"Tidak ada manusia baik di dunia ini, mereka akan pergi setelah tujuannya tercapai."
-Z-
********
Di lapangan belakang, pelajaran olahraga materi lari jarak pendek akan segera dimulai. Zayn juga sudah bergabung bersama kelasnya setelah membersihkan kekacauan yang telah ia buat beberapa waktu lalu, Pak Riko—guru olahraga mereka meminta tiga murid untuk berdiri berbaris menyamping. Sedangkan sisanya, diminta untuk menonton di tepi lapangan.
Urutan lari jarak pendek dilihat dari absen, dan dilakukan secara bergilir sesuai instruksi yang diberikan oleh Pak Riko. Zayn, duduk seorang diri, sedangkan teman-temannya duduk bergerombol di sebelah sana, ia sudah biasa dijauhi seperti ini. Ketika semua anak terlihat senang dan saling menyemangati, Zayn cuman bisa meringkuk sembari mencabuti rumput untuk mengusir kebosanannya.
Sesekali ia melirik ke arah mereka dengan tatapan dingin, mereka berada di bumi yang sama, namun dunia mereka berbeda. Tempat mereka jauh lebih terang, daripada dirinya yang terbiasa dalam kegelapan. Zayn bisa saja datang ke sana dan bergabung bersama mereka, tapi ia lebih memilih menyendiri. Kenapa? Sebab ia paham reaksi seperti apa yang nantinya mereka berikan, apa itu? Tentu saja kebencian.
Jika saja ia dibesarkan dalam keluarga harmonis, dibekali kasih sayang dan orang tua lengkap. Mungkin, mungkin saja ia bisa bergabung bersama mereka. Berbagi sesuatu yang sama-sama mereka rasakan, sayangnya jika bicara soal orang tua saja dia sudah kalah telak.
Tak terasa, akhirnya nama Zayn dipanggil untuk lari jarak pendek bersama dua temannya yang lain. Rasanya begitu sakit, ketika dirinya berdiri mereka semua membisu disertai tatapan sinis, tidak sama seperti anak-anak lain yang disoraki semangat. Zayn menggertak kan giginya sembari berjalan menuju barisan.
Pak Riko memberikan aba-aba, lalu diakhiri bunyi peluit yang nyaring. Zayn berlari begitu cepat dan berhasil kembali terlebih dahulu, mengalahkan dua temannya yang lain tertinggal di belakang. Ada sedikit harapan di dalam hatinya, jika ia menang pasti akan mendapat ucapan selamat dari mereka.
Nampaknya, itu terlalu indah untuk menjadi nyata. Mereka semua hanya diam, dan samar-samar Zayn juga mendengar cibiran pedas memenuhi telinga dia.
"Cih, caper banget sih."
"Sok jago jadi cowok."
"Caper, baru menang sekali aja seneng banget. Padahal mah di pelajaran lain kosong."
Kedua tangan Zayn mengepal kuat, rahang anak itu mengeras. Tidak seharusnya ia berharap pada anjing-anjing kotor seperti mereka, tidak seharusnya ia mengharapkan pujian pada mulut busuk mereka. Seharusnya, lebih baik tadi dia sengaja kalah, karena memang itu yang mereka suka.
Pelajaran olahraga diakhiri, anak-anak bergegas meninggalkan lapangan belakang dan pergi menuju kantin untuk mengisi perut kosong mereka. Sedangkan Zayn, ia memilih pergi ke tempat loker siswa untuk mengambil makanan yang telah ia simpan di sana. Anak itu sudah tidak sabar, untuk cepat-cepat memakan bekal yang diberikan oleh 'Ze' kepada dirinya.
Dalam perjalanan, bayang kotak bekal berwarna merah muda terus saja menghantui pikiran Zayn. Guratan senyum semakin merekah, hati ia ikut berdegup kencang karenanya. Itu hanya sekotak bekal makanan, tapi mengapa Zayn sampai dibuat segila ini? Tentu saja, sebab itu adalah barang pemberian dari perempuan yang ia suka.
"Zera, Zera," ulang Zayn kedua kalinya disertai bumbu kebahagiaan, rasa obsesi telah mengalir deras dalam diri Zayn kepada Zera. Sampai, netra yang semula berbinar kini menjadi redup, ketika melihat perempuan tersebut dalam perjalanan kemari sambil menggandeng tangan cowok lain.
