She's not my mother

13 8 1
                                    

Selamat datang kembali🫶
Note📌
Bila ada kesamaan nama tokoh, tempat, dan lainnya. Itu hanya kebetulan, cerita ini murni ide saya.

Sebelum membaca don't forget vote ya, guys!
‼️Please, don't be a silent reader‼️

•••

Syakila memejamkan matanya kala teriakan ibunya berhasil memekakan telinganya. Ia tak mengerti mengapa ibunya selalu memarahinya jika ia berbuat salah.

Katanya, marahnya seorang ibu berarti ia menyayangi kita. Namun, mengapa Syakila merasakan hal yang berbeda. Bukankah, jika ia disayangi oleh ibu maka ibu juga akan berbuat baik padanya. Tetapi, ibunya tidak pernah sekalipun melakukan hal baik yang ia rasakan.

"Kamu tau nggak, sekarang tuh jam berapa?" Suara ibu terdengar sangat lantang. Siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan sakit telinga. Syakila semakin menundukkan kepalanya. Ia mengangguk kecil.

"Kalo ditanya tuh, jawab" Teriak ibunya lagi. Kini mereka berada tepat di depan pintu masuk. "Kamu bisu?"

"Sekarang jam lima, bu" cicit Syakila menatap manik ibunya.

"Itu, tau. Kenapa baru pulang, jam segini?"

"Abis main di rumah Chessa, bu"

"Siapa yang suruh kamu main?" Kali ini Syakila tak berani untuk menjawab ia bermain memang tidak pernah meminta izin ibunya terlebih dahulu. Baginya, ibunya tak akan pernah peduli dengan apa yang ia lakukan di luar sana.

"Kenapa nggak bisa, jawab?" Syakila kembali menundukkan kepalanya. "Kamu tuh harusnya bersih-bersih rumah aja,"

"Syakila! Diajak ngobrol tuh denger nggak, sih!" Ibunya kembali menaikkan oktaf suaranya. "Anak siapa sih kamu, saya aja nggak sudi anggep kamu anak saya,"

Mendengar hal tersebut tentu saja Syakila merasakan hatinya seperti tergores. Bagaimana bisa, seorang ibu yang banyak orang bilang malaikat tak bersayap mengucapkan hal tersebut kepadanya.

Tak kuasa menahan air matanya yang turun, ia menarik nafasnya agar air matanya tak jatuh.

"Kamu nangis?" Tanya ibunya melihat tetesan air mata yang perlahan jatuh.

"Mah, aku mau ke kamar dulu ya," Syakila tak menjawab pertanyaan tersebut, ia langsung membalikkan badannya menuju ke dalam kamarnya.

"Ditanya tuh jawab, malah langsung kabur" saat ibunya memutar kepala untuk memastikan apakah pintu sudah terkunci, ia melihat ayah berdiri entah sejak kapan di depan pintu.

"Kenapa kamu marahin dia, begitu?" Tanya ayah dengan kerutan di dahinya.

"Emang kenapa kalau aku marahin dia begitu? Anak kita aja bukan, kok"

Syakila belum sepenuhnya pergi, ia berdiri di anak tangga paling bawah dan ia mendengar kalimat terakhir ibunya. Lantas, anak siapakah ia?

"Waktu itu kan jadi kesepakatan kita kalau kita bakal ngurusin dia dengan baik,"

"Kamu ini kenapa sih, dia bukan anak kita tapi kamu belain dia gitu banget" Ibu menunjuk wajah sang ayah. "Lagian kalau di depan dia kenapa kamunya ngga pernah bela? Kenapa harus nunggu dia pergi dulu?"

Syakila berlari menaiki tangga, ia sudah muak mendengar pernyataan bahwa ia bukan anak kandung dari keluarga ini. Artinya ia hanya anak adopsi saja. Pantas saja semenjak kelahiran adiknya ia tak merasakan kasih sayang lagi.

•••

"Kak, kenapa kita susah banget dapet anak ya," tanya ibu kepada ayah saat keduanya temgah duduk di sofa menonton televisi.

"Sabar, mungkin Tuhan belum percaya kepada kita untuk memiliki anak." Sang ayah mengusap kepala ibu dengan lembut.

"Tapi kan, aku mau cepet-cepet punya anak kaya suami istri lainnya."  Mendengar hal tersebut ayah mempunyai ide tersembunyinya.

"Oh, gini aja. Gimana kalau kita adopsi anak aja?" Tidak ada yang tahu, ayah memiliki maksud tersembunyi memberikan saran tersebut.

"Kenapa harus adopsi? Aku ngga suka kalau bukan anak kandungku sendiri,"

"Banyak yang bilang, kalau kita adopsi anak, setelah itu kita bakal bisa punya anak kandung juga,"

"Tapi aku ngga mau ngurus yang masih bayi kalau anak orang lain,"

"Yaudah, kita cari yang sudah umur tiga tahun saja"

"Yaudah deh, kalau cara itu bisa bikin cepet punya anak." Ibu menghela nafas kasar. "Oh iya, kamu kan suka donasi ke satu panti, kan?"

"Iya, yaudah besok kita cari anaknya di panti ya, sekarang tidur dulu ya, sudah malam"

•••

Semoga suka dengan chapter empatnya yaa.

‼️don't be a silent reader‼️

Location Unknown | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang