BAB 2. Falling in Love❤️

68 5 0
                                    

Beberapa kali ujung sepatu sneaker mahal itu menendang kerikil jalanan, langkah kaki jenjangnya berhenti mendadak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa kali ujung sepatu sneaker mahal itu menendang kerikil jalanan, langkah kaki jenjangnya berhenti mendadak. Kedua sisi pipi Renata menggembung, ia berencana bolos sekolah hari ini.

"Ouch, sialan!" Renata menghentak-hentak kedua kakinya ke tanah.

Wajah putihnya memerah, beberapa kali ia meniup-niup poni tipisnya. Matanya bergerak ke arah kaleng soda, ditendangnya cepat kaleng soda. Pupil mata Renata melebar di saat kaleng soda terjatuh tepat di depan kelompok angsa.

GLEK!

Susah payah Renata meneguk air liurnya, leher panjang mereka serentak melirik ke arah Renata. Kedua mata mereka berkilat, sinyal tanda bahaya langsung menyala di atas kepala. Suara angsa mengudara, Renata berlari terbirit-birit.

"TOLONG!" Renata menjerit keras.

Renata berlari dengan cepat, entah tenaga dari mana. Gadis remaja berpakaian putih abu-abu itu, begitu cepat.

"AWAS!" Renata berteriak lantang di saat pemuda jangkung yang berdiri menghalangi pintu  pagar yang baru saja dibuka untuknya.

Satpam yang membukakan pintu terkejut, refleks menutupi kembali pintu pagar dengan keras. Sementara pemuda remaja itu berbalik, ke arah Renata.

Peduli setan.

Renata meloncat tinggi di saat berada di depan pria berkaca mata tersebut, kedua tungkai kaki jenjangnya langsung mengapit pingang, sementara kedua tangannya membelit leher remaja beraroma permen karet.

"Waduh, Den Marvin," gumam lirih sang satpam terkesiap melihat kejadian yang sangat cepat di depannya.

Sekumpulan angsa yang mengejar Renata mendadak berhenti serentak di saat mata mereka bersitatap dengan mata tajam Marvin di balik kaca mata.  Semuanya serentak menurunkan sayap yang terkembang, berbalik meninggalkan pintu gerbang.

Seakan ketakutan dengan remaja berkaca mata di depan sana, Marvin mengerang rendah.
Embusan napas hangat gadis bak koala bergelayutan terasa menggelitik lehernya, bahkan degup jantung, serta benda kenyal menempel di dadanya.

"Turun," titah Marvin, deep voice Marvi menyapa gendang telinga Renata yang menggigil.

Satpam sekolah membuang muka, tangannya pelan sekali membuka pintu pagar sekolah yang ditutup keras karena takut dengan angsa galak yang suka nongkrong di depan gedung sekolah.

Marvin berdecak kesal, tangannya bergerak menarik bahu Renata.

"Nggak, gue nggak mau turun. Gue takut dipatuk sama angsanya," tolak Renta yang masih tidak sadar dengan kondisi ambigu dirinya dan Marvin saat ini.

"Angsa mana yang lo, maksud? Nggak ada angsa di sini. Jadi tolong turun dari tubuh gue, Renata," balas Marvin yang merasa kedua kaki Renata semakin mengeratkan membelit pinggangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRANSMIGRASI CEGILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang