We Are Not a Mistake, Aren't We (?)
Union itu adalah perusahaan startup dengan sistem kerja yang santainya bukan main. Ya, seperti perusahaan perintis pada umumnya juga, sih. Memang jauh lebih merakyat dan tidak se-formal kalau kerja di kantoran.
Rekan kerja maupun pimpinan, semua masih terbilang muda. Minim penjilat, penikung, dan manusia kanibal (a.k.a pemakan teman).
Bukan ecek-ecek, bukan pula berada di level seed funding yang kebanyakan di dalamnya para pekerjanya sudah mirip orang-orang di warung kopi. Tidak tertata, amburadul masalah administrasinya. Dulu, startup contruction masih sangat awam di Indonesia. But how lucky, Union have an privilage. Perusahaan perintis ini yang punya adalah Bapak Harlan Endrasmono. Di dunia bisnis, siapa yang tidak mengenal nama beliau? Jadi, sudah pasti Union tidak sebegitunya terseret-seret untuk berkembang, atau bahkan sampai berada di ambang kebangkrutan. Numpang nama, bahasanya.
Tapi ya jangan salah juga. Ini bukan cuma masalah privilage sebenarnya. Peran orang-orang di dalamnya juga sangat besar, kok. Para pekerja yang direkrut oleh the one and only crazy rich-nya Jaksel bukan orang-orang sembarangan. Jadi, se-santai-santainya kerja di Union, kualitas masing-masing pekerjanya tetap menjadi suatu hal yang dijaga sampai sekarang.
Sebagai anak pemilik perusahaan di tingkatan tertinggi, Gracia juga mulai menyadari itu. Meski pada awal masuk, barang tentu dia sudah kena sedikit syok terapi. Bukan masalah serius. Hanya soal kebiasaan di dalam kantor tempatnya magang yang berlangsung setiap harinya.
Sebelumnya memang tidak ada briefing mendalam yang ayahnya berikan. Dia hanya tahu bahwa akan ditempatkan magang di perusahaan perintis yang sudah berdiri sejak dirinya masih berada di bangku putih abu-abu. About five or six years ago, maybe?
Gracia hanya diberitahu bahwa perusahaan perintis tempatnya magang adalah perusahaan yang dasarnya sama seperti perusahaan pusat, yakni bergerak di bidang industri kontruksi. Menyediakan berbagai kebutuhan material untuk kontraktor jalan, kontraktor bangunan, desain interior, penyediaan properti, consultant construction hingga finishing proyek-proyek konstruksi.
And ther we go...
Sebagai gadis yang selalu excited untuk memulai suatu hal baru, tentu di awal pertama tahap magang berlangsung dia sangat bersemangat. Saking semangatnya, putri tunggal Harlan itu berangkat pagi-pagi sekali dengan pakaian super rapi dan super niat.
Sampai di kantor jam 07.30 WIB.
Sayang seribu sayang. Memang di jam segitu belum ada sebatang hidung pun manusia yang berkeliaran di Union, kecuali satpam yang standby di parkiran. Tambah menganga dan membulat matanya kala orang-orang mulai berdatangan tepat pukul sembilan dengan pakaian yang.... sangat super duper tidak niat.
Butuh waktu seminggu kiranya Gracia menyesuaikan semuanya. Termasuk masalah penampilan yang sejak hari kedua langsung 360 derajat ia ubah. Menyesuaikan dengan prejengan manusia-manusia ajaib di dalam Union.
Gracia tahu, mereka baru akan terlihat rapi dan menjanjikan sebagai orang kantoran hanya ketika bertemu client. Sisanya, outfit of the day-nya orang-orang Union akan jauh lebih mirip orang yang mau pergi ngopi dibanding pergi kerja.
Tapi tentu hal-hal ajaib itu yang membuat Gracia betah di tempat magangnya.
"Tenang aja, Gre! Gue yakin lo cocok kok kerja sama Shani." Ini Feni yang sedang bicara pada Gracia dengan nada meyakinkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Not a Mistakes, Aren't We (?) (GRESHAN FANFICTION)
FanfictionWARN!! gxg content. homphobic just go away! no desc. nggak mau spoiler. yang mau baca, baca aja, hehe! regards, ale -