2. Situasi kacau

58 6 0
                                    

"Bos!――Markas diserang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bos!――Markas diserang." ucap seseorang dari telepon dengan suara terengah-engah. Mendengar hal itu, rahangnya mengeras.

"Siapa?"

"Gio dari geng Virtus"

Tut.

Ia bergegas mengambil jaket hitam kemudian memakainya sambil berjalan keluar kamar.

Melirik sekilas ke arah ruang makan yang ternyata sudah ada Barnet. Ragas berusaha menghiraukan―yang sayangnya sang Ayah tiba tiba bersuara. "Mau kemana kamu? Kelayaban ngga jelas?"

"Keluar se―

"Ngga. Tetap di rumah. Bundamu sebentar lagi pulang. Jangan nyusahin!"

"Penting."

Barnet berusaha agar tidak marah berlebihan, "Lebih penting mana daripada bundamu?"

Ragas menulikan pendengarannya. Tanpa menjawab ia kembali berjalan ke depan yang tanpa di sadari ayahnya sudah mencengkeram lengannya.

"Ayah bilang di rumah saja. Ngga denger kamu? Budek?"

Di lihatnya Barnet yang mulai tersulut amarah. Dirinya sudah lelah setelah menyelesaikan pekerjaannya, harus mengurusi Ragas yang berlaku seenaknya.

"Ragas udah bilang. Urusan pent―

PLAK!

Sayang sekali, kesabaran Barnet tidak sebanyak air yang ada di lautan.

"AYAH!!"

Bukan, itu bukan seruan Ragas. Tetapi seruan Roe, ia baru saja turun dari kamarnya kemudian dihadapkan dengan cek cok ayahnya dan Ragas yang terlihat akan pergi keluar rumah.

Roe melihat Ragas yang terdiam dengan kepala menoleh akibat tamparan Barnet. Ia juga melihat tangan itu mengepal dengan kuat. Seakan menyalurkan rasa sakit akibat tamparan dari Barnet.

Roe ingin membantu, tetapi mengingat respon yang tidak mengenakkan selama ini. Roe mengurungkan niatnya. Ia hanya berkata pelan, "Agas mau kemana? Bentar lagi bunda pulang"

Yang tentu tidak Ragas hiraukan dan membalas dengan lirikan sinis. Setelah itu Ragas palingkan ke arah ayahnya, "Udah tamparannya?"

Ragas terkekeh sinis melihat ayahnya yang hanya diam mematung. Entah itu terkejut atau menahan amarah. Dirinya tidak perduli. Sial sekali. Rasa sakitnya masih sama seperti dulu.

Tanpa berbicara lagi ia berlalu pergi begitu saja tanpa menoleh kembali ke belakang. Samar samar ia mendengar suara ayahnya yang melarang Roe untuk mengejarnya.

🪡

Roe melirik ke arah ayahnya yang masih diam mematung melihat ke arah Ragas yang berjalan keluar. Persetan dengan ayahnya. Ia ingin menyusul.

Geminos ;Dum Vita Est, Spes Est. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang