we can't be friends (?)

363 80 41
                                    

happy weekend, happy reading :)





We Are Not a Mistake, Aren't We (?)



Gadis itu cantik dengan warnanya yang hitam putih. Setidaknya, begitu menurut Shani. Tangannya selalu terasa dingin saat tak sengaja atau memang sengaja ia gengam. Dari sebuah buku yang pernah ia baca, Shani tahu bahwa kondisi itu bisa saja terjadi pada seseorang yang memiliki perangai selalu khawatir akan dirinya sendiri maupun orang lain, selalu takut memutuskan apapun. Barangkali, sama persis seperti sosok gadis itu.

Abigail Gracia Harlan.

Sampai setiap kali Shani melihat gadis itu berada di dekatnya, ia penasaran. Akankah tubuh mungil itu juga terasa dingin saat ia rengkuh ke dalam peluknya?

Malam ini, ia benar-benar menunggu hingga Gracia masuk ke dalam rumah dan benar-benar menghilang dari pandangan. Membiarkan hidung bangirnya hanya menghidu sisa wangi parfum milik si anak bos besar yang masih menyatu dengan wangi pengharum mobilnya. Despite her simplicity, it's soft and calming. She does smell is fucking really good.

Selama perjalanan, Shani hanya diam. Fokus pandangannya menyisir jalanan Ibu Kota yang masih ramai oleh hilir-mudik pengendara lain. As usual, Shani memang akan menyetir dengan penuh ketenangan. Indera pendengarannya biasanya juga sibuk menikmati lantunan nada lagu yang terputar dari radio mobil. Dia sangat terbiasa dengan ini. Sepi. Hening. Kosong. That's how it should be. Tapi sekarang.....

Ada secercah resah yang tumbuh sepeninggal gadis mungil itu.

Shani langsung pulang ke rumah. Dia sama sekali tidak berniat menyusul Anin ke tempat yang-entahlah... Shani juga tidak tahu, dan tidak mau tahu di mana Anin berada sekarang. Bahkan alamat yang Anin kirim tidak ia utak-atik sama sekali. Lagi pula, Shani terlalu malas untuk bertemu dengan Mbak Selebgram itu. Tidak punya cukup tenaga untuk meladeni rentetan pertanyaan tentang 'Gracia' dari mulut Anin yang pastinya mendadak jadi detektif yang menginterogasinya ketika bertemu nanti.

Sesampainya di rumah, tubuh jangkung itu merebah bebas di atas kasur. Terlentang, pandangannya lurus menatap langit-langit kamar.

Shani menghela nafas dan mencoba memejamkan mata. Perbincangannya dengan Gracia di warung Bakmi tadi membuat hatinya mendadak bergemuruh. Segala kejujuran yang mendadak keluar dari mulut gadis mungil itu mulai berputar-putar di kepalanya tanpa permisi.

Gadis mungil nan ceria itu....

She also had many wounds.

Coba tebak? Sudah berapa kali Shani harus rela semalam suntuk memikirkan gadis mungil itu? Gracia dan caranya berbicara. Gracia dan caranya untuk selalu meyakinkan Shani bahwa dia percaya kepadanya. Gracia dan caranya untuk selalu membuat Shani terlihat jauh lebih baik melihat dirinya sendiri.

What a weird feeling is it?




We Are Not a Mistake, Aren't We (?)




a few days later

Union tampak sudah mulai sepi. Dari balik gedung pencakar langit, kaca-kaca berukuran besar yang berperan sebagai jendela sekaligus dinding telihat mulai berembun. Gemerlap cahaya kendaraan yang berlalu-lalang di bawahnya berpendar menjadi titik-titik cantik seperti bintang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We Are Not a Mistakes, Aren't We (?) (GRESHAN FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang