"Kali ini masalah apa lagi? Mau jadi sok jagoan kamu! Sekolah saja tidak pernah becus, pikiranmu itu cuma berantem berantem terus" cerca ayahnya, Barnet.
"Tiru itu kembaran kamu, Roe tidak sekalipun membuat masalah di sekolah bahkan――
Omelan ayahnya sama sekali tidak Ragas perdulikan. Sudah terbiasa dirinya dibanding bandingkan dengan kembaran yang menurutnya lemah itu. Ia memandang datar ayahnya yang masih saja sibuk berbicara omong kosong.
"Kalo orang tua ngomong itu dijawab!! Mau jadi apa kamu besok hah?"
"Mereka duluan yang nyerang Ragas. Dan kalo ayah tau, Roe ga pernah buat masalah karena anak itu lemah―
"MAKSUD KAMU APA?? ROE ITU KEMBARAN KAMU RAGAS!! MASIH LEBIH BAIK DIA DARIPADA KAMU!!!"
Ayahnya memijit pelan kepalanya. Dirinya lelah. Sudah berlangsung cukup lama ia tidak pernah melihat mereka berdua akur. Apakah karena sudah sama sama menuju dewasa? Tidak mungkin.
"Balik sana ke kamarmu!" putusnya
🪡
Ragas bertemu dengan sosok yang ia benci. Kembarannya, Roev Calson. Tentu saja di rumah ini kamar miliknya bersebelahan dengan kembarannya. Ia berdecak sebal, tatapannya berubah menyorot dingin.
Ragas tetap berjalan lurus tanpa repot repot menoleh. Sayangnya sebuah tangan menahan lengan kanannya. Ragas menoleh dengan tatapan bengis.
"Lepas!"
Roe hanya diam menatapnya kemudian menunduk. Ingin berkata sesuatu tetapi ia tidak mempunyai keberanian lebih.
"Lo budek?"
Tubuh Roe tersentak saat mendengar suara itu. Reflek ia melepaskan tangannya.
"Agas lukany―"Ck. Bukan urusan lo"
Roe hanya menatap dalam diam memandangi punggung Ragas yang mulai menjauh sampai masuk ke dalam kamar. Ia menghela napas sedih. Sampai kapan?
Bagi Roev, Ragas Caleopta merupakan kembaran yang dapat ia andalan dalam segala hal. Dirinya pemalu sekaligus penakut semenjak kejadian perundungan. Roe sangat terbantu dengan perlakuan Ragas―biasa ia panggil Agas yang selalu ada untuk dirinya.
Itu dulu. Entah karena apa, sekarang Ragas menjauh darinya bahkan sampai begitu membencinya. Roe sempat menanyakan hal itu tetapi malah mendapat balasan dingin dan kata kata yang menyakitkan.
Permasalahan tanpa kejelasan yang pasti membuat dirinya mulai muak memperlihatkan keperdulian yang bahkan tidak pernah mendapat balasan yang baik.
Lama ia berdiam diri sambil melamun, Roe memperbaiki kacamata yang mulai melorot dari hidungnya. Kemudian berjalan ke ruangan Barnet, ayahnya.
🪡
Barnet menoleh ke arah sofa tempat Roe duduk yang memasang muka sedih. Bibir anak itu mengerucut tanpa pemiliknya sadari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminos ;Dum Vita Est, Spes Est.
Teen FictionMereka kembar. Meski memiliki fisik dan rupa yang sama, terdapat banyak sekali perbedaan. Hubungan keduanya tidak baik―bahkan tidak pernah baik. Mereka saling menghindar satu sama lain. Hal itu sudah berlangsung selama 5 tahun terakhir. Hanya karen...