Ch. 9

229 37 6
                                    

[Cemooh]
.

.

.

"Ini..."

Di minggu kedua musim semi ini, Hinata menatap amplop yang sedikit tebal di tangannya. Matanya yang berkedip-kedip itu kemudian menatap penasaran pria yang telah memberinya amplop itu.

"Duit itu mungkin gak sebanyak yang kau punya. Tapi, sebagai suami, aku harus memberikanmu nafkah... Itu gaji minggu pertamaku. Jadi terimalah..."

Seutas senyuman kulum pun hadir di wajah Hinata, ia pun mengintip ke dalam amplop itu lalu menaruhnya ke dalam saku rok.

"Terimakasih atas kerja kerasmu. Tentu saja aku akan memanfaatkannya dengan baik."

Tak peduli berapa jumlahnya, tetap saja dengan ekonomi yang lesu dan membuat semua jadi serba mahal itu tak dapat menutupi lubang yang telah tergali di beberapa tempat. Dan untungnya mereka berdua bukan tipe yang boros meskipun dalam menikmati kekayaan orang tua dulu.

"Oh ya... Sasuke mau makan apa hari ini?" tanya Hinata antusias,

Namun, orang yang ditanya tampak twk yakin.

"Bagaimana kalo siang ini kita makan di luar? Hari ini ada kedai yakiniku yang baru dibuka di dekat stasiun... Bagaimana?"

Sejenak Sasuke tersenyum tipis. Padahal hampir setiap hari pulang kerja, jika berpaspasan bertemu, mereka selalu makan di luar. Mereka memang tidak makan di restoran mahal hanya kedai-kedai kecil langganan Hinata, namun jika jadwal memasak Hinata tiba, ia tampak selalu menghindar.

Itu juga bukan karena Hinata malas memasak. Menurut pengamatan Sasuke, Hinata sudah lama tinggal sendiri, kalau hari kerja seperti ini dia jarang sekali masak. Dan ketika hari minggu tiba, mood memasak Hinata terlihat begitu positif. Masakan yang dibuatnya pun sangat enak.

Namun, entah kenapa hari ini ingin sekali masakan buatan Hinata. Apalagi ini hari Sabtu, pastinya banyak orang yang makan di luar, sedangkan sisi intovert-nya tidak bisa bekerjasama hari ini. Memikirkan ia harus melihat banyak orang saja membuat lelah. Di tambah tubuhnya masih lemas dari bangun tidur tadi setelah kerja shift malam.

Melihat Sasuke yang sedari tadi terdiam, Hinata jadi tak enak hati. Padahal ia yang menawarkan Sasuke mau makan apa, tapi, dia sendiri yang menyarankan makan yakiniku.

"Apa Sasuke gak mau makan yakiniku... Atau gak mau makan di luar?"

"Bagaimana kalau aku yang masak siang ini?" tawar Sasuke yang beranjak ke kulkas, lalu menyadari tak ada bahan makan. Ia pun menengok ke arah Hinata.

"Pagi ini aku kesiangan karena baru pulang jam 2 pagi, sekarang aku juga baru selesai bebenah." jelas Hinata yang mendesah, "Kalau begitu aku belanja dulu."

"Tunggu dulu." Sasuke memegang pergelangan tangan Hinata, "Kita belanja bareng."

Dan di sinilah mereka, di sebuah pasar swalayan yang dikelola anak perusahaan Uchiha. Pasar itu sangat dekat dengan komplek apartemen, Awalnya Sasuke tak mau masuk ke sana, namun ia tak mau membiarkan Hinata masuk sendirian ke kandang singa. Dan hal yang tak diinginkan Sasuke pun malah terjadi. Baru selang beberapa menit mencari kebutuhan pokok, mereka bertemu ayah Sasuke yang tengah evaluasi.

"Sungguh menggelikan, kalian ternyata beneran nikah..."

Baik Sasuke dan Hinata hanya bisa mengunci mulutnya. Membeku, ini mereka berada di keramaian. Di tambah para rekan serta karyawan tengah menatap mereka penuh dengan ragam tatapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang