"ekhem" deheman berkedok kode itu membuat Hanska sedikit terusik karena proyek masak-masak nya belum selesai.
"..."
"EKHEMMM"
"kak? Kenapa? Mau aku beliin obat batuk?" ucap Hanska dengan tatapan malas. Bukan berarti ia benci dan ingin 💔, itu salah satu hal yang membuat mereka semakin 💗.
"jogging?"
"eum... Ayok!"
Mereka pun mengganti baju mereka, Hnska yang memakai kaus putih dan celana training abu-abu dan Dipta memakai pakaian yang mirip mirip dengan itu. Seperti nya Dipta hanya ingin memakan hasil masakan Hanska, karena itu mereka berencana membeli beberapa camilan selama perjalanan mereka.
"udh dikunci pintu nya?" tanya Hanska dengan menguncir rambut nya yang lumayan panjang itu(BAYANGIN AJA DULU).
"nih." balas Dipta memberikan kunci rumah yang penuh dengan kenangan penting baginya.
Perjalanan mereka dimulai detik ini. Cahaya mentari menyapa kulit mereka, sejuk nya udara pagi hari memasuki paru-paru sehat tanpa amer dan rokok itu. Diselingi obrolan ringan tak terasa matahari semakin menunjukkan panas nya.
Hanska memutuskan untuk berjalan kembali dan kebetulan bertemu dengan Sekertaris Dipta.
"eh? Sora? Rumah mu deket sini?" tanya Dipta yang sadar atas keberadaan sekertaris nya itu.
Hanska yang kebingungan pun lebih pilih diam, mungkin saja mereka membicarakan pekerjaan.
"ah, Pak Dipta... Saya cuma kebetulan lewat, kemarin saya pindahan dideket sana. Bapak mau mampir?"
Mendengar pertanyaan itu Hanska yang awal nya memerhatikan sekitar mencoba untuk tidak menguping walau kepala nya sedikit dimajukan guna mendengar seketika menengok karena pertanyaan itu sedikit ambigu menurut nya.
"boleh boleh, kamu udah makan belum? Saya masakin yah nanti!" ucap Dipta dengan merangkul pundak Sora dan pergi menjauh dari Hanska.
Hanska kuat kok, kan dia ultramen.
"apa dia selama ini cuma penasaran?.." gumam Hanska sembati berjalan lebih cepat melewati dua manusia itu.
'apakah aku terlalu berlebihan?'
Brak!
Hanska memasuki rumah Dipta yang sangat familier baginya. Dipta benar benar pergi meninggalkan nya.
Hanska pun membawa tungkai nya kearah dapur untuk melanjutkan masak nya yg tertunda tadi. Ia lelah berjalan sambil menangis.
"agh.. Pandangan mata ku buram..." yeah, tangisan nya pecah mengingat hal yang tadi ia lihat, ia merasa bahwa ia sangatlah cengeng, ntah apa yg akan Dipta katakan nanti.
"akh. Sakit." ringisan singkat itu terdengar setelah Hanska mengiris jari manis nya sendiri.
Hanska memilih untuk mencuci luka itu dan membiarkan nya terbuka tanpa harus di plester. Ia langsung menidurkan dirinya dikasur guna melepas segala penat nya. Melupakan talenan yang masih bersimbah darah tertinggal didapur itu.
Ceklek...
"oh swhit." jujur Dipta kaget melihat talenan didapur terisi dengan bercak merah dan timun yang belum selesai dipotong.
Ia merasa terlalu berlebihan.
Dipta pun berjalan mendekat kekamar nya. Pintu putih dihadapan nya siap untuk dibuka dan...
"dia, tidur sambil menangis?..." gumam Dipta saat melihat kondisi Hanska meringkuk dan memegangi jari manis nya.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmates (minsung)
FanficWARNING! : ini cerita b x b idol, buat yang kurang suka SKIP!