Andrew dan Cantika memutuskan untuk bersantai sejenak setelah sarapan. Di rumah yang kosong tanpa orang tua atau asisten rumah tangga, suasana begitu tenang. Cantika melirik jam dinding di ruang tamu, masih pukul sepuluh pagi. Rasanya masih banyak waktu untuk bermalas-malasan. Cantika, yang sudah selesai mencuci piring dengan bantuan Andrew, mengusap tangannya yang basah dengan handuk kecil.
“Mas, mau nonton film nggak?” tanyanya tiba-tiba.
Andrew menoleh, ia duduk santai di sofa dengan buku yang baru saja ia ambil dari rak. “Boleh. Tapi film apa? Kamu lagi suka nonton film apa sekarang?”
Cantika menggigit bibir, berpikir. “Hmm, aku lagi suka film komedi romantis sih, tapi nggak tau deh Mas suka atau enggak.”
Andrew tertawa kecil. “Komedi romantis? Udah lama nggak nonton genre itu. Tapi, ya udah, aku ikut aja. Pilih film yang menurut kamu bagus.”
"Ok, tapi aku mandi dulu, ya?" Cantika tersenyum lebar sebelum melesat ke arah tangga menuju kamarnya, meninggalkan Andrew yang hanya menggeleng seraya tersenyum melihat sikap kekanakan dari Cantika.
Karena Andrew sudah mandi, ia memilih untuk menunggu Cantika sambil membaca buku yang ada di tangannya. Menit demi menit berlalu dalam keheningan, sampai akhirnya aroma segar tiba-tiba menguar di dekat Andrew dan diikuti oleh suara Cantika yang sedikit mengagetkannya. "Mas, pesan pizza dong," katanya riang sambil mengambil duduk di samping Andrew.
"Mau pizza apa?" tanya Andrew sambil menutup buku yang sedang ia baca dan meraih ponselnya yang ditaruh di atas meja.
"Meat lovers deh," sahut Cantika cepat.
Aroma sabun yang bercampur dengan losion itu masih mendominasi. Dan tanpa Cantika sadari, Andrew diam-diam mencuri pandang kepadanya sambil memesan pizza di ponsel yang sedang ia pegang. Andrew baru sadar, Cantika bukan lagi gadis kecil yang polos, cewek itu sudah berubah menjadi seseorang yang sangat menarik dengan paras yang cantik. Ya, sesuai namanya, Cantika.
Sementara Andrew memesan pizza, Cantika bangkit dan berjalan menuju rak TV, mengambil remote untuk membuka layanan streaming. Andrew mengikuti gerakannya dengan senyum kecil, menutup ponselnya setelah selesai memesan makanan, dan menaruhnya di atas meja. Ia menyandarkan tubuhnya di sofa dengan posisi santai, merasa bahwa menonton film berdua dengan Cantika, sepupu sekaligus sahabat kecilnya yang sekarang dekat dengannya adalah ide yang bagus.
Cantika memilih film komedi romantis favoritnya, To All the Boys I've Loved Before. Film itu ringan, penuh tawa, dan tepat untuk mengisi suasana yang sudah hangat sejak pagi tadi. Setelah memilih, Cantika mengambil beberapa bantal kecil dari sofa dan menaruhnya di lantai.
“Nonton di bawah aja lebih enak, Mas,” ajak Cantika sambil duduk di lantai yang beralaskan ambal hangat dan bersandar di kaki sofa.
“Memangnya beda, ya, duduk di lantai sama duduk di sofa pas lagi nonton film?" balas Andrew, membuat Cantika tergelak kecil. Meski demikian, cowok itu tetap menurut. Ia ikut mengambil duduk tepat di samping Cantika.
Film pun akhirnya dimulai, dan beberapa menit pertama dipenuhi dengan adegan lucu yang membuat keduanya tertawa. Andrew sesekali mengeluarkan komentar ringan, mengolok-olok tokoh pria yang menurutnya terlalu malu-malu. Sementara Cantika lebih banyak tersenyum, menikmati momen kebersamaan yang terasa begitu akrab.
Hingga tiba-tiba ponsel Andrew berbunyi. "Bentar, Cantik. Pause dulu," cowok itu menginterupsi sebelum akhirnya mengangkat telepon. "Halo, Pak. Sudah di depan? Oke, oke, saya ke depan sekarang."
"Pizzanya udah nyampe?" tanya Cantika semangat.
Andrew mengangguk. "Mas ke depan dulu, jangan nonton sebelum Mas balik," perintah Andrew yang dibalas dengan anggukan oleh Cantika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicious Poison
Romance🔞Kumpulan novelet (7.500 - 17.500 kata) khusus 21+ dengan tokoh yang bervariasi. Dibuat dengan plot dan diksi yang rapi di setiap ceritanya.🔞 Trigger warning akan disertakan di setiap awal cerita. Make sure you guys read the trigger warning first...