yungi ; the saint 🔴

80 8 0
                                    


"sampai jumpa di hari jumat, bapa!" ujar seorang gadis berponi dengan panjang rambut sebahu sembari melambaikan tangannya dari gerbang gereja. seorang pastur muda berkulit putih pucat tersenyum sekilas dan ikut melambaikan tangannya ke arah sang gadis.

waktu berdoa hari ini telah selesai. jemaat yang hadir telah kembali pulang ke rumahnya masing-masing dan meninggalkan gereja dalam keadaan lengang.

"bapa yunho, apakah anda ada rencana kegiatan setelah ini?" tanya seorang suster yang berpapasan dengannya di lorong kursi.

yunho menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kalau diingat-ingat, ia tak memiliki rencana apapun setelah sesi ibadah bersama selain menenggelamkan diri dengan urusan gereja dan sajak-sajak ilahi di hari ini.

"sepertinya tidak. ada yang dapat saya bantu?"

"ah, begini ... sebenarnya, tadi di depan kami melihat seorang pemuda yang katanya hendak melakukan pertobatan. apakah bapa berkenan untuk membantunya?"

yunho menganggukkan kepalanya diiringi dengan sebuah senyuman. "dengan senang hati, tentu."

biarawati tersebut lekas berterima kasih dan bergegas pergi untuk memanggil sang pemuda yang dimaksud, sementara yunho masuk ke bilik pengakuan dosa terlebih dahulu. ia duduk dan bersandar pada papan kayu tebal beraroma kayu sage dan palo santo. beberapa kali, ia sempat menghela napasnya.

kehidupannya sejauh ini terbilang baik, sangat baik malah. berjalan di jalan kebenaran dan membantu yang tersesat menemukan pelita mereka adalah tujuan yunho dan yunho merasa lega, karena mampu menjalankan peran kehidupannya sebagai seorang penuntun dengan sebaik mungkin.

ia tidak pernah mengira, bagaimana jadinya jika tak berada di situ? akan kemanakah hidup membawanya pergi?

saat sedang sibuk melamun dan merenung, terdengar derit pintu kayu sisi lain bilik pengakuan yang dibuka dan ditutup kembali dengan perlahan. suasananya begitu lengang sampai-sampai yunho mampu mendengar suara napasnya sendiri.

sedikit menyesakkan, kalau yunho diizinkan berkomentar.

mendengarkan orang-orang yang mengaku tentang dosa di masa kelam mereka, bukanlah perkara yang mudah. terkadang yunho perlu menahan diri mati-matian agar tidak terseret oleh arus emosi yang menguasainya. atau mungkin, menahan diri agar tidak menyibak penyekat bilik dan menghajar orang di baliknya atau ikut mengiba dan meneteskan air mata.

setelah sekian menit, tidak ada suara apapun yang terdengar selain napas yunho dan kaki yang beradu pelan dengan lantai kayu bilik. "mohon maaf, apakah anda di sana?"

suara yunho terdengar hati-hati, berniat memastikan kalau seandainya orang di bagian seberang bilik tidak sadarkan diri atau merasa tidak enak badan.

"ya, bapa, aku di sini."

suara beratnya yang lembut menggelitik telinga yunho. ada perasaan asing yang menyelusup ke rongga dadanya sewaktu mendengar suara itu. sukmanya seolah terbujuk rayuan untuk menetap di dalam bilik itu lebih lama dan menelisik kejelasan rupa sang pemuda setelahnya.

"bapa, aku melakukan sebuah dosa," ujarnya dengan sangat pelan. "aku membujuk seseorang untuk melakukan hal yang dilarang tuhan dan kami menyimpang dari jalan kebenaran."

yunho setia mendengarkan laki-laki di seberangnya. tatapan yunho tak pernah lepas dari kotak berjaring dengan lubang-lubang kecil yang terjahit di tirainya. wajah pemuda itu tak begitu jelas terlihat karena cahaya yang masuk ke bilik pengakuan tak cukup menerangi seisinya.

"aku membujuknya untuk menghabiskan malam bersamaku. aku merayunya untuk menggauliku dan bercumbu denganku. meskipun aku tau, ia adalah anak tuhan yang paling religius dibandingkan siapapun yang pernah kukenal."

[ bottom mingi ]: 𝐘𝐔𝐀𝐍𝐅𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang