Memorable Night - 13

316 33 76
                                    

Gemas sekali Gia dengan pria itu. Mikir-mikir katanya. Mikir untuk apa! Basa-basi kan dia. Dia kan tidak tertarik pada Gia. Dia cuma mau mempermainkan Gia agar bisa menyakiti Kimora.

Yang diinginkan pria itu adalah Kimora. Sejak awal pria itu tidak suka padanya! Jangan-jangan malam itu... semuanya palsu! Pria itu tidak menikmati apa yang mereka lakukan. Atau lebih parah dia membayangkan Kimora saat dia melakukannya dengan Gia.

Memang Gia tolo*. Gobl*k. Apa lagi kata yang bisa menggambarkan Gia?

Dia sudah dibod*hi 2 laki-laki! Dan sekarang dia dibebani dengan kehamilannya. Ya. Beban! Dia tidak pernah membayangkan hamil tanpa didampingi suami. Dia tidak tahu bagaimana menghidupi anak yang dia kandung. Tak dapat diduga-duganya pula bagaimana reaksi rekan kerjanya terutama bosnya jika tahu Gia hamil di luar nikah.

Terlintas pikiran itu di kepalanya.

"Apa aku gugurkan saja ya," gumamnya sambil membuka pintu mobilnya. "Toh aku juga tidak menghendaki..."

Tahu-tahu pintu mobilnya ditutup. Saka tegap di sampingnya. "Apa kamu bilang?" Gia tidak menjawab. Pria itu menekan lagi, "Barusan! Kamu ngomong apa?!"

"Minggir. Atau saya teriak."

"Teriak saja. Kamu pikir aku takut?"

"Aku tidak mau hamil anak ini."

"Gia!"

"Apa masalahmu? Sudah! Jangan ganggu aku. Aku sudah mumet dengan urusanku."

"Gia, Gia."

"Apa lagi?!"

"Biar aku yang nyetir."

"Tidak usah!" hardik Gia. "Sudah cukup hidupku dikontrol oleh laki-laki!"

"Oh... bu.. bukan maksudku mau mengontrol...," sahut Saka canggung. Dia mengerti sikap Gia yang keras. Perempuan itu sudah menderita karena Ben dan... Saka, tentu saja.

Dibiarkannya Gia masuk ke mobil perempuan itu dan pergi. Saka jadi tidak tenang. Dia pun jadi sering mimpi buruk. Dalam mimpinya dia melihat Gia berdiri di atas gedung sambil memeluk bayi. Bayi mereka.

Saka mencoba memanggilnya. Dia coba untuk mencegah. Tapi Gia tak menggubris. Dia membawa anak mereka jatuh ke bawah...

Dan mimpi itu berulang terus. Saka tak bisa mengelaknya. Dia hubungi perempuan itu dan kali ini dialah yang merana karena tak dapat tanggapan.

Saka tidak bisa didiamkan begitu. Penyesalan membubuhi hatinya. Niatnya mendekati Gia tidak baik, tapi sekarang, dia tak bisa jauh dari perempuan itu. Bukan cuma dia khawatir Gia mengandung anaknya. Tapi ada hal lain. Yang lebih kuat. Yang buatnya gelisah. Dan dia cuma bisa tenang kalau dia bisa melihat Gia.

Saka muncul di lobi apartemen wanita itu. Gia tak kaget. Apa sih yang tidak bisa dicari tahu oleh Raisaka?

Gia sudah mulai gemukan, walaupun belum terlalu kentara terlihat hamil.

"Mau apa lagi kamu," kata Gia dingin.

"Jangan galak-galak dong."

"Saya nggak galak."

"Gitu ya. Gia."

"Ya?"

"Aku suka sama kamu. Kali ini betulan," kata Saka sungguh-sungguh.

Kedua mata Gia membesar. Dipukulnya lengan pria itu. "Kamu tuh.. memang jahat ya!" desis Gia tersinggung. "Terus saja kamu meledek saya! Saya gak akan luluh!"

"Meledek? Tidak, Gia!" Saka menggeleng tegas. "Aku benaran cinta sama kamu."