Rahang Zayn mengeras, otot-otot kekar mengecap pada permukaan kulitnya ketika tangan itu mengepal. Jarak mereka semakin mendekat, Zayn bisa melihat Zera tengah mengobrol santai bersama laki-laki yang digandengnya itu. Matanya menajam, menatap tangan mereka saling bertaut seperti itu, sisi psikopat Zayn dibuat bangkit. Ingin sekali rasanya ia memotong pergelangan tangan mereka agar terpisah. "Tubuh lo milik gue, Zera," batin Zayn dengan napas memburu.
Ia pun berinisiatif untuk menghentikan langkah mereka, Zayn berdiri di depan kedua anak itu. Zera dibuat terkejut dengan kemunculan Zayn, laki-laki yang bersamanya menautkan alis, tampak kesal dengan keberadaan Zayn.
"Hai Zera," sapa Zayn kepada Zera sambil tersenyum, tatapannya yang semula tajam seketika luluh menjadi lembut sehalus kapas. Napasnya yang semula memburu kembali normal, wajahnya yang semula marah kini menjadi ramah. Zera memang sangat berpengaruh untuk Zayn, jangan sampai Zera membenci dirinya karena sikap gelap yang tidak diketahui perempuan itu.
Tangan Zayn terulur hendak memegang Zera, tapi dengan cepat Zera mundur ke belakang, dan genggamannya pada laki-laki di sampingnya semakin mengerat. Zayn kembali menggertak kan giginya mendapat tolakan seperti ini. Raut muka Zera nampak takut, Zayn membencinya, kenapa ia tidak bisa menunjukkan senyuman manis itu? Senyuman indah yang pernah ia tunjukkan ketika memberikan sebatang coklat tempo dulu.
"Cih, jauh-jauh sana! Lo bikin cewek gue takut," ujar Saka sembari mendorong kasar dada Zayn.
Zayn selalu dianggap seperti hama, direndahkan layaknya binatang. Tapi, ini jauh lebih menyakitkan ketika menyaksikan Zera yang tidak membela dirinya dan memilih untuk diam. Zera menyukai dirinya kan? Lalu kenapa ia bersikap acuh?
"Zera, thanks buat bekalnya ya," ucap Zayn berusaha merajut senyum, berharap perempuan itu dapat memberikan jawaban yang menyenangkan.
Kening Saka mengerut dan menoleh cepat kepada Zera. "Lo kasih bekal ke cowok bangsat ini?" tanya Saka kesal, Zera menepisnya dengan gelengan cepat.
"Nggak, buat apa gue beri bekal ke cowok tolol macam dia," balas Zera sembari menunjuk ke arah Zayn. Melihat hal ini, senyuman sinis pun terbit dibibir Saka.
Saka menunjukkan wajah kemenangan kepada Zayn. Lagipula cewek mana di dunia ini yang menyukai manusia rendahan seperti dia, "see? Malu nggak lo? Jangan ngarep dapet bekal makanan dari Zera, sebutir nasi lo aja nggak pantes," sarkas Saka lalu mengajak Zera untuk pergi dari hadapan Zayn.
Ketika bayangan Zera dan Saka sudah menghilang, bukannya merasa marah dengan cacian yang baru saja ia dapatkan. Zayn malah dibuat senang dengan lontaran kata dari Zera. Zayn tidak menganggapnya itu sebagai bentuk penghinaan, melainkan kasih sayang.
"Lo pasti malu kan Ra, gue tahu sebenarnya lo suka sama gue. Tapi karena cowok bajingan itu lo jadi takut," senyum Zayn.
"Tenang aja, nggak akan ada yang bisa menghentikan kita bersatu, termasuk Saka. Pulang sekolah, dia bakal menjadi boneka gue selanjutnya. Boneka yang cacat tanpa tangan."
![](https://img.wattpad.com/cover/373559524-288-k592648.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GETIH
RomanceGETIH berasal dari bahasa Jawa yang bermakna darah. Zayn Wiratama, remaja misterius yang kerap menjadi target pembullyan dan bahan palakan siswa SMA ORION. Zayn, yang tidak pernah melawan meskipun dihina habis-habisan, membuat mereka semakin senang...