Bertamu ke Rumah Bara

110 2 0
                                    

Bara dibuat terkesima dengan penampilan Lani di presentasi kuliahnya siang ini. Tak salah jika anak itu diunggulkan oleh para dosen menjadi mahasiswi teladan. Selain otaknya yang pintar, publik speaking dan keramahannya pada siapapun tak perlu diragukan kecuali pada Bara. Setiap melihat Bara, keramahan itu hilang seketika berganti dengan rasa kesal dan jengkel.

"Lan, kantin yuk." ajak Marina

"Yuk." Lani membereskan isi tasnya dan berdiri menyusul kedua temannya.

"Yuk." tiba-tiba Bara menarik pergelangan tangannya

"Heh, apaan sih?" Lani mencoba melepaskan diri dari genggamannya

"Kita ada janji, lupa?? Atau perlu gue ingetin??" Bara mengangkat satu alisnya membuat Lani menurut perkataannya.

"Sori ya guys gue duluan." Terpaksa Lani berjalan bersama Bara meninggalkan Renata dan Marina yang masih menatap heran.

"Asli gue ngerasa Lani aneh banget bisa nurut gitu aja sama Bara." Kata Renata

"Gue juga, kayak tertekan gitu yah?? Jangan-jangan emang Lani diancam sama Bara." sahut Marina

"Perlu kita selidiki sih. Gue nggak mau Lani tersiksa terus menerus gitu. Kayaknya dia tertekan banget sama kampret itu."

"Betul tuh. Nggak mungkin banget mereka tiba-tiba jadian, lu tahu kan betapa bencinya Lani sama cowok itu. Yuklah kita ke kantin aja. Berdua lagi deh." Marina menggandeng Renata pergi.

Belum tahu ke mana, Lani tak ingin bertanya pada Bara yang sudah melajukan motornya dengan cepat. Rasanya sudah terlalu lelah untuk protes, kini Lani hanya ingin pasrah. Wajahnya tersapu angin, melewati padatnya lalu lintas siang yang terik. Lani mengulur kaus lengan panjangnya hingga menutupi punggung telapak tangannya yang seperti hampir gosong karena panasnya sorot matahari yang berada tepat di atas kepalanya. Bara menarik tangan Lani yang sedari tadi bergerak-gerak, lalu ia memasukkan tangan mungil itu masuk ke dalam saku jaketnya agar tak lagi merasa panas.

Tanpa perbincangan, Lani sedikit tersenyum karena perlakuan Bara yang cukup perhatian meskipun sedang fokus mengendarai motor.

"Kita mau ke mana sih?" setelah cukup penasaran akhirnya Lani bertanya pada Bara.

"Rumah gue!"

"Hah? Ngapain? Awas kalo macem-macem yah!!" Lani sedikit trauma Bara akan melakukan hal yang tidak-tidak padanya.

"Nggak nafsu gue!!"

"Dih, belagu!!" omel Lani

Lani memperhatikan sebuah rumah dua lantai bergaya minimalis berwarna putih abu-abu. rumah itu terlihat sangat terawat, taman kecil di depan teras dengan rumput tipis rapi tertata. Sedikit tanaman hias di sekelilingnya menambah kesan manis. Mata Lani sibuk memantau ke kanan dan ke kiri, kepalanya mengangguk-angguk kecil.

"Masuk!! Mau disitu terus?" Ucapan Bara membuyarkannya.

Lani masuk ke dalam rumah, di sambut seorang lelaki berusia sekitar 50tahunan menyalaminya. Dengan sopan Lani membalas salam dan tersenyum manis.

"Oh, ini cewek yang bikin anak om jadi nurut?" ucap lelaki berjas hitam dan bersepatu pantovel rapi khas orang kantoran.

"Lani om." Lani memperkenalkan diri.

"Lani, namanya cantik kayak orangnya. Saya Didin, ayahnya Bara. Bar!! pinter juga lu nyari cewek." Didin yang murah senyum berteriak pada Bara yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kamarnya

"Oh, om mau kerja atau ke mana kok rapih banget?" Lani heran dengan penampilan Didin yang sudah rapi tapi masih di rumah siang bolong begini.

"Iya, saya mau ke kantor, tadi habis dari kantor cabang deket sini terus mampir pulang dulu. Kata Bara mau kenalin seseorang sama om, eh ternyata kamu yah."

Love in Trap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang