Kalau Cinta Bilang Aja

124 8 0
                                    

Mengalah untuk pulang. Bara menyerah pada usahanya untuk masuk ke dalam hidup Lani kembali. Hari ini ada janji bertemu dengan Beni dan sang Kakek. Satu hari yang akan membuat Bara mengambil keputusan paling penting dalam hidupnya.
Beni sudah menunggu sejak pagi, tapi anak ini tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ratusan kali ia mencoba menghubungi Bara, tapi tak ada jawaban. Sepertinya Bara sedang dalam perjalanan. Hingga sore hari, Bara baru menginjakkan kakinya di rumah Dierja.

Dengan ekspresi wajah yang lebih tenang Bara datang memakai kemeja hitam. Penampilannya cukup formal sore ini, menampilkan versi dirinya yang lebih dewasa. Sudah ditunggu kedatangannya sejak tadi. Beni duduk di sofa di ruang keluarga bersama istrinya dan Sang Kakek, Dierja. Kondisinya sudah semakin membaik. Dierja sudah mempunyai duduk di kursi roda dan menggerakkan kepalanya.

Bara berlutut di depan sang Kakek dan menyentuh tangannya yang diam di atas pangkuan, "Gimana kakek hari ini?? Maaf Bar baru datang.

Meski belum mampu mengucapkan kata, Dierja bisa menjawab Bara dengan anggukan dan sebuah senyum.

"Dari mana saja kamu? Seharian om menghubungimu kenapa susah sekali?" Ucap Beni

"Kamu pergi cari Lani lagi yah pasti? Gimana? Ketemu nggak?" Istri Beni ikut penasaran tentang Lani

Tak ada jawaban, Bara hanya tersenyum lalu duduk berhadapan dengan pasangan itu. Beni menurunkan kakinya, membuka sebuah map yang sudah sejak tadi ia persiapkan di atas meja. Dua lembar kertas ia keluarkan dan diletakkan di hadapan Bara.

"Ini surat dari kampus yang baru. Minggu depan kamu sudah harus ada di sana."

Bara menarik kertas itu lalu membacanya dengan seksama.

"Jadi, Ayah. Ijinkan Beni menyampaikan beberapa hal di rapat keluarga sore ini. Semua yang Beni sampaikan adalah hasil kesepakatan kita bersama sebelum ayah sakit dan berandalan ini membuat masalah." Beni membuka perundingan keluarga sore itu.

Seorang sekertaris dan pengacara keluarga juga sudah datang. Dierja tampak duduk tenang mendengarkan putranya menyampaikan beberapa hal. Yang pertama adalah kesepakatannya bersama Bara dulu tentang pembagian hak waris dimana Bara sudah menyerahkan semuanya pada Beni kecuali Mall milik ibunya. Dierja mengangguk tanda setuju dengan apa yang disampaikan. Selanjutnya adalah penunjukan Beni sebagai Presiden Direktur Maharaja Group menggantikan Dierja karena kondisi Dierja yang sudah tidak memungkinkan untuk memimpin lagi. Hal ini atas keinginan Bara karena Bara tidak menginginkan dirinya menggantikan sang Kakek.

"Yang terakhir adalah keinginan kakek untuk mengirim kamu ke Korea. Kakek meminta untuk mendaftarkan kamu kuliah di sana, sekaligus mengelola cabang perusahaan kita di sana. Segala sesuatunya sudah diatur Bar, kamu tinggal berangkat saja. Oh iya, dan ini yang terakhir. Baca saja." Beni melempar satu amplop putih berisi surat kepada Bara.

Ia menyuruh Bara untuk membukanya dan dipahami dengan baik. Dengan hati-hati Bara membaca surat yang Beni berikan. Hatinya berdegup kencang, matanya membesar menampakkan sebuah kebahagiaan. Senyum tipis tampak malu-malu muncul di bibirnya. Bara menatap Beni dan disambut dengan sebuah anggukan.

***

Lani merapikan buku-buku yang berserakan di ruang baca setelah kegiatan membaca bersama. Ia baru saja menyalurkan hobinya untuk mengajar anak-anak. Setiap sore, Lani mengajak semua anak-anak asuh untuk berkumpul dan membaca buku bersama lalu berdiskusi. Anak-anak juga diperbolehkan meminta bantuan padanya untuk mengerjakan PR sekolah jika ada.
Bu Peni masuk membantu Lani merapikan ruangan.

"Lani, boleh ibu bicara??" Kata-kata Peni membuat Lani terhenti dan menatapnya.

"Iya Bu, boleh." Jawabnya lugu

Love in Trap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang