kegelapan. "Sania, nggak usah minta maaf. Semua orang punya rasa takut, dan nggak apa-apa kalo lo mau ditemani. Gue kan kakak lo, gue akan selalu ada buat lo," jawabnya dengan nada tulus. Sungguh berbeda dengan Dirga yang biasanya.

Sania merasa lebih tenang mendengar kata-kata itu. Meski dalam hati ia cukup terkejut dengan respons tanpa bumbu kejahilan dari Dirga. "Makasih, Mas. Gue seneng punya lo di hidup gue," ujarnya dengan suara yang hampir berbisik, sebelum memejamkan mata, mencoba tidur. Juga setengah ingin kabur dari kata-katanya yang nyaris membongkar rahasianya sendiri.

Dirga tersenyum dalam kegelapan, agak senang dengan apa yang baru saja ia dengar. "Gue juga senang punya adik kayak lo, Sania. Sekarang lo coba tidur, ya," balasnya sambil menyesuaikan posisi tidurnya agar lebih nyaman.

***

Di kamar Dirga, suasana memang sudah mulai tenang, tapi Sania masih belum bisa tidur meski waktu telah bergulir belasan menit dalam riuhnya suara hujan. Dan walaupun mata Sania terpejam, pikirannya terus berputar, memikirkan adegan-adegan seram dari film yang baru saja mereka tonton. Juga ciuman beberapa hari lalu yang dilakukan Dirga kepadanya. Segala hal yang terasa tidak nyaman itu terus mengganggu pikirannya, sehingga alih-alih tidur, Sania justru hanya memejamkan matanya saja.

Tidak bisa. Sania sungguh tidak bisa tidur sekarang sekeras apapun ia mencoba.

Sania lantas membuka mata, menatap langit-langit yang samar-samar terlihat dalam kegelapan. Ia mencoba mengatur napasnya, berharap bisa segera terlelap. Karena masih tidak bisa tertidur, dan setelah Sania melirik ke arah Dirga yang berbaring di sampingnya. Akhirnya, Sania memutuskan untuk memecah keheningan.

Delicious PoisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang