Roev turun dari kamarnya setelah selesai mandi. Tidak peduli dengan dedemit yang sudah terlelap di kasurnya setelah menghabiskan semua cemilan yang ia bawa. Awas saja! Setelah dia bangun akan ia usir dari rumah. Memang berani? Tentu saja! Ia berani.
Haruskah seseorang ingatkan bahwa luka luka di tubuh miliknya masih tergolong luka baru?
Roe membuka kulkas melihat bahan apa saja yang bisa ia masak untuk makan malam nanti. Batinnya mendesah bingung.
"Nasi goreng aja lah sama telur ceplok" putusnya mantap sambil menutup kembali pintu kulkas. Menunya gampang, 20 menit saja sudah jadi.
Karena itu ia putuskan berjalan menuju taman bunga milik bundanya yang sudah jarang di sirami karena pemiliknya sibuk bekerja. Ia bersenandung ria dengan tangan kanan yang memegang selang sesekali menggerakkan tubuhnya mengikuti nada lagu. Roe berharap semoga saja dedemit itu cepat bangun dan segera pergi dari rumahnya.
Sayang sekali hal itu merupakan harapan semu saat Elos yang sedang duduk di hadapannya mengatakan akan menginap di rumahnya. Mereka baru saja selesai makan malam.
"NGGAK BOLEH!! MEMANGNYA KAMU TIDAK PUNYA RUMAH HAH??" teriaknya kesal sembari meringis pelan memegang bibirnya.
Padahal ia sudah memasaknya sepiring makan malam supaya hati dedemit ini menjadi senang kemudian baru ia akan bicara seribu kata untuk mengusirnya.
Sia sia saja memberi dedemit nasi goreng buatannya yang memang sebagai tuan rumah bertugas menjamu tamunya. Tetapi Elos kan tamu tidak di undang. Untuk apa pula ia menjamu.
"Congor lo diem cup! Masih sakit kan? Nah gue di sini karena sebuah tanggungjawab atas kelakuan temen gue yang udah mukulin lo. Jadi jangan nolak!" jelas Elos memperingatinya tegas.
"Aku udah nggak sakit kok!" protesnya ribut. Ayolah pergi kamu dedemit! Hari sudah semakin petang. Sedari tadi ia menahan gelisah di tempat. Takut jika kembarannya telah pulang dan enggan memikirkan apa yang akan terjadi setelahnya.
Elos yang mendengar perkataan si cupu menatapnya remeh sambil beranjak mendekatinya yang sedang melamun. Dia bahkan bertanya setelah dengan tega menekan kuat lukanya yang di balas pekikan sakit, "Yakin lo udah sembuh? Diteken dikit doang reaksi lo udah gini"
Roe masih meringis pelan dengan mata yang mulai berkaca kaca. Dikit doang katanya. Dikit doang.
"Siapa?"
Badan si cupu menegang saat Elos mendengar sebuah suara dilontarkan dengan nada yang kentara begitu dingin. Seolah tengah mengintimidasi musuhnya.
Karena itu ia reflek menoleh ke arah sumber suara― yang sayangnya membuat tubuhnya mematung dengan mengerjapkan matanya bingung, sejenak ragu dengan penglihatan matanya sendiri.
Sial. Roev ikut menoleh panik ke arah kembarannya yang menatap dingin ke arah Elos. Statusnya sekarang sudah meningkat drastis. Bencana!
"Kalo mau berantem, keluar!" perintah Agas datar yang beralih melihat wajah kembarannya yang menggeleng kepala ribut.
"Oke! Biar gue luruskan. Kembaran lo? .. Babak belur bukan karena gue!" Yang sayangnya penjelasan Elos tidak didengar Ragas yang berlalu pergi ke kamarnya, sempat melayangkan tatapan sinis ke arah Elos sehingga membuat tubuh dedemit itu diam mematung. Aura kembaran si cupu ternyata bukan main main.
🖇
"Lo tidur di lantai. Gue ogah tidur sekasur sama lo cupu!" hinanya sembari berbaring yang mendapat delikan si pemilik kamar.