"Cinta!" ulang Gia jengkel. "Kamu itu penipu. Kamu ajak aku..." Gia berbisik, "..tidur, cuma untuk balas sakit hati kamu ke Mora!"

"Ya itu betul! Tapi kamu juga gak lebih baik. Setidaknya aku single! Kamu punya pacar waktu itu!"

"Ya terus kenapa?"

"Aku marah!"

"Kenapa marah?"

"Ya karena aku sudah suka sama kamu sejak malam itu, Gia! Bahkan sepertinya saat kita ketemu di pesta pernikahan sepupu kamu, rasa itu sudah ada!"

"Aku gak percaya. Kamu ngomong gini karena kamu pikir anak yang ada di perutku itu anak kamu!"

"Memang anak aku."

"Sok tahu."

"Memang tahu. Aku sudah lihat anak kita."

"Hah?"

"Aku kan bisa ke masa depan," jawab Saka mengulum senyum.

Gia tanggapi saja pria itu. "Oh ya? Terus di masa depan, kita ngapain?"

"Ya ngeseks."

"Saka!" tegur Gia. Pipinya memerah. "Itu mulu yang di kepalamu. Sudah ah aku mau ke kantor. Hari ini aku tidak bisa terlambat. Hari terakhir."

"Kenapa? Resign?"

"Iya."

"Takut..." Mata Saka turun ke perut perempuan itu.

"Iya, Saka!"

Saka menarik napas lega. "Oh syukurlah kamu mau pertahankan anak kita." Tanpa permisi pria itu meraih tangan Gia. "Aku antar ya."

"Gak usah!" Gia coba menarik tangannya namun menguat pula genggaman pria itu.

"Di masa depan, Gia, kita akan bareng-bareng! Dan saat anak-anak lagi tidur, kita ngeseks nonstop!"

"Saka bisa gak sih ganti kata itu?"

"Bercinta?"

"Ya. Lebih baik."

"Kamu mau kan nikah sama aku?"

"Boro-boro."

"Kenapa?"

"Kamu aneh. Kemarin ngomong apa, sekarang ngomong apa. Lagian aku udah kapok cinta-cintaan."

"Aku bukan dia, Gia. Aku akan berusaha untuk gak nyakitin kamu."

"Oh ya?"

Selama Gia hamil pria itu jadi lebih perhatian padanya. Gia tidak bisa memungkiri dia merasa terbantu sekali dengan kehadiran Saka.

Mulanya Gia beri kesempatan pria itu untuk ikut dengannya mengecek kandungannya di rumah sakit. Lalu sering diminta tolonginya Saka untuk menemaninya belanja dan memilihkan bahan-bahan makanan yang lebih sehat untuk Gia.

Kemudian diberikannya akses pria itu masuk ke apartemen Gia. Pria itu berkilah dia mau bantu Gia membawa semua belanjaannya. Gia tak menolak.

Toh dia kan sudah lama bod*h dalam memberi kepercayaan. Sekali lagi naif juga tak apa-apalah.

"Aku taruh semuanya di kulkas ya." Saka menawarkan.

"Tidak usah. Ini sudah malam. Lekaslah pulang."

"Hujan juga." Mata Saka memandang ke luar jendela besar. "Nanti saja ya? Boleh kan? Takut pohon tumbang."

"Oh... ya sudah. Aku mau tidur dulu ya."

"Gia."

"Iya."

"Selamat tidur ya."

Gia mengangguk sekenanya. Saka merasa sesak. Perempuan itu belum percaya juga padanya. Dan yang pasti Saka juga belum mampu menaklukkan hati Gia.

Terlebih saat Saka melihat foto-foto Gia dengan mantan kekasihnya yang masih ada di apartemen perempuan itu. Tampaknya Gia memang tidak mau move on dari Ben. Atau mungkin tidak bisa.

Gia harus belajar dari Saka. Pria itu lama mengharapkan Kimora. Dan sekarang dia malah tak pernah lagi memikirkan mantan friend with benefit-nya itu.

Di kepala Saka cuma ada Gia. Andai saja dia sejak awal membawa niat tulus pada perempuan itu.

** I hope you like the story **

Memorable Night | 21+ #COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang