"Kau yang membuat ku gila, dan sekarang kau tanya aku kenapa? Ini resiko mu nona, ketika membuat logika laki-laki mati."
-Z-
********
Zayn berjalan menuju loker siswa dengan tangan kanannya membawa sisa nasi yang tadi ia pungut kembali dari lantai, ia ingin menyimpannya untuk istirahat nanti. Paman Zayn jarang memberikan anak itu uang saku, kalaupun iya pasti kurang untuk membeli makanan. Jadi, bisa dibilang Zayn bergantung kepada pemberian orang lain, seperti Pak Basid.
Sesampainya di depan loker, ia membuka loker besi yang dipenuhi coretan caci maki dari siswa SMA ORION. Segala bentuk penghinaan kamu bisa membacanya di sana, tak perlu jauh-jauh mencari bagaimana rupa iblis. Sebab, jawabannya ada disekitar kalian.
Suara decitan kecil terdengar, ketika pintu loker mulai terbuka. Pupil Zayn melebar lalu disusul senyuman merekah di bibirnya. Sebuah bekal makanan berwarna merah muda dan sebotol susu coklat ada di dalam sana, disertai note kecil bertuliskan 'dari Ze'.
"Zera sayang," ujar Zayn sembari mengambil note kecil itu dan menciumnya, pikirannya ikut berkhayal jika ia sedang mengecup kening Zera, perempuan yang dia cintai. Sudah beberapa kali dia mendapat makanan di dalam lokernya, dan dia yakin kalau itu berasal dari Zera. Memang murid mana lagi yang memiliki inisial 'Ze' di sekolah ini.
Zayn kembali menutup loker tersebut dengan perasaan senang, dan menuju ke kelas dua belas bahasa dua.
Keadaan koridor sudah lumayan sepi, dikarenakan bel masuk baru berbunyi beberapa menit yang lalu. Langkah Zayn terus berjalan hingga sampailah di depan pintu geser kelas dua belas bahasa dua, untung saja Bapak guru belum datang dan Zayn memutuskan segera masuk ke dalam sana.
Kedatangan laki-laki itu benar-benar seperti angin lalu, seolah-olah mereka semua tidak menyadari jika Zayn baru saja memasuki kelas. Padahal, tadi juga ada satu temannya yang datang terlambat sama seperti dia, namun mereka menyapanya bahkan menanyakan bagaimana kabar anak tersebut. Sedangkan Zayn? Hah, walaupun dia sekarat pun tidak akan ada yang peduli.
Dengan kepala menunduk, Zayn berjalan menuju bangkunya yang terletak paling belakang. Ini adalah sekolah ambis, dimana mereka semua bertahan di sini bukan hanya sekedar untuk belajar, melainkan mengejar prestasi dan mencetak nilai sebaik mungkin dalam persaingan yang ketat. Dan, ada sebuah peribahasa yang terkenal di kalangan siswa SMA ORION.
"Bangku belakang hanya untuk para pecundang."
Kenapa? Karena menurut mereka bangku belakang hanya dipersiapkan bagi mereka yang malas belajar, datang ke sekolah cuman untuk main-main saja. Lalu bagaimana dengan Zayn? Apakah itu berarti dia juga pecundang?
Tidak, Zayn tidak berpikir dirinya seperti itu. Menuruti omongan manusia hanya mempersulit hidup, itu cuman opini sampah dari satu manusia dan dimakan mentah-mentah oleh manusia yang lainnya. Jika anak yang duduk paling belakang dianggap pecundang, lalu bagaimana dengan anak yang duduk paling depan? Disebut pahlawan?
Pada dasarnya tempat duduk itu tidak menjadi masalah dan bahkan dijadikan bahan tolak ukur kepintaran seorang siswa, semua itu kembali lagi kepada pribadi masing-masing.
Tak lama kemudian, akhirnya Bapak guru memasuki kelas sembari membawa beberapa buku pelajaran, dan kegiatan pun dimulai. Sebelum diberikan tugas, seperti biasa Bapak guru akan menerangkan materinya terlebih dahulu di depan papan.
Sepanjang penjelasan serta puluhan rumus yang telah pria itu tuliskan di papan putih, Zayn malah dibuat gagal fokus oleh Zera yang sampai sekarang masih memenuhi pikirannya. Daripada memperhatikan, ia malah menciptakan dunia fantasinya sendiri dengan pandangan lurus ke depan papan sambil menopang dagu.

KAMU SEDANG MEMBACA
GETIH
RomansaGETIH berasal dari bahasa Jawa yang bermakna darah. Zayn Wiratama, remaja misterius yang kerap menjadi target pembullyan dan bahan palakan siswa SMA ORION. Zayn, yang tidak pernah melawan meskipun dihina habis-habisan, membuat mereka semakin senang...