saya ini banyak lukanya (1)

386 77 10
                                    

nungguin ya? hehe

happy reading guys :)


















We Are Not a Mistake, Aren't We (?)


"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam-Ehh!! Aduuhh... Kakak bawa siapa ini?!" Ini suara Vera, Ibundanya Shani yang entah kenapa begitu sumringah menyambut kedatangan anaknya sore hari ini. Berbeda dari biasanya. Lebih kelihatan senang dan berbinar.

Barangkali ada secercah rasa haru karena akhirnya setelah bertahun-tahun selalu pulang sendirian, anaknya kembali membawa seseorang ke rumah. Meski sosoknya kali ini berbeda, dan Vera tidak-atau lebih tepatnya belum mengenal siapa perempuan yang dibawa Shani ke rumahnya sekarang.

Cantik, sopan lagi.

Belum diberi aba-aba anaknya langsung salim dan memperkenalkan diri dengan kalem. Diciuminya tangan keriput itu dengan lembut, hingga membuat hati Vera menghangat seketika.

"Gracia, Tante."

"Nak Gracia sekantor sama Kakak?"

"Iya, Tante... saya magang di kantornya Kak Shani."

Tidak hilang rona hangat di wajah Vera. Tangannya pun masih betah mengelus dengan lembut lengan Gracia yang masih berada dalam genggaman.

"Ibu aja panggilnya, Sayang. Semuanya biasa begitu, teman-teman Kakak juga."

Buk, pelan-pelan, Buk. Buset dahh... batin Shani meracau resah.

Meski ragu, Gracia manut dengan anggukan kecil yang ia berikan, "I-iya, Ibu..."

"Ehheemm."

Oh. Sepertinya memang ada yang terlupakan di sini.

Shani yang sejak tadi sudah menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara akhirnya jengah juga. Bukannya tidak suka melihat interaksi antara si anak magang dengan sang Ibu. Hanya saja, Shani tidak tahan dengan rasa aneh yang sedang menggelitik lubuk hati kecilnya.

"Uluululuhhhhh...Denokku sing paling ayuuu... Sampai kelupaan Ibuk ndak kasih peluk-sini-sini sayangkuu!!" Dialah Ratu si paling peka di dalam rumah ini. Di kasih suara batuk saja langsung pindah atensi sang Ibunda kepada sang anak yang sepertinya merajuk karena dianggurkan.

"Shani kangen, Ibuuu!!" Diciuminya rambut Vera yang sudah mulai memutih dan tipis itu. Tubuh jangkungnya mendekap erat, tak mau melepas barang sedetik-menyalurkan rindu kepada sosok yang memang benar-benar rumah bernyawanya dari lahir hingga akhir hayat tiba.

"Ibu juga... Ini kenapa toh badanmu jadi kurus-ndak enak buat dipeluk begini?! Makanmu ndak bener di sana ya, Kak?"

Shani hanya terkekeh mendengar qosidah dadakan dari sang Ibunda. Dia memang tidak akan pernah lupa bagaimana tabiat wanita kesayangannya itu. Nasihat, perhatian, segala tutur kata yang keluar dalam balutan racauan sang Ibu selalu ia terima dengan hangat tanpa adanya rasa jengah.

We Are Not a Mistakes, Aren't We (?) (GRESHAN FANFICTION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang