Angin sepoi-sepoi terbangkan korden putih degan lembut. Sinar matahari sore yang masuk kedalam kamar buat suasana nampak lebih hangat.
Jaemin yang tengah bermain ponselnya sembari tengkurap di atas ranjang menoleh sekilas saat pintu kamarnya dapat ketukan.
Siapa?
“Masuk aja, pintunya ga dikunci.” Sahutnya.
Diambang pintu ada Haechan yang ternyata baru balik ke kos-kosan.
“Numpang cuci kaki sama cuci tangan dulu.” Haechan letakan paperbag dalam genggaman tangannya keatas meja sebelum langkah kakinya ia bawa kedalam kamar mandi milik temannya.
“Bawa apaan?” Jaemin lontarkan tanya begitu Haechan keluar dari kamar mandi. Si gemini itu lepaskan jaketnya untuk diletakan sembarangan diatas ranjang.
“Ayam mentega tuh.”
Si pemilik kamar akhirnya bangun dari atas ranjang, diambilnya jaket milik temannya itu untuk ia gantungkan.
Kebiasaan.
“Mau dong.” Tanpa malu bahkan Jaemin sudah buka paperbag yang dibawa Haechan.
“Lah emang buat lu itu.”
“Lah iya?”
“Iya, Mama yang masak. Katanya sih buat anak kesayangan Mama.”
Jaemin nyengir dengar jawaban temannya. Si manis itu lantas pindahkan ayam mentega buatan mama Haechan ke atas piring.
“Kesayangan lu juga ga?”
Tak langsung beri jawaban, Haechan malah ambil posisi duduk di atas lantai beralaskan karpet bulu lembut di kamar Jaemin ini.
Dadakan.
Kayak tahu bulat.
Kamar yang tiba-tiba hening bukan karena canggung. Lihat saja telinga masing-masing, memerah sebab salah tingkah.
Haechan akhirnya beri jawaban.
“Emangnya mau disayang?”
“Tergantung.”
“Lah?”
“Ya emangnya sayang?”
“Mau gue sayang?”
“Alah, muter-muter kayak baling-baling bambu.”
Jaemin suapkan ayam mentega kedalam mulutnya. Terdiam sembari tunggu respon sang teman.
Bukannya dapat jawaban, Haechan malah berdiri di depannya, mangap depan muka.
Ketika satu suapan Jaemin beri pada sang teman, Haechan pecahkan keheningan.
“Kayak lu, muter-muter...” Ucapan si gemini mengambang. “Dikepala gue.”
Senyum salah tingkah milik Jaemin buat Haechan ikut tersipu juga. Rasa-rasanya tak ada apa-apanya gelar penakluk manusia saat si penakluk bahkan tunduk pada manusia lainnya.
“Ayo makan deh, laper.”
“Nasinya ada emang?”
“Ya ada.”
Sebenarnya sederhana, ayam bumbu mentega buatan Mamanya tak seenak di restoran bintang lima. Namun entah kenapa sang teman amat menyukainya.
Nasi putih Jaemin tambahkan dalam piring Haechan sebelum letakan ayam mentega di atasnya. Duduk saling berhadapan dan pemandangan Jaemin yang lahap santap makanannya buat Haechan kulum senyumnya.
“Kenapa si?” Jaemin heran juga.
“Lucu aja pipi lu, ngembung isi makanan.”
“Lucu kok ga ketawa?”
“Harus ketawa ya?”
“Ya kalau lucu ketawa dong.”
“Kalau lucunya jadi naksir boleh?”
“Hah?”
“Iya, gue naksir sama lu.”
Bibir Jaemin bungkam tak jawab apa-apa lagi. Semburat yang muncul di pipi gembul temannya harus Haechan pertanyakan.
Sebab senja yang memantul atau sebab apa yang mereka rasa memang sama?
TBC.
🏃🏻🏃🏻🏃🏻
📎 Ketemu lagi sama agenda Hyuckna HTS era. Biasanya HTS tuh ngapain aja ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Tapi Demen
FanfictionYa ngga apa-apa, agenda orang HTS kayaknya lagi digandrungi sama dewasa muda. Tapi kalau dikasusnya mereka sebenarnya saling suka, cuma gabisa komunikasi aja