"KOK GITU?? KAMU AJA SANA! INI KAN KAMAR AKU!" teriaknya sambil menarik lengan dedemit yang masih tidak bergeming di tempatnya.
"TERUS? GUE GAK PEDULI. TIDUR AJA SANA KE KAMAR KEMBARAN LO ITU! AWAS GUE MAU TIDUR!!" sentakan itu membuat tubuh Roev terdorong sehingga reflek menjambak kuat rambut sang dedemit.
"BRENGSEK! SAKIT BEGO. MAU GUE TONJOK LO HAH? BIAR SEKALIAN SEKARAT DI RU―
PRANG!
Mereka terdiam saling menatap satu sama lain mendengar suara pecahan dari kamar sebelah. Elos menatap dinding sebelah horror, "Kembaran lo?" tanya dedemit menggerakkan mulutnya tanpa suara yang di balas anggukan kaku oleh Roev.
Elos mendengus kasar. Akhirnya mereka tidur di kasur yang sama dengan adanya pembatas guling di tengah. Mata Elos memberikan peringatan tajam melihat si cupu memutari kasur untuk tidur di sebelahnya.
🪡
"Gak nyangka gue si cupu punya kembaran." gumamnya pelan yang saat ini tengah di dapur mengambil air dingin dari kulkas. Kemudian menuangkannya pada gelas kosong di tangannya dan meminumnya pelan.
Elos hendak berbalik yang ternyata orang yang ia pikirkan sedang berdiri bersedekap dada sambil bersandar pada dinding dapur. Ia tersedak kuat akibat keterkejutannya, "Goblok! Ngagetin aja bego!" umpatnya kesal.
Elos yang melihat orang di depannya itu menebak jika dia bukan si cupu. Mana mungkin si cupu berani menatapnya tajam dengan aura tidak mengenakkan.
Ragas sebenarnya sudah sedari tadi memperhatikan gerak gerik Elos. Dia belum bisa tidur sehingga memutuskan turun ke bawah saat mendengar pintu kamar sebelah berbunyi. Siapa tahu melihat kembali pemilik motor yang membuatnya bertanya tanya selepas ia sampai di rumah.
"Ngapain nginep di sini?" tanyanya selidik. Setahu dia kembarannya itu tidak mempunyai teman. Apalagi macam berandalan di depannya ini. Ragas pernah melihatnya di arena balapan saat pertandingan Leo melawan Jian. Dia bahkan harus repot repot memakai masker jika mengetahui ada anak dari sekolah kembarannya itu datang.
Elos sedikit menjawabnya dengan berani, "Urusan lo?"
Ragas berdiri tegak sambil tersenyum miring menghampiri Elos kemudian secepat kilat bergerak menggores pipi kiri Elos. Entah sejak kapan kembaran Roev memegang sebuah pisau kecil di tangannya.
Elos yang merasakan sakit di pipinya terkejut sehingga melepaskan gelas di tangannya kemudian beralih memegang pipinya yang berdarah. Goresan lukanya cukup dalam. Matanya bergetar takut menatap Ragas yang menatapnya tajam sembari berkata sinis, "Perkenalan sekaligus balasan atas rasa sakit yang akan gue terima. Walau tidak sebanding sih?"
Ragas memutar mutar pisau kecilnya begitu lihai. Ya, itu balasan yang bisa ia berikan karena mengingat luka kembarannya yang lemah itu pasti akan membuat orang tuanya menyalahkan atas apa yang terjadi. Meskipun hal itu bukan perbuatannya.
"Beresin!" perintahnya tajam berlalu pergi setelah melihat pecahan gelas yang berserakan di bawah. Tanpa menghiraukan Elos yang diam mematung kayak orang tolol?
'Sial! Shh.. Kembaran si cupu psikopat njir.' batinnya merinding.
🖇
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminos ;Dum Vita Est, Spes Est.
Novela JuvenilMereka kembar. Meski memiliki fisik dan rupa yang sama, terdapat banyak sekali perbedaan. Hubungan keduanya tidak baik―bahkan tidak pernah baik. Mereka saling menghindar satu sama lain. Hal itu sudah berlangsung selama 5 tahun terakhir. Hanya karen...