06. Abadi Dalam Karya

3 2 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul dua. Kini Arya sudah berdiri di gerbang sekolah— menunggu Aretha keluar dari kelasnya. Kali ini Arya datang lebih awal, karena jika telat lima menit saja, pasti dengan nakalnya Aretha akan pulang dengan teman-temannya yang merupakan geng motor. Hal itulah yang selalu Arya takutkan, terlebih Aretha adalah putri satu-satunya yang harus ia jaga.

Sejauh mata memandang, Arya melihat Aretha berjalan ke arah gerbang. Pandangan Arya seketika tertuju pada lelaki yang berjalan bersebelahan dengan putrinya. Kenapa anak itu bisa berada di sekolah ini, pikirnya. Namun, Rezza nampak berjalan ke arah parkiran sekolah untuk mengambil motornya, setelah menerima anggukan singkat dari gadis yang kini meneruskan langkahnya— berjalan ke arah gerbang.

Melihat ayahnya yang sudah menunggu, lantas Aretha mempercepat langkahnya, yang kemudian menyalaminya ketika tepat berada di hadapan sang Ayah. Tidak ada lontaran dialog, saat itu juga keduanya masuk ke dalam mobil— bersiap untuk berangkat pulang.

Sepanjang perjalanan, Aretha nampak sibuk mencatat di buku tulisnya. Tentu hal itu membuat Arya melontarkan sebuah pertanyaan untuknya. "Sibuk banget, lagi mencatat apa?" tanya Arya.

Tentu pertanyaan tersebut segera dijawabnya. Walau pandangan masih tertuju fokus pada buku catatan yang menjadi bahan kesibukannya sore ini.
"Nelya lagi mencatat outline novel, Yah!" jawabnya singkat.

Arya kembali bertanya. "Kamu nulis novel lagi? Apa ada kisah yang singgah di harimu, sehingga kamu menciptakan karya baru?"

Pertanyaan tersebut membuat Aretha seketika melirikkan pandangannya ke arah sang Ayah yang tengah fokus menyetir mobil. Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang Ayah, justru Aretha kembali bertanya. "Kenapa Ayah bertanya seperti itu?"

Arya tersenyum singkat dengan netra yang tak lepas dari memandangi dengan fokus ke arah jalann di depannya. "Bukankah kamu penulis kisah nyata? Semua yang kamu tulis itu berasal dari kisah hidup yang telah kamu lalui, bukankah seperti itu, Nelya?" tanya Arya.

Aretha mengangguk singkat yang kemudian kembali melirik ke arah ayahnya. "Iya, karena aku mengikuti jejak mendiang Bunda ... semua kisahnya abadi di dalam karya, dan aku termotivasi oleh karyanya!" jawab Aretha.

"Cerita yang kamu tulis sekarang, apa ada kaitannya dengan Rezza yang kini pindah sekolah ke SMA 1 Tugu Pena? apa kamu akan mengabadikannya juga?" tanya Arya dengan raut wajah datarnya.

"Semua yang aku cintai sudah pasti akan abadi di dalam tulisanku ... gak peduli sekeras apa pun Ayah melarangku untuk bersamanya, karena di dalam karya-lah, aku dan dia akan abadi dengan alur yang aku ciptakan sendiri!" ujar Aretha.

Arya tersenyum singkat, tanpa sedikit pun berpaling dari pandangan di depannya— tetap fokus ke arah jalanan. "Baik, Ayah tidak akan melarangmu lagi, jangan salahkan Ayah jika suatu saat kamu terjebak dalam kerasnya dunia, peliknya alur kehidupan, hingga kenyataan yang harus kamu jalani secara ikhlas ... dan kembalilah pada Ayah jika kamu benar-benar dihancurkan oleh semua itu!" Final Arya, tepat saat ia memberhentikan mobilnya di parkiran pesantren An-Nur. Kini keduanya lantas keluar dari mobil, tanpa ada balasan dialog yang dilontarkan Aretha untuk ayahnya.

Aretha membuang napas panjang, berjalan lebih lambat menuju rumah keduanya yang berada di sebelah asrama santri putri. Satu persatu anakan tangga mulai dinaikinya. Kini Aretha tiba di kamar, lantas ia segera membaringkan tubuhnya. Terdiam dengan memandangi langit-langit kamar, di saat itulah perasaan tak karuan mulai muncul. Setiap hari nampak sama, tidak ada kebahagiaan yang menyelimutinya.

"Bunda ...," gumam Aretha.

Seketika air matanya mengalir perlahan tanpa disengaja. Lantas dengan segera ia menghapusnya dan beranjak untuk duduk yang semua berbaring. Ia membuka laptopnya, menampakkan sesuatu yang menjadi tempatnya menulis. Jari lentiknya begitu mahir— menari di atas keyboard dalam mengetikkan satu persatu kata yang kembali tersirat di benaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penulis Seperti BundaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang