We Are Not a Mistake, Aren't We (?)
Jakarta 2024
"Nah ini dia si kungkang datang!" ada Ginting yang bergemuruh rusuh menyambut kedatangan seorang gadis mungil yang tampak kerepotan membawa kresek berisi nasi uduk yang dipesan oleh beberapa orang di kantornya.
"Ada gila-gilanya lo manusia se cantik Gracia dibilang kungkang." Denis menimpali.
"Ya lagian muka dia kaya kungkang, beler." Ginting terkekeh tanpa dosa.
"Jangan didengerin, Dek. Sesuai nama dia, si Ginting emang agak sinting." Dari bangku sebelah kubikel kerjanya, Henry ikut menyahuti.
"Sorry lama, Bang. Tadi antrenya lama," ujar Gracia seraya menaruh barang bawaannya di atas meja yang langsung dikerubungi oleh pemesannya. Dia tidak marah. Hanya tidak punya cukup tenaga saja untuk menanggapi guyonan seniornya tadi. Masih ngos-ngosan—habis naik tangga gara-gara lift utama rusak.
Pasukan di lantai tiga ini memang hampir setiap hari melakukan ritual sarapan bersama. Kadang makan mie ayam, kadang bubur ayam, kadang juga nasi uduk yang jualannya berjejeran tepat di depan kantor. Sebulan sejak Gracia datang untuk melakukan kegiatan magang selama enam bulan di sini, dia yang paling sering untuk menjadi kurir dadakan itu. Hitung-hitung mengisi kekosongan sambil beradaptasi dengan tugas dan pekerjaan di tempat magangnya ini.
"Ini apaan, Gre?" Ginting mengangkat satu kresek bewarna hijau pudar.
"Cilok, Bang. Kali aja ada yang mau ngemil."
"Ihhh ada cilok ya?!! Gue mau, gue mauuu!!!" Satu lagi betina bernama Feni yang sekonyong-konyong datang dari arah pintu ruangan lantai tiga. Si garanganwati satu itu langsung meletakkan seabrek barang bawaan di meja kerjanya itu lalu cepat membaur dengan yang lain. Apa lagi tujuannya kalau bukan mengamankan cilok yang Gracia beli?
"Nyamber aja kayak bajai!" Ginting bersungut.
"Bodo! AHHHH THANKYOU GRACIA YOU BRING MY MAFA a.k.a CHAYLOKK THIS MORNING! Perhatian banget deh sama gue." Feni berseru semangat. Si garanganwati itu memang dikenal sebagai peramai suasana di kantor ini.
Gracia mengangguk sambil tersenyum riang. Sementara di depannya ada Henry dan Denis yang juga ikut saling melempar tatap, lalu tertawa dengan gidik geli yang dirasakan.
"Mornang-morning. Udah jam 9 ini!" samber Ginting.
"Stasiun Gondangdia rame ya, monyet! Untung gue yang sexy ini nggak kena pelecehan."
"Nggak ada yang mau lecehin lo juga sih, Su."
Feni mengerlingkan bola matanya malas. Tambah berdecak kesal dia kala Ginting tiba-tiba merampas cilok dari tangan.
"For Ginting Wijanarko, dengerin gue. Pertama, please stop panggil gue, Su. Kedua lo anjing. Ketiga, anjing nggak boleh makan cilok. Dan terakhir, balikin cilok gue sebelum mata lo gue colok!"
Semua kebisingan yang terjadi selalu menjadi hiburan tersendiri untuk Gracia. Dasarnya memang gampang berbaur, Gracia sudah cukup bersahabat dengan orang-orang ajaib yang ada di kantor tempatnya magang itu. Dia bisa menyesuaikan, dia bisa terbiasa dengan segala hal-hal absurd yang dilakukan oleh satu per satu senior yang bekerja di sana.
Ada Ginting yang suka sekali mengganti nama seseorang.
Ada Denis yang diam-diam adalah wibu garis keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Not a Mistakes, Aren't We (?) (GRESHAN FANFICTION)
FanfictionWARN!! gxg content. homphobic just go away! no desc. nggak mau spoiler. yang mau baca, baca aja, hehe! regards, ale -