empty space

6 3 0
                                    

Sewaktu minggu pertama salju mulai turun aku mencoba pergi ke luar rumah setiap harinya, ke tempat yang berbeda, hanya untuk mengingatmu. Kau tahu kan, katanya salju menyimpan banyak kenangan? Ternyata aku hanya sanggup pergi lebih selama tiga hari, sisanya merenung di dekat rumah atau terdiam di sisi jalan.

Hari pertama aku membeli secangkir kopi di minimarket terdekat dan meminumnya di samping mobil orang yang terparkir. Ternyata rasa kopi ini payah. Aku tak akan lagi-lagi membeli kopi murah. Lalu aku naik bus, membiarkan diriku dibawa kotak panjang ini berkeliling kota.

Hari kedua aku mendatangi toko sepatu di dekat perpustakaan kota. Kau ingat kita pernah membeli sepatu pasangan di sana? Tadinya aku ingin membeli sepatu baru karena rasanya sepatuku tidak cukup tebal, tetapi aku hanya berakhir melihat-lihat. Penjaga toko masih mengingatku, rupanya. Beliau bertanya ke manakah dirimu. Kujawab malu-malu, kau sibuk. Ah begitu? Penjaga toko lalu memberikanku kupon potongan harga. Katanya, datang lagi ketika aku sedang bersamamu.

Hatiku teriris sedih. Penjaga toko sepatu saja masih mengingat tentang kita. Aku menerima kupon tersebut, mengucapkan terima kasih, lalu pergi sambil menahan air mata yang berusaha terbit.

Hari ketiga aku ingin membuat boneka salju. Aku sudah berjalan menuju taman perempatan jalan. Anak kecil dan orang dewasa mengisi penglihatanku, entah bermain, berjalan, atau sekadar mengobrol. Aku memperhatikan mereka. Boneka salju, ya? Sendirian? Tidak bisa. Jiwa mungilku terlalu malu untuk bereaksi. Jadi, aku memutar badan tanpa menengok lagi. Di perjalanan pulang, kakiku tersandung dan tubuhku menghantam salju. Benar-benar hari yang sial.

Itulah sebab aku hanya sanggup keluar selama tiga hari.

Aku tertampar fakta bahwa tanpa kehadiranmu di sisiku ternyata sesakit itu. Ruang kosong di hatiku sudah tak terbendung lagi.

i was a liar when i said i love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang