Bel pulang sekolah telah berbunyi. Tubuhnya tersentak kaget. Roe terbangun dengan mata yang menatap sekeliling bingung. Sudah berapa lama ia tidur?
Luka luka di tubuhnya sudah diobati oleh seorang anggota PMR yang sedang bertugas. Ia bergerak panik mencari keberadaan ponsel miliknya yang ternyata berada di atas meja samping kasur.
"Aish! Baterainya abis.. Akh!" ringisnya disertai gerutuan tidak jelas. Untuk bersuara saja ia membutuhkan banyak tenaga. Sakit sekali.
Roe kemudian merenung sedih dengan bahu yang terkulai lemas. Tanpa sadar ia mulai terisak saat mengingat segala hal tentang dirinya. Bagai kaset rusak, kepingan kepingan menyedihkan teringat begitu saja. Tangannya mengusap air matanya kasar. Ia tidak boleh begini. Tidak, ia tidak akan menangi― bohong sekali. Tangisannya semakin mengeras. Sekarang bagaimana caranya ia pulang sekaligus memberi alasan atas kejadian yang menimpa dirinya pikirnya frustasi.
Elos datang sembari berteriak bersamaan dengan tidak santainya menendang pintu UKS sangat kencang yang membuat dirinya berjengit kaget, "CUPU!!"
Roe menghentikan tangisnya kemudian menoleh ke arah dedemit Elos yang berdiri di depannya sambil menenteng dua tas. Apalagi kali ini?
"Abis nangis lo cup? Wkwk salah lo sendiri berani bener. Udah tau temen gue kaya ular, sekali senggol tinggal ngap!" katanya terkekeh pelan yang berubah menjadi tawa keras setelah berhasil meraup kasar wajah yang tengah menatap ke arahnya.
Roe menahan ringisan yang akan keluar karena tangan dedemit itu mengenai luka di wajahnya. Ia kemudian menatap heran dedemit di depannya. Apa yang lucu coba?
"Nih!" Elos melemparkan tas milik Roev di tangan kanannya dengan kasar, "Pulang bareng! Lo bisa jalan sendiri kan cup!! Gue ogah bantuin lo"
Roe menatapnya curiga. Tumben sekali dedemit ini. Tidak biasanya mengajak pulang bersama. Tubuhnya menegang saat memikirkan sesuatu yang buruk terjadi padanya saat pulang bersama Elos.
Elos yang melihat raut wajah Roe yang ia yakini sedang berpikiran buruk tentangnya dengan kesal memukul belakang kepala si cupu yang meringis setelahnya, "Buruan lo! Gak usah mikir aneh. Masih untung gue mau anter!"
Yah, setidaknya dia mau repot repot mengantarkan Roe. Setelah mendapat laporan dari temannya yang mengantar Roe ke UKS ia diberitahu kondisi sekaligus karena ketidaksopanan temannya membaca pesan masuk di HP Roe yang hendak mati bahwa orang tua anak itu tidak dapat menjemput bahkan tidak akan pulang karena urusan pekerjaan. Orang tua gila kerja pikirnya sinis. Persis sekali dengan kedua orang tuanya.
'Heh! Kesempatan juga gue nginep di rumah si cupu' batinnya tersenyum licik.
🖇
"Hari ini gue gak ikut kumpul. Baru dapet ancaman kaya bang Morgan" ucap Jeon tanpa mengalihkan pandangan dari handphone sembari membalas pesan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminos ;Dum Vita Est, Spes Est.
Teen FictionMereka kembar. Meski memiliki fisik dan rupa yang sama, terdapat banyak sekali perbedaan. Hubungan keduanya tidak baik―bahkan tidak pernah baik. Mereka saling menghindar satu sama lain. Hal itu sudah berlangsung selama 5 tahun terakhir. Hanya karen...