Chapter 9: Tergulung Ombak

1.6K 6 1
                                    

Setelah menuntaskan hasratku, aku pun segera menyusul Naya yang kini telah kembali ke pinggiran pantai. Tentu sebelumnya aku telah memastikan jika penisku telah kembali melemas, sehingga celanaku tak terlihat mengembung.

Kulihat Naya tengah terduduk di atas pasir pantai yang basah, menghadap laut dengan kaki yang diselonjorkan ke depan, serta kedua tangan yang menopang tubuhnya ke belakang.

Sesekali ombak datang dan merendam sebagian kaki hingga pahanya. Pada saat bergabung dengannya, kulihat jika kini celananya telah basah sepenuhnya oleh air laut. Membuat celana tersebut kini telah berubah warna menjadi abu-abu tua. Efek basah ini pun membuat celana tersebut semakin mencetak bentuk dan lekuk kaki hingga pahanya.

Naya terlihat tersenyum ketika aku ikut duduk di sebelahnya.

"Udah?" tanyanya.

"Udah apanya?"

"Pipisnya"

"Oh iya udah..."

"Banyak kah keluarnya?" celetuknya.

"Maksudnya?" tanyaku. Untuk sesaat aku sedikit terkejut dengan pertanyaan Naya. Kenapa dia menanyakan hal itu? Apakah dia tahu jika aku baru saja mengeluarkan air maniku?

"Pipisnya... pipisnya banyak kah? Kok lama...."

"Oh... iya soalnya tadi susah keluarnya..." jawabku asal. Untunglah, kukira dia tadi sempat melihatku beronani.

"Haha... iya kadang emang susah keluar kalo pipis di tempat terbuka kayak gini..."

"Emang kamu pernah?" tanyaku.

"Oh.. eee.... iya pernah kayaknya... tapi dah lupa hehe.." jawabnya dengan sedikit gelagapan.

Apakah dia keceplosan? Karena sepertinya Naya tak sengaja mengakui jika ia pernah buang air di tempat umum. Dan mungkin tidak hanya sekali, karena dia menggunakan kata 'kadang' disitu. Mengingat dia berani mengganti bajunya di tempat terbuka seperti tadi, memang tak aneh jika rupanya dia pernah kencing di tempat terbuka juga. Tapi dalam kondisi seperti apa sampai-sampai seorang perempuan seperti Naya harus buang air di tempat terbuka?

"Kaosnya gak dilepas sekalian?" tanya Naya setelah melihatku masih mengenakan kaos.

"Ah enggak... malu..." jawabku.

"Malu sama aku? Kan udah biasa kali cowok gak pake baju... kecuali kalo aku yang gak pake baju, nah itu baru malu..."

"Haha... malu aja... soalnya badan aku jelek..." alasanku.

"Haha..." tawa Naya mendengar jawabanku. "Kamu cakep tau chan... gausah ngerendah gitu..." lanjut ucapnya tanpa menatap wajahku.

"Ih apaan sih nay..." jawabku tersipu malu. Tentu aku terkejut akan mendapat pujian seperti itu dari Naya.

"Aku serius chan... kamu cakep... seenggaknya menurutku lho ya... kamu yakin pas kamu bilang gak pernah punya cewek?" tanyanya dengan melirik ke arahku.

"Dahlah nay... bahas yang lain aja yok..."

"Eh tapi kamu masih suka sama cewek kan?" cercanya.

"Ya suka lah..." jawabku tegas.

"Oh kirain haha... soalnya aku jarang liat kamu sama cewek... tapi aku boleh nebak soal kamu gak?"

"Nebak apa?"

"Kamu itu orangnya introvert, bener gak?"

"Bisa dibilang gitu..."

"Kamu orangnya gak pandai bergaul... terutama sama cewek... itu yang bikin kamu gak deket sama cewek-cewek... bener lagi gak?"

Rahasia NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang