Act 1: The next storm

69 15 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit malam berbintang menghiasi pemandangan gurun pasir sepi, sangat cocok untuk duduk menikmati pemandangan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit malam berbintang menghiasi pemandangan gurun pasir sepi, sangat cocok untuk duduk menikmati pemandangan tersebut.

Caelus saat ini duduk di atas atap bersama (name) disampingnya, tengah merokok dengan tenang.

"Kau masih tak bisa tidur?" Tanya (name) tiba-tiba, memecah keheningan diantara mereka berdua.

Caelus yang sedari tadi melamun pun akhirnya beralih ke wanita itu, entah mengapa merasa agak canggung dengannya. "Ah ya..."

Selagi dia memperhatikan (name) yang terdiam sejenak untuk menyesap rokoknya, dia mulai memperhatikan lingkar hitam dibawa matanya, sangat kontras dengan pupil hitam pekatnya.

Ah sekarang dia agak tau tampilan wajahnya setelah seharian berbicara bersama tapi merasa tak bisa mengingat wajahnya.

"Omong-omong, kau tak merasa kedinginan? Cuman mengenakan baju tanpa lengan dan celana pendek-"

Kalimat Caelus terpotong begitu dia melihat (name) membuang puntung rokoknya ke sembarang arah, lalu membaringkan diri. "Gak. Aku sudah terbiasa sama suhu di sini." Ucap (name) santai.

"Oh ya, maaf karena tak memberi sambutan yang baik untukmu. Padahal aku yang meminta bantuan ke kalian." Sambungnya lagi sambil memberi senyum pada Caelus.

"Hm tak masalah, meskipun jujur saja aku gak suka kemari."

Mendengar itu si surai pirang tertawa, langsung menahannya menggunakan telapak tangannya.

"Hah, kau ini jujur sekali yah, aku suka."

Caelus sendiri agak kebingungan, tak tau apa yang lucu sampai wanita ini malah tertawa, tapi karena sudah terlalu malas untuk bertanya, ia ikut membaringkan tubuhnya disamping (name).

"Sejujurnya, aku bingung kenapa kau memanggil dirimu Toliman. Bukannya itu terdengar seperti nama cowok ya?" Tanya Caelus penasaran, akhirnya menanyakan hal yang menjadi pertanyaan dikepalanya semenjak (name) tiba-tiba saja muncul dengan nama samaran itu.

"Apalagi kata Himeko kau langsung pergi tanpa sepengetahuan yang lainnya."

(Name) Menutup matanya, masih dengan senyumannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝘼𝙎𝙃𝙀𝙎 𝙏𝙊 𝘼𝙎𝙃𝙀𝙎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang