Someone to Stay

13 5 3
                                    

Selamat datang kembali🫶
Note📌
Bila ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan lainnya. Itu hanya kebetulan, cerita ini murni ide saya.

Sebelum membaca don't forget vote ya, guys!
‼️Please, don't be a silent reader‼️

•••

Cause every mother is daughter too.


Reysha menatap jengah adiknya yang melewati dirinya dengan tatapan tajam. Ia sudah berusaha melupakan kejadian seminggu yang lalu.

"Kak, kamu tuh punya pacar ngga sih?" Todong Chiara menatap dirinya yang asik memakan makanan ringan di sofa.

"Nggak ada tuh, lagian buat apa pacaran kaka ngga butuh" Reysha asik memakan kue kering yang ibunya buat.

"Pacaran apa kak, biar aku bisa bawa pacar aku kesini,"

"Bawa aja sih, ngga usah nyuruh aku cari pacar" Reysha memutar kedua bola matanya jengah.

"Justru itu ka, mamah dan papah ngga bolehin aku bawa pacar karna kaka belum punya,"

"Yaudah bagus deh, kalau gitu." Chiara semakin mendekati kakanya tersebut.

"Kok bagus sih, kak. Aku maunya kaka punya pacar biar aku bisa bawa pacar aku ketemu mamah papah" Chiara menggoyangkan bahu Reysha. Reysha yang merasa risih sedikit mendorong Chiara ke samping.

"Udahlah kamu ngomongin pacarmu yang ngga seberapa itu terus, bisa penuh conge kaka nanti," Reysha bangkit dari posisi duduknya.

Ia berjalan menuju dapur yang ternyata mamahnya ada di sana. Reysha memutuskan menghampiri mamahnya yang berdiri sendirian di depan meja dapur.

"Mamah ngapain?" Tanya Reysha saat ia berhasil berdiri di sebelah mamahnya. Detik selanjutnya Reysha terkejut dengan obat-obatan yang berada di hadapan mamahnya. Ia tak mengetahui penyakit apa yang selama ini diderita oleh mamahnya tersebut.

"Oh, ini obat penambah darah aja, kok" mamahnya yang sudah tertangkap basah itu mencoba berlindung.

"Mah, Reysha tau obat penambah darah yang sering mamah beli bukan yang ini," Reysha mencoba melihat kemasan obat tersebut.

Memang kapsul kapsulnya persis seperti kapsul penambah darah pada umumnya. Namun, mamahnya selalu menggunakan merk yang sama untuk kapsul penambah darah. Jika memang mengganti merk, pasti kapsul yang mamahnya berikan untuknya juga akan berganti.

"Ayo jawab mah, ini obat apa?" Reysha ingin rasa penasarannya akan obat tersebut terjawab. Ia tak ingin tidak mengetahui penyakit apa yang selama ini mamahnya derita.

"Rey, untuk sekarang mamah ngga bisa jawab dulu," mamah menggelengkan kepalanya.

"Yaudah, kalau mamah emang ngga mau jawab. Tapi apa ini penyakit parah?" Mamahnya menjawab pertanyaan itu hanya dengan gelengan sekali lagi. Reysha menatap kedua manik mata mamahnya tersebut berusaha mencari jawaban yang tepat. Nihil, mamahnya pandai menyembunyikan hal tersebut sendirian. "Mah, kalau mamah ngerasa sakit mamah harus bilang sama Reysha, ya. Pokoknya Reysha ngga mau denger hal buruk tentang mamah kalau bukan mamah langsung yang bilang."

Mamah mengangguk mendengar ucapan Reysha. "Iya, mamah akan ceritakan apapun ke Reysha, Reysha harus jadi anak kuat ya. Maafin mamah yang selalu salah dalam mengingatkan Reysha," mamah mengusap surai rambut Reysha dengan lembut. "Mamah cuman takut. Tiap denger hal buruk tentang kamu, mamah merasa gagal dalam mendidik kamu. Dan, tanpa mamah sadari dari cara mamah mengingatkan kamu seperti sebelumnya saja sudah salah"

"Mamah jangan bilang gitu, mamah ngga akan tinggalin Reysha kan?" Reysha menahan air mata yang akan mengalir di pelupuk matanya.

"Jangan gitu ah, ngomongnya. Tapi inget ya Rey, kamu harus jadi kaka yang baik untuk Chiara." 

"Pasti, mah. Walaupun Chiara kadang emang nyebelin."

Mamah membuka kedua lengannya untuk mempersilakan Reysha masuk dalam pelukannya. Reysha menyambut pelukan tersebut. Bagaimanapun mamahnya, Reysha akan tetap selalu membutuhkan kehadiran mamahnya.

"Mah, Chia laper" Chiara datang memasuki dapur yang langsung disambut dengan mamah dan kakanya yang sedang berpelukan. "Apaan nih, kenapa pelukan begini?" Chiara menatap keduanya dengan tatapan tak suka.

"Kenapa sih, iri ya ngga bisa pelukan juga." Reysha menatap adiknya itu dengan tatapan yang menantang.

"Bisa kok, mamah mau ikut peluk juga," rengek Chiara ke arah mamahnya.

"Yaudah, sini. Chiara juga dapet peluk kok" mamahnya membuka lengannya mempersilakan Chiara untuk ikut bergabung.

"Tuh, aku juga dapet," Chiara menjulurkan lidahnya kepada kakanya.

•••

"Nenek, ngga kenapa-napa kan, mah?" Chiara menatap neneknya yang tertidur dibantu dengan selang oksigen.

"Nenek ngga akan kenapa-napa kok, Chiara tenang ya, nak." Walaupun hubungan Chiara dan nenek tidak terlalu dekat. Namun, proses berkembangnya ia juga bersama dengan nenek sama seperti Reysha.

"Gimana kalo hal buruk terjadi ke nenek, mah?" Dengan wajah polosnya Chiara menatap mamahnya menuntut sebuah jawaban.

"Dek, jangan ngomong gitu, doain aja supaya nenek bisa siuman lagi," Reysha menepuk bahu Chiara yang duduk tepat di sampingnya.

"Tapi aku kan cuman mau tau aja," Chiara menunduk dengan murung.

Siang tadi, saat keluarga mereka asik menikmati acara bakar-bakar di halaman belakang rumah, termasuk dengan nenek yang ikut andil. Nenek yang sedang menyalakan api tiba-tiba jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.

Mamah tak fokus dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Ia berdiri dan beranjak keluar dari dalam kamar rawat, karena setelah kejadian nenek yang tak sadarkan diri ia diputuskan untuk dirawat di rumah sakit. "Mamah mau ambil baju buat nenek dulu, ya" Reysha dan Chiara yang memahami mamah yang memang membutuhkan waktu untuk sendirian memutuskan untuk tak ikut serta.

•••

Mamah menggenggam baju milik ibunya dengan tatapan sendu. Ia tak bisa berpikir jernih sejak tadi, "Mah, mamah bakal tetap sembuh kan? Mamah ngga akan ninggalin aku sendirian, kan?" Dibalik pintu kamar milik nenek yang terbuka, Reysha mendengar suara mamahnya yang bersedih.

"Mamah, kalau mamah bakal ninggalin aku, ajak aku juga ya, mah." Sejak saat itu, Reysha paham setiap ibu adalah anak juga. Sekuat apapun mereka di hadapan sang anak, sebenarnya hati mereka juga sama rapuhnya.

Tbc.

‼️don't be a silent reader ‼️

Location Unknown | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang