salah paham

128 6 0
                                    

!! Beberapa bagian di chapter ini diambil dari dunia nyata !!

Sudah tiga bulan Hanska dan Dipta menjalani hidup bersama, banyak hal yang ingin mereka lakukan saat weekend tapi akhir-akhir ini pekerjaan Dipta semakin banyak. Hanska jujur tidak terlalu mempermasalahkan itu, asal mereka masih bisa menikmati waktu luang bersama, kenapa ia harus merengek untuk melakukan date? Lagipula dengan kondisi seperti ini pun hubungan mereka tetap berjalan dengan lancar, hanya segelintir orang saja yang tau soal hubungan ini. Termasuk Fafian yang memang dalang dari mulai nya kebahagiaan Dipta dan Hanska.

"aku pulang..." salam Dipta dengan suara yang lirih, menandakan bahwa ia sangat kelelahan.

Hanska yang awal nya menonton tv langsung berdiri menghampiri Dipta dan membantu nya untuk melepas jas dan meletakkan tas yang dibawa Dipta. Makanan sudah tersedia di atas meja, walaupun sudah jam sembilan malam tapi makan itu masih hangat seperti baru dimasak.

"suapi aku ya?" pinta Dipta dengan nada manja dan cengiran diwajah nya.

"aish.. Sejak kapan manusia tangguh ini menjadi seperti bayi hm?"

"sejak kita bersama?" jawaban yang memang benar, tapi itu berhasil membuat emosi Hanska tersulut dan langsung memasukkan satu sendok penuh nasi kedalam mulut Dipta dengan paksa. Hari yang mereka lalui memang tidak pernah membosakan, bukan karena banyak drama. Tapi setiap mereka melakulan sesuatu maka hal itulah yang membuat hubungan mereka semakin erat dari hari ke hari.

"um.. Hanska." panggil Dipta setelah meneguk air digelas milik nya.

"huumm? Kenapa" jawab Hanska yang masih membereskan piring yang sudah selesai ia cuci.

"besok sabtu jalan yuk?"

Deg

Hampir saja piring yang dibawa nya jatuh, kalimat yang sudah ia pendam sejak lama. Secara tiba-tiba dilontarkan oleh Dipta?

"kk-kemana?" Balas Hanska dengan terbata, jantung nya sekarang tak aman. Detak nya yang makin kencang membuat Hanska memegangi dada nya dan mencoba biasa saja agar Dipta tak mengkhawatirkan nya.

"belum tau sih, hehehhe." kekeh Dipta yang memang bingung ingin mengajak Hanska kemana.

"kak!!" detak jantung nya kembali stabil, dan berhujung memukul pelan tangan Dipta.

"memang nya kerjaan mu sudah selesai semua?" tanya Hanska untuk membuka jawaban dari pertanyaan di otak nya.

"tentu saja. Besok ya? Kita keliling komplek waktu pagi aja, banyak jajanan sekitar sini. Kemungkinan besar kau akan suka." ucap Dipta yang beranjak pergi dengan menepuk-nepuk pucuk kepala pemuda mungil didepan nya. Hanska yang masih menenangkan diri hanya terdiam dan menatap keluar kaca yang besar hingga menyerupai tembok

Hujan...

Diluar hujan deras yang mendadak membuat Hanska sedikit takut, iya memang ada Dipta disitu. Tapi dia sedang ada urusan dalam kamar mandi, mana mungkin dia mendobrak masuk hanya untuk meminta pelukan. Hanska pun berjalan kearah kaca itu ia duduk dan melipat kedua kaki nya kedepan dada nya. Bukan karena apa, tapi dia hanya merenungkan nasibnya. Bagaimana kalau besok tetangga disekeliling rumah Dipta akan mengira Dipta adalah gay yang aneh dan reputasi Dipta akan hancur karena nya, bagaimana jika teman nya melihat mereka berduaan dan tidak setuju dengan hubungan mereka, bagaiman kalau besok adalah hari terakhir ia bisa berduaan dengan Dipta bagaima... Bagaimana jika...

Soulmates (minsung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang