Pelukan Kenyamanan

122 3 0
                                    

Malam minggu ini, sesuai janji Bara datang ke rumah Lani. Alih-alih ingin belajar bersama, Bara hanya ingin bertemu dan melihat wajahnya.

"Nih, di materi ini biasanya kalo ujian lu harus pake logika jawabnya, pertanyaannya satu tapi harus kita jabarkan sampai panjang." Lani menjelaskan bak dosen di hadapan Bara yang sedari tadi menatap wajahnya.

"Lu dengerin gak sih!!" Lani memukul kepala Bara dengan penggaris plastiknya

"Iya, gue paham!!" jawab Bara tanpa memindahkan bola matanya dari Lani

Pun malam malam berikutnya mereka menghabiskan hampir setiap malam berdua di teras rumah untuk persiapan ujian esok hari. Entah mengerti atau tidak, semua yang keluar dari mulut Lani terasa sangat mudah didengar oleh Bara. Entah sejak kapan dia bahkan tak sadar dirinya kini lebih sering tersenyum. Biasanya sangat dingin dan seenaknya sendiri, Bara yang sekarang terlihat lebih ramah dan hangat. Apalagi jika sedang berbincang dengan tante atau om Lani.

Sepertinya tom n jerry kali ini benar-benar gencatan senjata. Tidak terlihat lagi Lani melotot dan mengumpat memarahi Bara. Keduanya mulai dekat. Sesekali Lani menuruti permintaan Bara untuk mengunjungi sang kakek ke kantornya. Sering kali mereka makan malam bersama selepas belajar.

Siang ini nilai hasil semester keluar. Lani tersenyum puas dengan IPK nya yang masih bertahan di angka 3,9. Dengan begini, aliran beasiswanya tetap berjalan tanpa hambatan. Bara berjalan cuek di depan ruang dosen seakan tak melihat Lani sedang duduk bersama kedua sahabatnya. Wajahnya nampak serius masuk ke dalam ruang dosen dengan membawa map berwarna merah. Lani penasaran, tumben dia tidak mengganggunya bahkan hanya melewati dirinya tanpa melirik sedikitpun.

"IPK dia berapa yah?" tanya Lani di hati

"Lu beneran nggak ikut kita liburan Lan?" tanya Marina sambil mengunyah permen karet di mulutnya

"Enggak ah, gue harus kerja demi masa depan. hehehe."

"Yah padahal kalo lu mau gue bakal bayarin tiket pesawatnya." Marina cemberut

"Lain kali yah, gue nabung dulu. Kalian kan tahu gue perlu kumpulin duit." Lani merangkul kedua sahabatnya dan berjalan meninggalkan ruang dosen.

***

Sudah dua minggu libur semester, Lani bekerja full di butik sang tante. Setiap dua hari dalam seminggu ia akan pergi ke kantor Dierja untuk berkunjung sesuai kesepakatannya dengan Bara. Dierja semakin menyukai Lani yang sangat lemah lembut dan menyenangkan. Sosok Lani yang perhatian bisa menggantikan perhatian Dewi yang telah lama hilang dari hidupnya. Dierja tak memiliki anak perempuan lagi. Anak angkatnya, Beni tidak terlalu perhatian padanya. Istrinya bahkan sangat jarang mengunjunginya. Wajar jika kini Dierja benar-benar menaruh harapan pada Lani agar bisa menikah dengan Bara.

Beberapa hari Bara tak terlihat mengunjungi Lani. Biasanya anak itu tiba-tiba muncul di hadapan Lani dan membawanya pergi sesuka hati. Lani sendiri bertanya-tanya keman perginya curut pengganggu itu.

"Kayaknya tante nggak liat Bara datang ke sini jemput kamu beberapa hari ini. Kalian berantem?"Ambar bertanya pada Lani sembari membereskan baju-baju di etalase Butik.

"Enggak, tapi Lani juga nggak tahu kenapa. Anaknya juga nggak hubungin Lani." Lani melihat layar ponselnya

"Sakit kali, coba kamu tengok ke rumahnya atau hubungi orang rumahnya."

"Mmh biarin aja lah, nanti kalo dia butuh juga tau-tau dateng. Dia kan kayak hantu, suka tiba-tiba dateng sesuka hati." Meski Lani menjawab seperti itu tapi sebenarnya dalam hatinya menyimpan kecemasan.

"Jangan gitu, Bara anaknya baik kok. Ya walaupun penampilannya kayak preman."

"Iiih tante belain?"

"Bukan belain, tapi biasanya feeling orang tua itu suka bener loh."

Love in Trap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang